Senin, 31 Desember 2012

18th Birthday

Selamat malam, Blogs

Gue perlu ngucapin Happy New Year gak nih? Ah itu terlalu biasa.
Lebih baik kami ucapkan,

Assalamu'alaikum, Blogs.

Blogs, berhubung gue gak ada acara malam ini kecuali internetan dan main Pokemon, sekarang gue ngepost aja dulu.

gue mau ngeshare tentang tgl 29 desember kemarin. What is it? Yap, my 18th birthday!

''WOOOOW!!!'' *sorak sorai pembaca*

''FIWWIIITTTT!!'' *siulan penggemar*

''YEAAAAAAY!!!'' *teriakan histeris penonton*

''Aduuuuh..!!'' *anak kecil ketiban skuter -_-*.

Jadi ini berawal dari sweet seventen tahun 2011. itu agaknya menyedihkan. Gak sweet. Kenapa? Awalnya biasa aja. Sampe berminggu-minggu, berbulan-bulan gue menghadiri acara sweet seventen temen-temen gue. Ya lumayan meriah, seru, dan rame. Sedangkan gue? Ya begitu. Sepi. Teman-teman pada pergi. Well, gue gak menyalahkan hari lahir gue yg pasti ada di momen liburan akhir tahun. Tp ini ultah ke 17. Sebagai seorang remaja kalian tau kan rasanya di hari yg biasanya spesial ini malah sepi? Dan waktu itu malah harus ikut keluarga ke Jogja. Seneng? Nggak. Gue lebih suka sendiri. Untungnya gue bukan remaja biasa. Jadi bisa lebih santai. Tapi tetap, rasanya agak cemburu ngeliat acara temen-temen yg lain. Sejak itu gue sedikit trauma dan mengira ultah gue yg ke 18 bakal menyedihkan.

H-1. 28 Desember 2012.

Hari ini gue pergi ke Tirta Sanita sama seorang teman. Tumben banget ada yg nemenin. Cuma berdua. Di sana kami jalan-jalan ke gunung kapur sama makan doang.
Cuma sebentar kami di sana. Cuma sampai sekitar jam 10 pagi. Lalu kami pulang.

Siang harinya ada sms yg isinya ngajakin ke Gunung Bunder. Rencananya tgl 30 Desember acaranya. Gue gak bisa karna harus ikut keluarga. Mendadak sedih lagi -_-. Bayang-bayang ultah tahun lalu kembali teringat. Ah sudahlah.

Malam harinya, gue internetan. Ya biasa aja. Twitteran, bercanda dan semacamnya. Paling tidak itu hiburan untuk ngelupain kesedihan. Karna seperti biasa, gue selalu berencana pergi sendirian waktu ultah. Berharap ketemu temen di tempat tujuan gue. Tapi ya gitu. Susah.

Mendekati tengah malam..
Mulai sepi. sebagian teman-teman gue pasti udah tidur. Gue masih nunggu tengah malam. Ngapain? ya kalian taulah -_-. Ini kan udah biasa buat orang yg ultah. Sambil dengerin playlist di Hp.

29 Desember 2012
Pukul 00, seperti biasa Urf duluan yg ngucapin. Mahluk ini emang spesial. Kehormatan pengucap pertama buat dia aja.

Playlist gue sampai di lagu Depapepe - Wedding Bell. Lagunya ada di playlist blogs kok. Cari aja.

Berikutnya gue buka twitter. Mention pertama yg masuk bertuliskan ''Happy Birthday, Adit:)''. Deg! Gak tau kenapa agak nyesek. Bukan karna kata-katanya yg simpel, tp pengirimnya. Pengirimnya kenapa, Dit? Pengirimnya......... bateng -_-.
Kaget soalnya pengirimnya menghilang hampir 2 bulan.

Gue langsung cek Facebook. daritadi gue nunggu bacaan ''1 inbox'' tapi gak ada. Akhirnya gue duluan yg ngirim. Dengan pesan singkat, ''kemana ajaaaa?''.
Dan kalian tau, apa balasannya, Blogs?
Dia bales, ''LO YANG KEMANA AJAAAAAAA.'' ini orang kenapa sih? Pake dicapslock segala kan jadi serem -_-. Tapi gapapa, gue seneng.

Rasanya tuh terharu gitu. Bukan, bukan karna dicapslock, tapi karna kangen banget. Beneran kangen. Jarang-jarang loh gue mau ngaku lagi kangen. Ya kami berlanjut dengan berbalas pesan di Facebook.


Mention dan sms juga mulai masuk. Isinya ya ucapan happy birthday. Setelah puas balesin ucapan itu, gue tidur.

Jam 5 gue bangun. Sholat subuh terus ngecek hp abis itu tidur lagi. Jam setengah 8 dibangunin papa. Diucapin happy birthday lagi sama dikasih uang.

Tapi Blogs, sebenernya gue gak inginkan uang sebagai hadiah ultah. rasanya udah gak tertarik tentang uang.
Waktu SD gue mengharapkan hadiah berupa mainan. Waktu SMP uang. Tapi saat SMA? Gue mau temen-temen gue. Gak butuh uang.
Uangnya sih gue terima tapi itu gak ngebuat seneng. Gak exciting sama sekali.

Terus gue berencana pergi ke bsdplaza. Tadinya sih mau nonton dan nraktir temen-temen yg mau nyari gue. Alhamdulillah ada yg ikut. cuma 3 orang sih. Tapi paling tidak gue gak cuma sama Urf. Gue berencana kabur-kaburan biar susah ketemu mereka. tapi apalah daya di Mall yg kecil ini jadi lebih gampang.

Kami juga gak nonton. Cuma makan siang doang sambil ngobrol. Tentu saja gue yg bayar makanannya. Ini cuma sampai jam 4 sore. Terimakasih telah menghadiri acara kecil ini.

Malam hari sekitar jam 8.
Gue sibuk main hp. Gue udah rada gak peduli kalau pun besok gue ditinggal teman sekelas ke gunung Bunder. Hari ini menyenangkan. Gak kayak tahun lalu.

Waktu lagi asik main hp, ada yg manggil gue. Jarang loh ada yg manggil gue. Apalagi malem-malem. Dan waktu gue keluar rumah, kalian tau apa yg gue liat?

3 mahluk tinggi besar, matanya merah menyala, pake sarung, bawa pentungan -_-.

Nggak, bercanda kok. Pas gue keluar rumah.........
ternyata ada yang ngasih kue :'). 3 teman Smp mendatangi rumah gue.
Cie banget. Ada si.... Sayap? Angel? Pegasus? Ini orang mau dikasih nama samaran apa ya? -_-. Gak ikhlas ngasih nama samaran yang bagus-bagus ah.

Yang jelas, ini kue ulang tahun pertama setelah 18 tahun!!!
well, gak pertama juga sih. Gue udah dikasih kue waktu umur 1 sama 3 tahun. Tp ini yang pertama yang dikasih teman ke gue. Jadi ya tetep yang pertama.

Terus si... pegasus? Angel? Sayap? Ah repot banget sih, yu -_-. Pokoknya dia nyanyi lagu happy birthday. Tau kan lagunya?

''happy birthday to you 2x
Happy birthday 2x
Happy birthday to you..''

Lagu happy birthday dinyanyikan dengan nada yg indah.

Tapi ini lagu yg dinyanyiin buat gue berbunyi,
''Happy birthday adit
Happy happy happy happy happy birthday adit'' dengan nada yang... Entah nada lagu dari kebangsaan mana -_-. Tapi ini lucu. Lagunya unik dan original.

Terus make a wish. Gue lupa wish gue apaan waktu niup. Kalau gak salah ''semoga lilinnya mati'' -_-.
Dan wish gue terkabul saat itu juga. pas gue tiup, lilinnya mati.
Kami cuma ngobrol-ngobrol doang di depan rumah. Gak banyak yg diobrolin tp gapapa. Gue tetep dapet kue pertama dan alhamdulillah gak ada acara pembagian potongan pertama. Jadi semua kuenya buat gue.

setelah mereka pulang, gue kembali meneruskan aktivitas yaitu main hp. Nggak juga sih, lebih tepatnya gue ngebalesin ucapan-ucapan birthday itu hingga gue tidur.

Okay, that's it!

My 18th birthday. Jauh lebih menyenangkan daripada 17th. Tapi di 17th gue dapet kado. Walaupun telat 3 bulan sih. Dan gue juga ngasih kado walaupun telat 8 bulan -_-. Alhamdulillah.

Terimakasih untuk semua do'a dan ucapan kalian :). Semoga kalian juga sukses dan menjadi lebih baik seiring berkurangnya umur.
Dengan ini gue sudah 18 tahun hidup di dunia, entah masih sisa berapa lama lagi. Semoga gue bisa mencapai cita-cita gue di sisa waktu yang ada.

Selamat malam dan terimakasih banyak :)

Jumat, 28 Desember 2012

Purnama, Sendiri..


Biarlah tirai senja merah tersibak demi hadirnya panggung malam.
Karena aku tak peduli
Pada bintang sendu yang takluk oleh angkuhnya purnama.

Biarkan saja jeritan malam merobek cinta dari hati kita yang merintih.
Jangan takut karena rindumu akan segera tersampaikan.

Acuhkan saja gelak tawa dua insan yang selalu menyiksamu dalam dengki.
Karena aku tau kau tak pernah sanggup mengusik sejuta mimpi.

Kini semua kisah pilu yang terukir pada bintang sanggup menggetarkan setiap pemilik hati. Tapi kenapa tidak dengan jaring rapuh sang laba-laba? Kini hanya dera yang dibuatnya.

Hingga duri-duri mawar merah yang berselimut embun mencoba melindungi janji cinta putih kita.
Lalu kenapa kau biarkan terserak semua kelopaknya?

Aku tau kau menangisi keindahanmu saat kudengar gemuruh duka yang berharap kau bukanlah dewa.
Karena kau lelah mendengar 1001 kisah sandiwara cinta manusia.

Lalu untuk apa kau bohong?
Untuk apa kau bertahan?
Kau terus mengisi kekosongan dengan bisikan diam.
Terbalut luka mengisi peran sajak-sajak malam.

akan ku biarkan
untuk sesaat fajar singgah membasuh perihmu.
Karena aku tau dalam sejenak semua akan terulang mengoyak lukamu.

kau akan tetap begitu, tetap tertebas oleh waktu.
Kau terus begini, hingga panggung malam terhenti.

Wahai purnama, sendiri...

Aku, Warna dan Dunia

''Perlahan''
Pilar-pilar istana emas mulai runtuh. Ribuan bunga es yang bermekaran perlahan layu dan tercabik-cabik

''Ku lihat''
Jejak-jejak angin akan menapak pada hujan. Putih akan berlari, kemudian menghilang.

''Masih saja''
Orang itu berdiri menatap langit. Membiarkan butiran-butiran air menusuk tubuhnya. Dan menunggu petir menghujam bumi.

''Andai''
kita menilai orang lain buruk, apa kita pantas menghina mereka?

''Saat''
Tirai hujan abu-abu dunia tersingkap.
Dan semua berubah menjadi kaca perak.

''Tercipta''
Dari abu, api dinyalakan.
cahaya dari bayangan akan muncul.
Dan yang tak bermahkota akan menjadi raja.


''Dengarlah''
Aku berbohong, kau berbohong. Kau tidak perlu menyuruhku bercermin. Karena cermin pun berbohong.

''Sekarang''
Aku tergeletak di sini menunggumu.
Hingga seluruh dedaunan yang gugur ini menutupi mayatku.

''Tak perduli''
Meski hanya di dalam mimpi, aku dapat mendengar suaramu.
Meski hanya di dalam mimpi, aku akan mencarimu.
Meski aku harus mati di tengah padang es ini.

''Sudahlah''
semua cipratan darah ini hanyalah noda.
semua luka ini hanyalah masa lalu.
Semua ditelan waktu. Ntah sampai kapan..

''Kenyataan''
Keinginan egois untuk berdamailah yang menciptakan perang. Dan kebencian akan terlahir untuk melindungi cinta.

''Karena kita''
Langit memerah perih.
Merintih sakit karena ulah kita.
Siapa yang menghantam dia?

''Tua''
Mereka bilang kita hanya bisa saling bicara di akhir nanti. Tidak, nyatanya kita hanya menunggu mati.

''Akhirnya''
Kita telah melangkah jauh, tapi tidak pernah sejauh sang waktu. Kita melangkah cepat, Tapi tak pernah secepat sang waktu. Kita coba menghabiskan waktu tanpa sadar kita dihabisi oleh sang waktu.

''Jatuh''
Biru tertutup putih. Putih tersapu hitam. Hitam akan terjatuh, mengalir, dan terkubur.

''Dahulu''
Anak-anak riang berlarian. Bersenang-senang dengan apa yang kita sebut bencana. Dalam benak ku sibuk bertanya. Apa dulu aku seperti mereka?

''Tetap''
Meski ia tak bergerak, aku tetap menatapnya.
Meski ia terhenti, aku tetap menatapnya.
Kini ia tak lagi berputar. Dan aku tetap menatapnya.

''Seperti''
Besi-besi ini mengurung hati.
Rantai-rantai ini mengikat hati.
Seluruh pedang yang kau genggam ini, terhunus kepada hati.

''Kenapa''
Masih saja ku tulis namamu pada embun yang terhapus hujan. Pada pasir yang tersapu ombak. Pada rindu yang terbunuh waktu.

Jumat, 21 Desember 2012

Sebuah Misi Sederhana untuk Umat Manusia 4

Keesokan harinya, pukul 8.55 Dera tiba di tempat yang dijanjikan tukang cukur langganannya. Laki-laki paruh baya itu sudah menunggu Dera sejak tadi.

''jadi acaranya, kang?'' tanya Dera.
''iya jadi, kak. Yaudah yuk, langsung berangkat,''
''oke,''
Mereka pun pergi ke Cinere, tempat acara donor darah itu diadakan.

Sesampainya di sana, orang-orang telah berkumpul. Dera memperhatikan mereka. Sebagian besar dari mereka adalah orang tua usia 40 tahun ke atas. Sisanya adalah orang-orang usia 20 tahun lebih. Tidak ada satu pun remaja seusia Dera di sini. Dera menjadi yang paling muda di tempat pendonoran ini.
Dera berjalan bersama si tukang cukur menuju tempat pendaftaran.

''Kang, ini anggota organisasi yang Akang bilang kemarin?'' tanya Dera sambil melihat sekelilingnya.
''iya, kak,''
''Nggak ada yang seusia saya, ya?''
''yang seusia kakak memang cuma sedikit. Tuh ada, kak,'' Sang tukang cukur menunjuk seorang pemuda seumuran Dera yang baru datang.
''mau saya kenalin?'' tawarnya.
''ng.. Nanti aja deh,''
Dera tiba di tempat pendaftaran.

''Selamat siang,'' ucap seorang perempuan bagian pendaftaran.
''Selamat siang juga,'' balas Dera.
''Mau daftar donor darah, ya?''
''i..iya, mbak,''
''Nama kamu siapa?'' perempuan itu siap mencatat.
''Dera,''
''Umur kamu? sudah pernah donor sebelum ini?''
''Umur saya 18 tahun. Belum pernah, Mbak,''
''Golongan darah kamu apa?''
''emm.. Kayaknya sih B,''
''oke. Cek kondisi kamu dulu ya,''

Dera mengikuti sejumlah tes kesehatan. Mulai dari berat badan, kadar hemagoblin, tekanan darah, dan lain sebagainya.
Setelah lulus semua uji kesehatan, Dera dibawa ke ruangan donor.
3 orang petugas sudah ada di ruangan itu.

''Silahkan berbaring, mas,'' ucap seorang petugas. Yang lain menyiapkan peralatan medis.

''baru pertama kali ya?'' Petugas itu melihat berkas tes kesehatan Dera.
''iya. Sakit nggak?''
''Nggak kok. Rasanya kayak disuntik biasa. Serasa digigit semut doang,''
''oh begitu..''
''oke, udah siap?'' Salah seorang petugas membawa sebuah suntikan besar. Lebih besar dari suntikan pasien di rumah sakit.

''kok itu suntikannya gede banget? Jarumnya juga gede?'' tanya Dera.
''iya kan buat ngambil darahnya,''
''yah pasti sakit nih,'' Dera mulai khawatir.
''nggak kok. Kayak digigit semut. Rileks aja,'' Si petugas mencoba menenangkan Dera.
''yang diambil berapa banyak? Nanti darah saya abis, gimana? Kalau darah saya jadi kurang, nanti ada yang nyumbang darah buat saya nggak?''
''yang diambil cuma 250-300 ml doang kok. Udah siap ya, mas?''
''emm.. Iya deh, pelan-pelan ya,''

Petugas itu mulai menusuk tangan Dera dengan suntikan besarnya.

''Aaw!!! Sakit! Katanya kayak digigit semut doang, ini kan lebih sakit,'' Dera mengeluh.
''iya emang kayak digigit semut doang. Tapi semutnya sebesar gorila. Hahaha.'' canda si petugas donor.
Dengan Jarum yang masih menancap, Dera melihat darahnya mengalir kedalam tabung suntik besar itu.

''Dok, itu kebanyakan! Nanti darah saya abis!''
''nggak kok, sedikit lagi.... Nah sudah,'' si petugas mencabut jarum dari tangan Dera. Terlihat darah mengalir dari bekas luka suntik di tangan Dera. Dengan segera petugas menutupnya dengan kapas yang telah direndam Alcohol.

''Nah, sudah, mas,''
''terus itu darah saya mau dibawa kemana?''
''berikutnya darah ini disimpan di dalam tabung inkubator. Terus jika diperlukan, darah ini baru akan disumbangkan ke orang yang membutuhkan,''
''ooh begitu,''
''setelah ini, mas mendapat kupon untuk makan dari petugas di luar,''
''hmm yasudah, ini sudah selesai?'' tanya Dera.
''iya, sudah selesai,''
''yaudah, terimakasih, dok,''
''iya sama-sama,''

Dera meninggalkan ruangan donor itu dan segera mengambil makanan yang telah disediakan bagi pendonor.

Ruang makan ini terlihat agak ramai. Dera tidak bisa menemukan si tukang cukur yang mengajaknya. Dera melihat seorang pemuda seusianya tadi sedang makan sendiri di pojok ruangan.

Dera menghampirinya,
''boleh saya gabung?''
''oh iya silahkan,'' ucap pemuda itu dengan ramah.
''saya Dera,'' Dera memperkenalkan dirinya.
''saya ****,''
''baru pertama kali donor?'' tanya Dera.
''nggak, ini udah yang ke 7 kali,''
''hah? Beneran?''
''iya, bener,''
''kamu kelas berapa?''
''emm... Saya nggak sekolah, mas,''
''hah?!'' Dera terkejut mendengar ucapan pemuda ini.
''terus biasanya kamu ngapain?'' tanya Dera lagi.
''saya biasa ngamen sama jualan koran, mas,''
''kenapa nggak sekolah?''
''ya biasalah, mas, masalah duit,''
''udah berapa lama nggak sekolah?''
''sekitar 3 tahun. saya berhenti waktu SMP, mas,''
''terus kalau donor darah udah dari kapan?''
''kalau donor baru 2 tahun lalu. Biasanya setahun saya ikut donor 3 kali,''
''3 kali? Sakit kan pas ditusuknya?''
''saya sudah biasa, mas. Donor darah itu sehat. Bisa mengurangi resiko penyakit jantung. kita juga bisa cek kesehatan gratis. Pemerintah juga menyediakan penghargaan buat pendonor, mas,''
''penghargaan apa?''
''Satya Lencana Kebaktian sosial,''
'hmm begitu..''
''terus donor darah juga untuk membantu sesama, mas. Katanya 1 kantung darah kita itu bisa menyelamatkan 3 nyawa orang yang membutuhkan,''
''tapi kan kita nggak mengenal orang yang mendapat sumbangan itu,''
''yah, mas. saling tolong menolong itu kan nggak harus ke orang yang kita kenal aja. Zaman sekarang itu yang benar-benar mau saling tolong menolong itu cuma sedikit, mas. Lah yang mau menolong dengan berkorban harta aja nggak banyak, apa lagi yang mau berkorban nyawa?'' jelas Pemuda itu.
''hmm.. Benar juga,''
''makanya itu, mas. Saya kan nggak bisa menyumbang harta, jadi saya menyumbang darah saya untuk yang membutuhkan,''
''walau pun tetap nggak ada yang ngebantu kamu nantinya?'' tanya Dera.
''iya, mas. Ngebantu sesama itu harus ikhlas,'' jawab ****.
''Bukan untuk penghargaan dari pemerintah tadi. Itu cuma bonus. Yang penting itu rasa peduli kepada sesama. Membantu sesama itu bisa jadi ibadah. Sedekah, mas,'' lanjutnya.
''hmmm.. Sedekah, ya,'' Dera hanya mengangguk mendengar penjelasan penjual koran itu. Dalam hati, Dera merasa malu. Sikap pemuda di sebelahnya membuat Dera mengingat apa saja yang telah ia perbuat selama ini. Ia kagum terhadap kesediaan pemuda itu dalam membantu sesama dengan ikhlas.

''Kalau misalnya cuma sedekah uang terus, untuk keperluan sendiri gimana?'' Dera kembali bertanya.
''Sedekah itu ya semampunya kita, mas. Kalau untuk keperluan saya sendiri, saya syukuri aja apa yang ada,''
''bukannya kalau sering sedekah, uang kita jadi berkurang?'' Dera coba menguji pemuda itu.
''Demi Tuhan, nggak, mas. Sedekah itu justru menambah harta nantinya. Juga menambah rasa saling menyayangi. Dalam keadaan apa pun kita bisa bersedekah. Dalam bentuk apa pun. Dalam keadaan lapang bersedekahlah, dan dalam keadaan sulit bersedekahlah pula, itu kata orang tua saya,''

Dera tertegun mendengarnya. Rasa kagum memenuhi hati Dera. Belum pernah ia menemui seseorang yang terus bersedekah dalam keadaan sulit. Apa lagi sedekah itu berkorban nyawa.

''... Terima kasih, ya,'' Mata Dera berkaca-kaca. Seolah ia telah disadarkan dan diajarkan tentang kepedulian sesama.

''iya, sama-sama, mas,''

Tak lama kemudian, si tukang cukur datang untuk mengajak Dera pulang.
Setelah pamit dengan pemuda tadi, Dera beranjak pergi bersama si tukang cukur.

''gimana, kak?'' tanyanya.
''... Kang, saya mau jadi pendonor tetap,''
''kalau ada acara donor darah lagi, nanti mau saya ajak lagi, kak?''
''iya, acara bakti sosial yang lain juga nggak apa-apa, kang. Saya mau ngebantu sesama, saya mau peduli sama orang-orang,'' jawab Dera.
''iya nanti kalau ada saya kabari,''

Dera pulang ke rumah bersama si tukang cukur. Dalam hati Dera merasa bersyukur telah mengikuti acara donor darah tersebut. Ia mendapat sebuah pelajaran yang sangat berharga tentang kemanusiaan. Tentang kepedulian, juga tentang pengorbanan.
Ia menyampaikan pengalamannya itu kepada teman-temannya.
Dera bertekad menyadarkan orang-orang untuk peduli, untuk saling menyayangi melalui pengalaman itu.
Sebuah pengalaman berharga untuk sesama.
Sebuah misi sederhana untuk umat manusia...

Sebuah Misi Sederhana untuk Umat Manusia 3

Begitu sampai di rumah, Dera segera menemui orang tuanya di ruangan tengah.

''mah, pah, besok aku mau ada acara,'' ucap Dera.
''Acara apa, Der?''
''Acara bakti sosial gitu, ma,''
''Dimana?''
''Di daerah Cinere. Acaranya jam 10,''
''Acara dari sekolah? Bakti sosialnya ngapain?'' tanya ayahnya.
''acaranya kerjasama dengan PMI, pa. Acara donor darah,''
''hah?! Kamu mau donor darah?'' ibu Dera tampak terkejut.
''iya, ma,''
''nggak! Itu kan disuntik. Kalau nanti kamu kenapa-kenapa gimana? Siapa yang mau tanggung jawab?'' lanjut ibunya.
''ya aku sendiri, ma,''
''kamu bisa tanggung jawab apa?''
''sama siapa kamu kesana, Dera?'' ayah Dera menimpali.
''emm sama tukang cukur langganan, pa,''
''tuhkan! Apa lagi perginya sama tukang cukur! Mereka gak bisa dipercaya,''
''Ma, hargai mereka!'' nada bicara Dera meninggi. Dia mulai kesal menghadapi ibunya.
''memangnya mereka siapa? Cuma tukang cukur, kan?''
''emangnya kenapa kalau cuma tukang cukur? Mama juga cuma ibu rumah tangga doang, kan?'' balas Dera.
''Dera! Kamu gak boleh ngelawan mama kamu,'' seru ayahnya.
''aku bukan ngelawan mama, pa. Aku ngelawan orang yang nggak bisa ngehargain orang lain,'' balas Dera dengan mantap.
''kamu ini keras kepala, Dera!'' bentak sang ibu dengan mata melotot.
''daripada mama, keras hati,'' Dera tidak mau kalah.
''untuk apa kamu ikut acara begitu?''
''untuk belajar kemanusiaan, pa,''
''sama siapa kamu belajar kemanusiaan?''
''sama mereka yang masih mau peduli sesama,'' jawab Dera. Ayah Dera terdiam mendengar jawaban anaknya.
''alah! Gak usah sok peduli! Kamu masih kecil, Dera!'' sang ibu masih nyeloteh.
''Ma, kalau mama tetap begini, aku bisa lebih peduli ke mereka dan gak peduli sama sekali ke mama,'' kata Dera tegas.
''Dera!''
''kamu boleh ikut, Dera,'' ucap ayahnya.
''hah?''
''Pa, kenapa dibolehin?!''
''semakin dilarang, Dera malah semakin ngelawan. Toh dia punya alasan yang kuat,'' jelas ayahnya.
''tapi, pa..''
''ini juga bisa jadi pembentukan karakter yang bagus untuk ke depannya,''
''Terserah papalah!'' ibu Dera mengalah.
''beneran boleh, pa?'' tanya Dera, masih ragu.
''iya, boleh. Tapi kamu juga harus belajar tanggung jawab, Dera. Jalanin aja apa yang kamu anggap benar,''
''wih asik. Makasih, pa,'' Dera kembali ke kamarnya, meninggalkan kedua orang tuanya.

Sebuah Misi Sederhana untuk Umat Manusia 2

Keesokan harinya.
Waktu telah menjelang sore. Matahari tak lagi terasa panas menyengat seperti di waktu siang.

Selepas Ashar, Dera mengendarai motornya menuju tempat cukur rambut langganannya. Sebuah tempat yang kecil. Hanya dijaga 1 orang tukang cukur paruh baya. Berbeda dengan salon kecantikan zaman sekarang.

Dera memarkir motornya tepat di depan salon langganannya itu. Sepi. Tidak ada pelanggan yang sedang dilayani saat Dera datang. Langsung saja Dera mendapat pelayanan.

''ditipisin lagi, kak?'' tanya tukang cukur paruh baya itu.
''iya, kayak biasa ya, kang,'' pinta Dera.
Sang tukang cukur memulai tugasnya. Potongan demi potongan dia kerjakan dengan guntingnya.

''kang, suka liat acara-acara ceramah di tv?'' Dera membuka pembicaraan.
''acara ceramah?''
''iya, sekarang banyak ya ustadz-ustadz gitu,''
''hati-hati, kak, sekarang mah malah banyak yang gadungan,''
''ustad gadungan?'' tanya Dera.
''iya, mereka teh nyari honor doang,'' ucap pencukur itu dengan logat sundanya.
''coba aja bayangin, kak, dakwah aja harus dibayar. Bayarannya juga mahal banget. Kalau bayarannya gak sesuai, mereka gak mau,'' lanjutnya.
''iya ya. Padahal kan itu gak boleh. Tapi, kang, gak semuanya begitu kan,''
''iya. Ustad gadungan itu bisa diliat ciri-cirinya,''
''ciri-cirinya apa?'' tanya Dera antusias.
''ciri-cirinya itu biasanya ilmunya sedikit, ngepublis kehidupannya, ngepublis kegiatan amalnya, hidup bermewah-mewahan, lebih mentingin duit, takut miskin, ajarannya itu biasanya memakai hadits yang gak shohih,'' jelas tukang cukur itu.
''wah bahaya tuh! Bisa menyesatkan,''
''iya begitulah. Makanya sekarang mah kudu hati-hati. Zaman udah kacau,''
''kacau gimana, kang?''
''kemiskinan dimana-mana, kak. Kesenjangan sosial keliatan jelas banget. banyak orang yang bermegah-megahan, tapi lebih banyak yang kelaparan. Udah gitu, sekarang banyak organisasi yang bertindak semaunya. Negara kita ini jadi kepecah belah, kak. Generasi zaman sekarang tuh lupa sama jati diri bangsa. Lupa sama persatuan,''
''iya ya..'' Dera hanya mengangguk.
''ada ormas bebas, namanya Gerakan Pelajar Nusantara, kak. Itu mereka suka ngadain bakti sosial suka rela,''
''Akang ikut itu?'' tanya Dera.
''iya, saya ikut itu, kak,''
''kegiatannya ngapain? Anggotanya siapa aja?''
''anggotanya mah bebas. Siapa aja yang mau gabung suka rela. Kegiatannya bakti sosial, kerja bakti, donor darah, ya macam-macam,'' jawab tukang itu.
''saya udah 2 tahun ikut itu. Kami bertindak berdasarkan kesadaran tentang jati diri bangsa, kak,'' lanjutnya.
''hmm.. Dimana itu organisasinya?'' Dera mulai tertarik.
''wah bebas, kak. tergantung bakti sosialnya. Kalau mau, kebetulan besok ada acara donor darah,''
''donor darah? Di daerah mana?''
''di daerah Cinere. Acaranya jam 10 sampai jam 3 sore,''
''saya nggak tau tempatnya,''
''bareng saya aja besok, kak. Saya ikut juga kok. Kak, segini udah cukup?'' katanya sambil membersihkan rambut Dera di kain.
''iya, cukup,'' jawab Dera sambil menyisir potongan rambut barunya.
''Donor darah besok, boleh deh, kang. Saya ikut,''
''mau ikut? Kalau mau besok ketemu disini aja jam 9. Nih nomor hp saya,'' Tukang cukur itu memberikan nomornya.
''oke, makasih, kang. Nanti saya kabarin lagi deh. Saya tanya orangtua saya dulu,''
''yasudah, gapapa,''
''makasih, kang,'' Dera pergi meninggalkan salon sederhana itu.

Sebuah Misi Sederhana untuk Umat Manusia 1

''jadi berapa semuanya, mbak?'' tanya Dera kepada seorang kasir. Penjaga kasir itu tampak sibuk dengan hitung-hitungan di komputernya.
''2 komik jadi Rp.36.500, kak,''
''oh ini,'' Dera menyerahkan 1 lembar uang 100.000.
''ada uang pas aja, kak?''
''emm.. Sebentar, saya ambil di motor dulu,'' Dera segera bergegas keluar untuk mengambil dompetnya.

Diambilnya beberapa lembar puluh ribuan.
''kak, boleh minta sedikit uangnya?'' seseorang mengejutkan Dera.
Seketika Dera menoleh. Seorang anak kecil usia sekitar 6 tahun berdiri di belakang Dera. Pakaiannya kumuh sambil menggendong sekarung sampah. Ia menyodorkan tangannya.
''apa yang dia lakukan malam-malam begini? Anak sekecil ini memulung hingga jam seegini?'' pikir Dera.
Dera kembali melihat dompetnya, tak ada uang receh di dalamnya.

''emm tunggu sebentar, dek,'' dengan segera Dera kembali ke penjaga kasir.
''mbak, ada tukeran uang nggak?'' tanyanya.
''nggak ada, kak,''
''hmm.. Yaudah deh. Ini uangnya,'' Dera membayar 2 komik itu.
''makasih ya, mbak,'' Dera pergi keluar dengan serenceng uang kembalian.
''loh? Mana anak kecil tadi?'' Dera melihat sekelilingnya. Bocah pemulung itu sudah tidak ada.
seketika perasaan menyesal menyusup di hatinya.
''kenapa tadi aku tidak langsung memberikan sebagian uangku? Kenapa aku malah berfikir harus mengasih uang sisa? anak sekecil itu kerja hingga malam demi uang, sedangkan aku menghamburkan uang...'' pikirnya.
''ah sudahlah.. Semoga anak itu dimudahkan jalan hidupnya,'' Dera hanya bisa berdo'a untuk bocah pemulung itu. Kembali Dera memacu motornya malam itu, menuju rumah.

Dera tiba di rumahnya.
''assalamu'alaikum,'' ucapnya sambil memasuki rumah.
''wa'alaikum salam,''
Keluarga Dera sedang berkumpul menyaksikan tayangan televisi malam ini.
acara selebriti yang menampilkan seorang Ustadz ternama. Tentang kehidupannya, kesehariannya, kegiatan amalnya, dan keadaan rumahnya yang terbilang megah. Tak lama kemudian, ada tayangan sekilas berita.
''daerah ibu kota masih dilanda kemiskinan. Pemerintah menghimbau agar para pemulung dan anak jalanan segera dipindahkan agar lebih tertib,'' begitulah isi berita. Kontras sekali dengan acara selebritis tadi.

melihat ini, Dera teringat kembali dengan bocah pemulung tadi. Dera merasa sedih karena ragu dalam menolong bocah kecil itu. Ragu dalam menyumbangkan sebagian hartanya kepada seseorang yang lebih membutuhkan. Dera terlarut dalam rasa bersalah.

Minggu, 16 Desember 2012

Deadly Hero

Selamat malam, blogs...

Assalamu'alaikum.

hari ini nggak banyak yang mau gue share. Pengen nge-post tapi gak tau mau nge-post apa. Jadi santai aja ya.


Pernah ngebayangin gak kalau kita punya kekuatan super?

Kekuatan seperti apa yang kalian mau?

Kenapa kalian pilih itu?

Apa yang akan kalian lakukan dengan kekuatan itu?

Seru ya kalau beneran punya. Kemampuan super yang gue mau adalah..... Emm... Ada banyak kemampuan yang gue mau -_-.

Pengendali air? Mau.

Pengendali Api? Mau.

Pengendali Tanah, angin? Mau.

Lari cepat? Mau.

Terbang? Emm.. Ini pasaran.
pukulan super? Nggak.

menghilang? Lumayan sih buat iseng.

membaca pikiran? Ah terlalu normal.

memutarbalikan waktu? terlalu curang.

berpindah tempat dalam sekejap? Gue udah sering gunain ini di mimpi gue.

Berubah wujud? Bolehlah. gue berubah jadi kecil. Kayak semut -_-.

Hipnotis? Tidak mau.

Ilusi? Ini lumayan keren.

Menggunakan banyak senjata? Weapon master nih. Keren loh.

Meramal masa depan? Nanti banyak yang musyrik -_-.

Ilmu kebal? nggak deh.

Immortal? Hidup akan sangat membosankan dan tidak ada harganya. Kau hanya akan merasa hampa jika hidup abadi.

Summoner? Gue pengen banget bisa summon monster. Pengen manggil salamander, white dragon, bahamuth.

Pintar fisika,kimia,bio,mtk? Kemampuan macam apa ini....... -___-.

menghindari remedial? Ngaco banget -_-.

Pengendali imajinasi? Ini yang paling cocok buat gue tapi terlalu curang.

kemampuan tercurang itu menurut gue, pengendali waktu sama imajinasi.

Waktu bisa menghindar dan menghalau serangan. Imajinasi, skillnya banyak banget.

Tetep gue pilih imajinasi.
Mengendalikan imajinasi menjadi kenyataan. Kenapa gue pilih ini? Ya karena skillnya banyak. batasannya cuma imajinasi diri sendiri. Mumpung imajinasi gue banyak, jadi ya ini cocok.

mari simulasikan bila gue memiliki kemampuan ini...


dalam kehidupan nyata, ada banyak hal-hal ngeselin. Ada banyak orang-orang menyebalkan.

Gue sering ngebayangin lagi pulang sendirian terus ketemu preman. Gak elit banget. Terus gue dipalakin. Diancam pakai pistol air -_-.

Gue teriak, ''kalian pikir gue takut?!''
Preman berkata, ''IYA!!!'' dan dia menembak pistol air itu ke tanah. Tanahnya meleleh. Ternyata airnya air keras -___-. Tamatlah riwayat gue.

Terus kalau gue lagi jalan sendirian dan ketemu anak-anak pecinta tawuran. Gue diancam dengan pecahan botol bir, ''pilih harta atau kuburan!?''
Dan gue cuma, ''............. Hah?''. Kemudian gue ditusuk. Tamat deh.

contoh lain. Gue jalan sendirian lagi. Tiba-tiba ada monster raksasa galak. Dia ngancam gue, ''mau ngasih makan atau dimakan!?''.
gue yang saat itu gemetar akhirnya malah dimakan. Tamat.

Kok ini gue mati melulu ya? -_-.

lain halnya kalau gue punya pengendalian imajinasi.

ada preman ngancem mau ngebunuh gue pakai pistol berisi air keras. begitu ditembak, gue ngebayangin air kerasnya menghilang sebelum menyentuh gue. Air kerasnya berpindah ke dalam tubuh si preman. Akhirnya? Tubuh preman itu hancur dari dalam, bolong, organ dalamnya lenyap. Dan mati mengenaskan.

saat gue diancam anak-anak pecinta tawuran. Dengan sekejap gue menghilang dan muncul di belakang si anak yang ngancam. Cukup satu kali pukulan di leher, dia meninggal. Anak-anak lainnya kabur.

Melawan monster. Waktu mau dimakan, gue berubah jadi cabe rawit super pedas. monsternya kepedesan. Akhirnya gue dilepeh dan kembali ke bentuk semula. Monsternya? Mati kepedesan -_-.

Nah kesimpulannya? Gue selamat :)

Kadang gue suka imajinasiin kalau mengahadapi orang-orang yg berisik dan gak bisa diatur, gue ngebuat peraturan yang kalau dilanggar berakibat fatal.
Example: yang berisik dan bercanda saat diskusi kelompok, tenggorokannya hancur.

Belum lagi kalau ada teman yang diisengin berlebihan menurut gue. Rasanya orang yg ngisengin itu tubuhnya mau gue ancurin.

Bahaya? Iya. Tapi gue nggak psycho kok -_-. Gue emang gampang kesel hanya saja masih bisa ditahan. Yah untungnya gue hanya manusia biasa. Kalau gue punya kemampuan super ini.... Emmm mungkin banyak yang mati.


Nah, itu imajinasi gue. Kalian gimana dengan kemampuan pilihan kalian? Mau buat apa? Jangan dipake untuk menaklukan dunia. Karena tujuan semacam itu udah pasaran.
Jadi lakukan saja hal yang membuatmu merasa keren.

oke itu aja dulu.
Don't take it seriously.

Selamat malam, blogs...


P.S: kebayang nggak yang memilih kemampuan super bisa fisika, kimia, bio, mtk? Gue nggak sama sekali -___-.

Selasa, 23 Oktober 2012

"Bukan Jarak Pembunuhnya. Tapi Kita lah Pelakunya."

blogs, ini salah satu puisi atau kata-kata yang menurut gue keren banget. rasanya bener-bener dari hati pembuatnya. okay then, enjoy :)


sumber: Shitlicious.com.

  "Bukan Jarak Pembunuhnya. Tapi Kita lah Pelakunya."
karya @shitlicious
 
"Dari kamu aku belajar tentang keberanian..
Bersamamu aku berani membuat keputusan..
Karena kamu aku bisa mengalahkan keangkuhan..
Dan demi kamu juga aku berani melakukan pengorbanan..

Aku ingat hal-hal bodoh yang pernah ku lakukan dulu..
Mengendap-endap di toko emas buat beli cincin tanpa sepengetahuan kamu..
Sampe ibu-ibu penjaga toko meneriakiku..
Tapi itu semua tertebus oleh sebuah tangisan haru..

Aku ingat saat pertama aku memelukmu..
Sengaja lama-lama aku ciumi pundakmu..
Seakan-akan aku bisa menghirup aroma bebanmu di situ..
Saat itu lah aku merasa menjadi pria berguna bagimu..

Tapi aku sadar, hidup ini mungkin terlalu panjang untuk cerita cinta kita..
Aku sadar, masa lalu biarlah menjadi nostalgia..
Aku hargai keputusanmu untuk menutup bab terakhir cerita kita..
Aku yakin, ini memang saatnya kamu membiarkanku sendiri menghadapi dunia..
Karena hanya kamu yang bisa benar-benar mengenaliku apa adanya..

Awalnya, aku mengira jarak lah yang patut disalahkan..
Tapi sekarang aku mengerti, kita lah yang layak dipertanyakan..
Mungkinkah cinta ini hanya sekedar selingan?
Atau cinta ini layak dibawa hingga akhir kehidupan?

Aku percaya jarak tak pernah salah..
Aku percaya jarak tak mampu membuat cinta musnah..
Aku percaya jarak tak pernah jahat..
Aku percaya jarak justru mendidik kita jadi pasangan yang hebat..

Tapi tampaknya kini kau menyerah..
Dan aku pun tak bisa melawan atau menebar amarah..
Karena kisah ini berawal dengan pertemuan yang indah..
Aku tak ingin semuanya diakhiri dengan rasa gelisah..

Aku ikhlas melepaskanmu..
Akan ku ceritakan kisah kita kepada anak-cucuku..
Agar mereka tau, aku pernah menghidupi kisah cinta sehebat itu..
Agar mereka sadar, cinta itu tak hanya sekedar "aku mencintaimu"..

Selamat tinggal cinta..
Terima kasih untuk pelajarannya..
Aku tak pernah berfikir ini semua sia-sia..
Justru kisah ini membuatku semakin dewasa..
Untuk menyikapi ceritaku di bab berikutnya..

Sampai jumpa di hari yang lebih mulia..
Mungkin saat ini kita adalah dua tokoh utama di dalam film yang berbeda.."

Jumat, 19 Oktober 2012

''Cerita Tentang Diriku''







 

















sumber: sealonline.com


ini salah satu game online yang gue mainin dulu. dan ini cerita versi komik. agak sedih tapi keren. enjoy :)



Rabu, 26 September 2012

Sayap - sayap patah

Di sini.. Akhirnya aku di sini..
Kembali ku hadapkan wajahku menengadah..
Berlari lelah dengan segala langkah goyah..
Jejak-jejak ku membekas merah di tanah..
Berpijak penuh peluh, penuh darah..
Di sinilah aku..
Berdiri teguh di kaki langit..
Menahan segala sakit dan berusaha untuk bangkit..
Mencoba membentangkan sayap-sayap patah ku..
Berharap ia dapat membawa ku terbang bersamamu..
Menembus awan menjangkau purnama..
Membawa angan berpadu mega..
Bermimpi kita akan bertemu disana..
Berpadu bahagia dalam luasnya angkasa..
Tapi apalah daya..
Semua percuma..
Ini hanyalah sayap-sayap patah!
Tiada lagi warna putih nan indah..
Sayap-sayap ku kini berukir merah darah..
------------------------------------------------
Wahai engkau yang telah berdiri di ujung sana..
Di sinilah kami menyertaimu dengan do'a..
Janganlah engkau sedih pun gundah..
Karena esok kan kau lihat fajar merekah..
Wahai engkau yang telah berdiri di ujung sana..
Janganlah engkau takut pun ragu..
Janganlah engkau gelisah dengan takdirmu..
Karena esok engkau akan terbang menyusuri langit biru..
Wahai engkau yang telah berdiri di ujung sana..
bentangkanlah sayap-sayap rapuh itu..
sekali pun ia tak akan menjangkau langit..
kehadirannya membuat kami bangkit..
Wahai engkau pemilik sayap-sayap patah..
Di ujung sana impianmu menunggu..
Tiadalah hari tanpa ia bermimpi tentangmu..
Terbanglah! wahai engkau pemilik sayap-sayap patah..
Walau aku tidak akan pernah menjadi sepertimu..
Setidaknya aku akan menjadi sayap-sayapmu..
------------------------------------------------

Final Debut!!!!!!!

Assalamu'alaikum blogs :)
Kita sharing lagi yuk.
Gue mau sharing tentang kompetisi olimpiade kemarin. Kalau sebelumnya tentang latihan, sekarang kompetisinya. Oiya, ini akan jadi postingan terakhir gue tentang perjalanan olimpiade astronomi. Jadi duduk manis dan baca aja ya...
Olimpiade Sains Nasional (OSN) ke XI tahun ini diadakan di Jakarta. Tahun lalu diadakan di Manado. Gara-gara tahun lalu gue nggak ikut, jadi gue nggak kebagian naik pesawat gratis -_-.
Selama olimpiade ini gue mendapat dukungan penuh dari sahabat-sahabat, teman-teman, keluarga, guru, dan yang lainnya. Gue semangat? Nggak -_-. Yang ada malah beban banget. Karena gue gak mau ngecewain mereka. tapi sebenernya gue juga udah capek sama olimpiade ini. Capek banget. Dan ingin segera berakhir.
Hari keberangkatannya itu tgl 2 september. Dan olimpiadenya dilaksanakan hingga tgl 7 september. Selama itu gue tinggal di Hotel Kaisar.
tanggal 2 gue ke sekolah dulu buat dianterin sama guru. Terus gue pamitan sebentar sama seorang teman di situ. Seorang teman yang nggak mau ngegelarin karpet merah buat gue -_-.
Setelah siap kami nggak langsung ke Hotel Kaisar. Seluruh pemenang di Banten dikumpulin di UNIS Tangsel. Dikasih pengarahan di situ. Gue ketemu wajah-wajah yang familiar. Ada Hilman sama Adli. Udah tau kan mereka siapa? Gak usah dibahas ya.
Gue memperhatikan wajah peserta di sekeliling gue. Mereka tampak Briliant! Kecuali si Adli yang malah celingak-celinguk petakilan -_-.
Di UNIS ini gue dikasih amplop dari pihak sekolah. Tentu saja isinya money. Yah kurang begitu penting sih.
Lanjut, setelah beres, kami foto bersama dan segera berangkat menggunakan bus provinsi. eh tapi Hotel untuk peserta ini ada 2. Yang pelajaran Mipa di Kartika, yang Non-Mipa di Kaisar. Nah, pertama ke hotel Kartika. Selama perjalanan, kami dibagiin tas, jaket, baju, topi, dan amplop berisi uang. Sama dapet makanan juga. barang-barang ini sangat lumayan untuk menambah barang bawaan gue -_-. Selama perjalanan itu juga sebagian besar peserta tidur, sebagian yang lain belajar -___-. Kenapa mereka harus belajar di depan kami?! Kenapaaaaaaa...!!!! *kameradiarahkankelangit*.
Pokoknya gitu.
Terus begitu sampai di hotel Kaisar, kami turun. Yang Mipa udah duluan di Kartika. gue registrasi dulu ke panitianya. Disana sudah menunggu peserta dari provinsi lain. Dan muka mereka..... Bener-bener muka orang berpendidikan -_-. Nyebelin. Gue ngedown lagi ahahaha. Cemen ya? Biarin.
oiya lupa ngasih tau, guru fisika gue ikut sebagai pembimbing. Tapi guru pembimbing itu beda hotel sama peserta.


Bandung, one more time!

assalamualaikum bloooooogs! :D
Fiuuuh.. Lama sekali nggak posting ya. Ya kalian taulah, gue sibuk OSN.
Tapi sekarang sudah selesai.
Ada banyak hal seru yang gue alami selama pelatihan dan kompetisi osn itu sendiri. Jadi gue mau share hal-hal tentang osn yang udah gue alami.
Ready? Lets begin!
semua diawali ketika pelatihan di Bandung. Tepatnya di BPP Wisma Kartini. Daerah terpencil di tengah kota. Wismanya lebih bagus dari pelatihan osp di Darutauhid. Di sini gue ketemu sama mahdi, hilman, dedy yang dulu latihan di Darutauhid. Olim astronomi disini ada 13 orang. Gue, mahdi, hilman, albert, qelly, yusuf, nadi, adit, sharah, agnes, renata, stepany, sama seorang guru geografi. Ntah bagaimana dia bisa ikut latihan di sini. Eh iya, gue memperkenalkan diri sebagai Arya, bukan adit. Tapi tetep aja gue dipanggil Dewa -_-.
singkat cerita, pelatihan osn di sini jauh lebih susah dari pelatihan osp. Yaiyalah -_-. di sini pertama kalinya gue mulai menghafal nama-nama bintang, bentuk rasi, wilayah langit, tebak-tebakan jarak bintang, dan banyak lagi. Kegiatan favorit gue selama di sini adalah..... Mengamati bintang. Romantis loh. Kalau malam atau subuh itu biasanya gue keluar.
menatap langit. Mengimajinasikan titik terang di langit malam. Berharap dapat kutemukan wajah cantikmu dalam rangkaian bintang-bintang itu. Tapi sayang seribu sayang... Yang kutemukan adalah wajah banteng -_-. Dasar Taurus -_-.
Nah, jadi gue merangkai bintang-bintang itu dan menebak rasi apa yang sedang gue amati.
Selain itu, di sini juga latihan soal segala macam. Asli, capek banget. Bukan capek fisik, tapi capek otak. Apalagi ngeliat teman-teman yang belajar seharian, bahkan ketika jam pelatihan telah selesai. Bikin ngedown banget.
Terus ada kejadian gue di kunciin juga -_-. Salah gue sendiri sih. Waktu itu abis sharing sama olim biologi. Udah jam 10 malem pas gue mau masuk ke kamar, gue ngeliat mahdi lagi belajar di ruang kelas sendirian. Karena gak tega, Akhirnya gue temenin. Kami belajar sampai jam 1 lewat! setelah lelah, kami kembali ke kamar masing-masing.
Gue ke kamar. Ceklek! ''.......... Yah dikunciin...'' langsung panik. Si mahdi udah ke kamarnya. Akhirnya gue kejar dan tidur di kamarnya. Dan alhasil, semalaman itu gue tidur di lantai kamarnya dan kedinginan -_-. Untungnya gak mimpiin wajahnya taurus -_-.
Terus disini juga ada latihan pengolahan data. Sumpah, ini nyebelin banget! Pembahasan 1 soalnya aja bisa 3 jam! Bayangin!! pengolahan data itu sejenis sama statistika matematika yang ada mean,median,modus,simpangan baku itu loh. Tapi ini jauh lebih sulit. Jangan dibahas ya..
Baik, selain itu, ada juga latihan praktek. Iya, kami meneropong dengan teleskop. Pada malam hari, kami pergi ke ITB. Disana ada pengarahan sebentar lalu kami diizinkan meneropong. Teropongnya jauh lebih besar dibanding sedotan es teh manis -_-. Oke. Abaikan.
Pokoknya teropongnya besar.
Kami bergantian mengamati bintang. Kebanyakan sih ngamatin bintang Vega di rasi Lyra. Gue ngamatin Deneb dari rasi Cygnus. masa bintangnya bergerak gitu pas diliat pake teropong. Jadi bintangnya yang keliatan di teleskop itu cuma bisa beberapa detik. Karena bintangnya keliatan bergerak, berpindah tempat. Tapi bintang yang kami lihat sih tetep hanya berupa titik. Kecuali kalau kami melihat bintang ganda. Gini, bintang ganda ini adalah 2 bintang yang berdekatan. Kita cuma bisa ngeliat 1 kalau pake mata normal. Tapi kalau pakai teleskop, kita bisa ngeliat 2. Tapi tetep aja cuma titik.
Terus waktu pengamatan itu kan lagi bulan Gibous (bulan benjol). Jadi kami juga mengamati permukaan bulan. Dan karena jarak bulan jauh lebih dekat ketimbang bintang, kami dapat melihat permukaannya yang berkawah bekas meteor. Keren banget! Warnanya keemasan akibat pantulan sinar matahari. Kalian bisa ngeliat lubang semacam goa di sana. Tapi tetap saja, nggak ada wajahmu di sana -_-. sayang sekali, waktu pelatihan gak ada yang bisa digombalin. Tapi nggak apa-apa, suata saat mungkin kalian akan melihat bintang itu bersama gue. Eksklusif loh.
Selain pengamatan, gue juga sempet nyasar ke BIP. Ceritanya gue pengen jalan pagi gara-gara capek mikir. Jadi gue refreshing. gue berangkat jalan kaki sendirian. Jam 6 kurang. sambil dengerin lagu biar lebih relax. langkah demi langkah gue jalani. Hingga akhirnya gue kejauhan. Gue tersesat dan tak tau arah jalan pulang. tapi gue nggak terjatuh. Gue juga nggak tenggelam. Gue juga gak punya luka dalam. Dan gue juga udah mandi, jadi gak ada butiran debu di badan gue -_-.
Gue menelusuri BIP (bandung indah plaza) hingga ke taman lalu lintas. Gue nanya jalan ke tukang pasir, tukang gorengan, sama ke polisi. Yang ngasih taunya bener cuma polisi. Yasudah akhirnya kami pulang. Sekali lagi, gue nggak ketemu cewek yang seumuran yang bisa diajak nyasar bareng. So hard to find. Surely.
Pokoknya kegiatan kami disini ya makan, tidur, belajar, pengamatan. Dan sisanya gak penting.
seminggu pelatihan dari tgl 22 sampai 29 agustus. Ini mulai dari sebelum masuk sekolah loh. Jadi gue belom ketemu sama temen-temen sekelas. Kangen deh, tapi gue gak mau pulang. yah walaupun akhirnya tetep pulang sih.
Yah sekian tentang pelatihan osn di bandung. Maaf bila gaya penulisan posting kali ini kurang rapih. Just enjoy it, okay?
see you...

Sabtu, 18 Agustus 2012

selamat idul fitri!

Blogs!!!! halo halo halo :D Happy new year!! Eh salah, selamat hari raya idul fitri, blogs :) Minal aidin wal faidzin ya, wahai readers sekalian :) Assalamu'alaikum! Special night. takbir telah berkumandang, suara petasan dimana-mana, suara perut tidak lagi terdengar. Yak yak setelah 29 hari berpuasa, kini kita menyambut hari kemenangan. Oke, lebaran ini identik dengan maaf-maafan kan ya? Jadi gue mau minta maaf dari lubuk hati di kedalaman 6400 km *jari-jari bumi* -_-. Maaf ya blogs, kalau banyak yang tersinggung dari postingan selama ini. Sungguh itu salah Urf -_-. anyway, Gue seneng lebaran tahun ini nggak kayak lebaran 2 tahun lalu yang ngeledek itu -_-. kemarin malam, kami sibuk twitter-an hingga jam 1 pagi. Ngapain? Main sama anak-anak Osn yang ntah siapa. Seru loh jawab kuis cepet-cepetan gitu. Tapi kan gue pake hp ya jadi kalah. Biasanya gue ngerusuh doang. Tapi pertanyaan terakhirnya itu disuruh ucapan terimakasih atau ungkapan rasa sayang kepada orang-orang terdekat. Ah itu seru! Oiya, sebelumnya gue nonton Kick Andy tentang pengibaran merah-putih. Luar biasa sekali dari mulai upacara oleh robot, pengibaran di puncak tertinggi, hingga di dasar laut. Keren deh. Gue kagum sama semangatnya. Gue mengutip beberapa kalimat, ''kita berhasil bukan karena kita kuat atau hebat, tapi karena Tuhan memberi kesempatan.'' ''lebih baik pulang cuma nama daripada gagal dalam tugas.'' Sebenernya banyak tapi yg kecatet cuma 2. Sekali lagi gue kagum sama mereka. Terus tadi sore, gue pergi dong sama Urf. Iya, ini ''Me time''. Tau apa itu ''Me time''? Ini adalah waktu sendirian. Buat ngerenung atau nenangin diri. Enak loh rasanya. Tadi gue jalan-jalan ke wilayah sawangan. Muter-muter doang sih. Matahari sore hari ini luar biasa nikmatnya. Begitu hangat. Pengen deh bisa duduk di tempat penuh pemandangan hijau sambil nikmatin matahari sore. Sendirian juga gapapa. Tenang banget rasanya. Yah ini quickpost aja ya. Jadi sekian blogs. Setelah ini kami akan sibuk pelatihan dan semacamnya untuk osn. Jadi doakan kami :) Baiklah, mohon maaf lahir batin sekali lagi. Selamat malam :)

High and low 3

Hari yang ku nanti pun tiba. Sabtu malam. Aku sudah siap dengan kemejaku. Aku berusaha tampil rapih di depan Nita. Sebenarnya agak malas bila harus bersama dengan teman-temannya yang terkesan elegan itu. Aku tidak suka mereka. Aku tidak mengerti, kenapa mereka merendahkanku? Hari Jum'at kemarin mereka ngobrol seperti biasa dengan Nita. Tapi begitu aku datang masuk kelas, obrolan mereka terhenti. Mereka menatapku sinis dan mulai berbisik, ''eh liat tuh! Si Fizan,'' ucap salah seorang diantaranya. ''Nit, lo yakin sama..'' ''apaan sih kalian!? Udahlah biarin aja!'' Nita mencela mereka. ''tapi Nit, dia kan cuma..'' Aku tidak mendengarnya dengan jelas, tapi aku tau mereka menyindirku di hadapan Nita. Dari tempatku duduk aku mencuri-curi pandang. Memperhatikan reaksi Nita yang sedang ''dicuci otak'' oleh mereka. Sesaat pandangan kami saling beradu. Jika sudah begitu, ku palingkan saja wajahku. Pura-pura tidak melihat. Tapi aku rasa Nita tau. Aku pikirkan ulang tawaran Nita. Aku baik-baik saja dengan Nita, tapi teman-temannya itu loh. Berada di kelas bersama mereka saja membuatku kesal, dan sekarang aku harus pergi bersama mereka. Selepas maghrib, aku sudah berada di depan rumah Nita. Lampu-lampu taman menyinari kolam ikan di halaman rumahnya. Aku terdiam cukup lama sebelum akhirnya menekan bel di dinding. Tingtong Ku tekan bel rumahnya. Tak lama kemudian, Nita keluar. Malam ini Nita keliatan lebih cantik dengan baju merah. Pakaiannya simpel tapi tergolong sopan. ''udah siap? Langsung berangkat aja nih?'' ''temen-temen lo gimana?'' ''paling mereka udah disana duluan,'' ''oh gitu ya. yaudah ayo, Nit,'' Dengan malas, aku pacu sepeda motorku ke tempat tujuan kami. ------------------------------------------------ Kami tiba di sebuah Mall yang cukup terkenal. Segera Nita membawaku ke tempat teman-temannya menunggu. Dari jauh aku bisa melihat ada 5 orang sudah menempati satu meja makan di restaurant. Ya, mereka 2 laki-laki dan 3 perempuan yang biasa ku lihat datang ke kelasku. ''Nitaaa!'' sapa temannya setengah berteriak. Nita menyambutnya dengan raut wajah senang. ''eh Nit, ini siapa?'' salah seorang dari mereka menunjukku. ''oh ini Fizan,'' ''yang Kamis kemarin sama elo ya, Nit?'' Mereka menatapku aneh. ''iya, ngel'' ''oiya Fiz, kenalin, ini Angel, Doni, Risa, Nadira, Emir.'' Nita memperkenalkan mereka padaku. ''... Salam kenal ya,'' aku coba bersikap ramah dan menjabat tangan mereka satu persatu. ''emm.. Iya salam kenal, Fiz.'' walau mereka menyambut tanganku, aku rasa mereka ragu. ''eh Nit, sini deh!'' Nadira menarik Nita. ''lo kok ngajak dia sih?'' bisik Nadira. ''ya emang kenapa?'' ''tapi kan dia..'' ''udahlah.. gapapa kali, Nad. Biar ramai.'' Risa memotong ucapan Nadira. ''ah elo mah gitu, Ris! Kita kan rencananya cuma ber-6.'' ''iya! gue, elo, Nita, Nadira, Doni, Emir, Udah! Nggak ada tambahan.'' Angel menambahkan. Aku mulai merasa tidak enak menjadi bahan pembicaraan mereka. Apa lagi keadaannya begini. ''eh udahlah, Ris.. Ngel. Dia kan udah dateng. Jadi ya gapapa,'' Doni coba menjadi penengah. ''kok elo malah ngebela dia, Don?'' nada bicara Angel meninggi. ku perhatikan Nita. Wajahnya terlihat cemas menghadapi teman-temannya. Aku pun begitu. Rasanya aku tak pantas berada di tengah-tengah mereka. Aku tidak sebanding. Perlahan aku menjauh dari kerumunan itu. Tanpa pamit atau sepatah kata, aku tinggalkan mereka. Mungkin aku akan merasa bersalah kepada Nita jika pergi begini. Tapi aku juga tidak ingin merusak rencana mereka. ''eh dia pergi tuh!'' seru Emir. ''kenapa dia malah pergi? Kok lo nggak cegah dia sih, Mir?'' tanya Risa. ''ya gue kan gak tau, Ris.'' ''biarin aja, Mir. Malah bagus kan?'' ''nggak gitu, Nad. Jadi gimana nih?'' Doni menatap Nita yang hanya terdiam sejak tadi. ''Nit? Nita? Lo gapapa?'' tanya Risa. ''...... Maaf.. Salah gue,'' Nita beranjak pergi meninggalkan mereka. ------------------------------------------------ Jam tanganku menunjukan pukul 20.01. Aku belum beranjak pulang dari tempat ini. Perasaanku masih kacau. Sampai sekarang aku masih belum mengerti kenapa mereka begitu. Rasanya aku ingin marah! tapi pada siapa aku harus marah? Mereka memiliki rencananya sendiri. Sedangkan aku? Hanya datang dan tak mengerti apa pun. Pada akhirnya akulah yang mengacaukan rencana mereka. sudah sekitar 10 menit aku berjalan menelusuri tempat ini, tidak tau harus bagaimana atau kemana. Aku memutuskan untuk segera pulang. Masabodo dengan mereka. Aku tiba di pintu keluar Mall. Ini bukan tempat aku masuk dengan Nita tadi. Ada sebuah taman kecil disini. Kulihat seorang perempuan duduk termenung. ''... Nita?'' aku mendekatinya perlahan. ''eh Fizan,'' ''kenapa lo disini? Temen-temen lo mana?'' ''mereka ada di dalam,'' ''oh begitu..'' aku duduk di sampingnya. Sunyi. Taman ini cukup sepi. Hanya ada kami disini. Ada beberapa orang yang melintas, tetapi tidak singgah. ''Fiz?'' ''hm?'' ''soal yang tadi.. Maaf..'' ''..... Bukan salah lo kok, Nit. Gue yang salah,'' ''tapi kan gue yang ngajak lo, Fiz,'' ''Nit, gue pengen tau. kenapa mereka begitu ke gue? Kenapa gue dipandang rendah?'' ''...... Gue juga nggak ngerti, Fiz,'' ''mungkin sejak awal gue gak pantes bergaul dengan kalian,'' ''kenapa lo mikir begitu?'' ''ya kalian itu kan ibarat golongan atas. Golongan terhormat. Sedangkan gue? Gue cuma golongan bawah. Gak penting, Nit,'' Nita terdiam. ''hari Kamis kemarin aja, waktu gue pulang bareng lo, banyak yang ngeliatin kita. Kayak gak suka gitu. Wajar sih. Lo cantik, pinter, populer, banyak yang suka sama lo. Sedangkan gue cuma seorang laki-laki biasa. Apa yang bisa lo harapin dari gue, Nit? Nggak ada, kan?'' aku ungkapkan semua pemikiranku. ''......'' Nita tidak menjawab. Di tengah keheningan itu aku bisa mendengar Nita menangis terisak. ''maaf, Nit.. Gue emang gak pantes buat lo,'' ''Fiz.. Sejak kapan lo terpengaruh sama mereka? Sejak kapan lo menganggap mereka jadi penentu kita cocok atau nggak?'' Nita balik bertanya. ''dan sejak kapan lo menganggap gue menilai seseorang dari statusnya? Gue bukan orang yang begitu, Fiz. Mungkin gue emang cewek populer dan lo cuma cowok biasa. Mungkin banyak yang suka sama gue, tapi gue milih elo! Apa yang salah dengan itu?'' tambahnya. Kini malah aku yang terdiam dibuatnya. Aku tak pernah menyangka Nita akan mengatakan ini. ''Fiz.. Gue tau banyak yang nggak suka kalau kita deket. Mereka bisa men-judge kita, tapi mereka gak bisa ngatur kita, Fiz. Gue udah coba nggak memperdulikan mereka, kenapa lo nggak? Kenapa lo lebih pentingin anggapan mereka? Angel dan Nadira juga gak setuju kalau gue sama elo, tapi gue tetep ngebelain elo. Fiz, tolong jangan bikin usaha gue sia-sia hanya karna lo peduli sama pendapat mereka.. Tolong jangan ngejauh dari gue..'' Kata-kata Nita seolah menusukku. Aku merasa sangat bersalah. Aku tidak tau harus berkata apa setelah mendengar semua ini. Rasanya aku sangat bodoh dan jahat karena tidak memikirkan perasaan Nita. Aku terlalu sibuk memikirkan orang lain. Aku egois dengan anggapanku sendiri. ''Nita, gue... Gue minta maaf, Nit. Gue udah jadi pengecut. Gue akan coba untuk gak terpengaruh. Gue akan coba nentuin pilihan gue sendiri,'' ''lo sekarang sadarkan, Fiz?'' tanya Nita. ''iya, gue sadar, Nit,'' ''hmm tapi pasti lo belom sepenuhnya sadar,'' ''sadar apa?'' ''sadar.. kalo lo lagi dikerjain!'' seseorang, berteriak dari balik pepohonan. Angel, Nadira, Risa, Emir, dan Doni keluar dari persembunyiannya. ''ahahaha Fizaan, Fizan,'' Nadira tertawa. ''lo ini lucu, ya. Hahaha,'' timpal Angel. ''eh apaan nih!?'' Aku masih belum mengerti apa yang terjadi. Aku tidak menyadari kehadiran mereka. Mereka menertawakanku. ''hahaha. Ternyata Fizan orangnya begini, ya? Rencana kita berhasil!'' seru Risa. ''Nita, ini ada apa? Kalian ngerencanain apa?'' ''gini Fiz, kita disini mau ngerjain elo. Eh, lebih tepatnya menguji,'' Doni yang menjawab pertanyaanku. ''iya, terus ini idenya Nita loh. Hahaha,'' Emir menambahkan. ''hah?'' aku menatap Nita yang masih tertawa. ''maaf, Fiz. Yang tadi di dalam Mall itu cuma pura-pura. hahaha,'' jawab Nita ''iya, yang di kelas juga,'' sahut Nadira. ''... Terus, Nit, yang lo omongin tadi itu.. Juga cuma pura-pura?'' ''nggak, yang itu gue serius. Gue tau lo bakal ngerasa tertekan kalau deket gue, jadi gue pengen lo sadar. Lo gak harus selalu peduli pandangan orang lain tentang diri lo. Lo harus percaya diri dan jadi diri sendiri, Fiz,'' jelas Nita. ''terus kenapa gue yang lo sadarin?'' ''aduuh, Fizan..! Lo belom ngerti juga!?'' Nadira menggelengkan kepalanya. ''Nita tuh suka sama elo!'' seru Angel. ''....... Hah!? Beneran, Nit?'' ''.. Iya, Fiz. Gue suka sama lo,'' kali ini Nita tersenyum. Pernyataan itu membenarkan dugaanku selama ini. Nita suka padaku. Aku senang mengetahuinya. Teman-teman Nita ternyata juga telah mendukungku. Malam ini adalah hari jadi kami. Setelah aku juga mengungkapkan perasaanku kepada Nita. Semenjak hari itu, aku coba untuk tidak perduli dengan orang-orang yang memandangku tak pantas dengan Nita. Aku coba mengabaikan mereka. Memang benar apa kata Nita, orang-orang hanya menilai diri kita. Tapi mereka tidak bisa mengatur hidup kita. Saat ini aku akan menjalani apa yang aku pilih tanpa dibatasi siapa pun..

High and low 2

rapat tadi berjalan seperti biasa. Tidak banyak keputusan yang tercapai. Aku bingung dengan aturan-aturan yang ada disini. begitu banyak aturan, tetapi hanya sedikit yang benar-benar berlaku. Tidak tegas. Ya begitulah sekolah ini. Ntah apa yang dipikirkan guru-guru dan kepala sekolah. kini udara tidak sepanas tadi. Matahari sore perlahan mulai terbenam di ufuk barat. Aku mengendarai sepeda motorku kembali ke rumah. ------------------------------------------------ ''assalamu'alaikum,'' ucap ku sambil membuka pintu. ''Fizan, darimana aja kamu? kok baru pulang jam segini?'' tanya Ibuku. ''iya tadi di sekolah ada rapat rohis dulu, ma.'' ''sudah makan belum tadi?'' ''udah kok.'' ''yaudah, mandi dulu gih.'' perintah Ibuku. ''iya, ma.'' ------------------------------------------------ Malam hari. Aku sudah menyiapkan buku pelajaran yang akan ku bawa besok. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Rupanya Nita menelpon. ''halo?'' ''halo, Fiz?'' ucapnya pelan. ''kenapa, Nit?'' ''ini.. Gue mau nanya PR. Besok ada PR apa aja, Fiz?'' Aneh pikirku kalau Nita menelpon untuk menanyakan PR. Karena biasanya dia pasti mencatat semua tugas atau PR yang diberikan guru dan mengerjakannya dengan cepat. ''PR? Tunggu... Besok nggak ada, Nit,'' ''masa?'' ''iya, bener.'' ''oh begitu ya. Oiya, lo lagi ngapain, Fiz?'' ''baru selesai nyiapin buku. Lo?'' ''gue lagi nonton tv aja nih.'' ''tumben, gue kira lagi belajar. Hahaha.'' ''yee kan orang pinter nggak harus selalu belajar, Fiz. besok lo rapat lagi?'' ''nggak, Nit. Memang kenapa?'' ''kalau gitu...'' Jadilah kami berbicara panjang lebar lewat telpon malam ini. Akhir-akhir ini Nita memang sering menelpon sekedar untuk menanyakan PR atau apa yang sedang aku lakukan. Bukan cuma lewat telpon, di sekolah pun ia jadi sering mengajakku bicara. Sekali lagi, ini aneh. Bukan karena Nita jarang bicara. Tapi menurutku Nita yang terkesan populer itu lebih sering mengabaikan seorang yang biasa saja sepertiku. Awalnya aku bingung dan berusaha untuk tak peduli. namun sekarang aku sadar, sepertinya ia suka padaku. ------------------------------------------------ Obrolan dengan Nita semalam masih terus membayangi pikiran. Kini pikiranku penuh dengan pertanyaan ''apakah Nita suka padaku?''. Pagi ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Tak ada yang spesial di hari ini selain niatku untuk memastikan perasaan Nita. Tentu aku tidak akan bertanya terus terang. Aku lebih memilih memancing dia dengan obrolan penuh kode hingga aku benar-benar dapat memastikan perasaannya. Aku memasuki kelasku. belum terlalu ramai. Ku lihat Nita sudah duduk di tempatnya. Beberapa teman dekat Nita juga ada di sekelilingnya. Nita yang melihatku masuk, hanya tersenyum manis sejenak dan kembali melanjutkan obrolan bersama temannya. Aku pun melakukan hal yang sama. Tersenyum dan berlalu begitu saja. Aku mengurungkan niatku untuk menyapa gadis populer itu. Malu. Ya, aku malu dengan teman-temannya. Mereka bukan dari kelasku. Aku tak mengenal mereka. Tetapi, senyumnya tadi merupakan sebuah tanda buatku. ''Eh Nit, kita balik ke kelas dulu ya,'' ucap salah seorang teman perempuannya. ''iya. Eh nanti malam beneran jadi?'' ''jadi ngapain?'' ''katanya pada mau nonton,'' ''oh itu rencananya diundur Nit. Diganti jadi hari sabtu nanti,'' ''oh gitu ya? Yaudah gih sana balik,'' tukas Nita. Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Kami melanjutkan hari-hari sekolah seperti biasa. Sepanjang hari aku terus memikirkan maksud dari sikap Nita. Mungkin bukan hanya aku, tapi teman-teman sekelasku dan teman-teman Nita juga pasti menyadari sikap Nita terhadapku. Ketika waktu pulang tiba, seperti kemarin, Nita pergi ke tempatku. Jantungku dibuat berdegup semakin cepat seiring langkahnya semakin mendekat. ''hai, Fiz,'' sapanya padaku. ''i.. iya? kenapa, Nit?'' jawabku gugup. Aku berusaha terlihat wajar. ''lo balik kapan? Hari ini nggak rapat, kan?'' ''ng..nggak kok. Ini baru mau pulang,'' ''ooh. emm.. Pulang bareng, yuk!'' ''hah?!'' kaget aku dibuatnya. Tak pernah terpikir oleh ku. Nita mengajakku pulang bareng? mimpi apa aku semalam? ''Fizan? Lo kenapa? kok kayaknya kaget gitu?'' Nita membuyarkan lamunanku. ''eh..nggak, gapapa kok. Hehe.'' ''jadi mau pulang bareng, nggak?'' Nita mengulangi pertanyaannya. ''emm.. Emang temen-temen lo kemana? Lo gak bareng mereka?'' ''mereka ada sih, tapi nggak ah. Lagian kan rumah kita searah, Fiz,'' ''Iya juga ya.. yaudah deh, Nit,'' Aku terima tawaran Nita. Ada perasaan bangga yang terselip di hati. Seolah aku berhasil memenangkan hati perempuan tercantik di sekolah ini. Keluar dari ruang kelas, puluhan pasang mata menatap kami. Tatapan mereka seolah melihat sesosok mahluk luar angkasa jalan di samping model terkenal. Termasuk teman-teman Nita yang sedang berkumpul. Jujur aku ragu. perhatian mereka tersita olehku yang berjalan di samping Nita. Wajar saja. di sekolah ini, siapa yang tak kenal Nita? Hampir semuanya kenal. Dan siapa yang mengenalku? Hampir semuanya tak peduli. Aku percepat langkahku. Aku tak mau meladeni tatapan-tatapan itu. Nita menyusul di samping ku. ''eh Fiz, kenapa jalannya buru-buru?'' ''nggak apa-apa kok,'' aku ingin segera keluar dari sekolah ini. Aku merasa tak sebanding berjalan di sampingnya. Apa lagi ketika aku mengambil motor butut yang biasa aku kendarai. Rasanya ini tidak layak untuk Nita. Tapi dari apa yang ku lihat, Nita baik-baik saja. Malah terkesan tak acuh dengan reaksi di sekitarnya. Aku baru bisa menghela nafas lega begitu cukup jauh dari sekolah. Aku membonceng Nita menuju rumahnya. ''Fizan, hari sabtu nanti lo ada acara, nggak?'' suara Nita kurang terdengar. Terhalang suara laju angin ketika berkendara. ''apa, Nit?'' ''Hari sabtu lo ada acara, nggak?'' ''nggak ada,'' ''mau ikut gue nggak?'' ''haah?'' aku sulit mendengarnya. ''hari sabtu lo mau ikut gue, nggak?'' ''ikut kemana?'' ''nonton. Bareng temen-temen gue juga, Fiz,'' ''nonton dimana? Mau nonton apa?'' ''ya belom tau sih. Liat aja nanti. Lo ikut ya?'' bujuk Nita. ''......'' Rumah Nita sudah terlihat, ku pacu sepeda motorku lebih cepat hingga berhenti di depan rumah megahnya. ''lo serius ngajak gue, Nit?'' aku ragu dengan ucapan Nita tadi. ''iya, emang kenapa?'' ''tapi temen-temen lo..'' ''mereka kenapa?'' ''gue gak enak aja sama mereka,'' ''Gak enak gimana maksud lo?'' ''ya..'' ''udahlah, Fiz. Santai aja kali,'' Belum sempat aku menjelaskan, Nita sudah memotong kata-kataku. ''hmm.. Yaudah deh. Gue ikut,'' sangat sulit rasanya untuk menolak ajakan Nita. Saat ini aku sama sekali tidak tau, apa Nita mengerti maksudku terhadap temannya atau tidak. Yang jelas, dengan ajakan ini aku semakin merasa dugaanku benar. Nita memang suka padaku. ------------------------------------------------

High and low 1


''assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatu.'' ucapku seraya menghadapkan wajah ke kanan dan ke kiri. tanda usai sholat.
Teman-teman di belakangku juga mengikuti sebagai makmum.
Hanya ada 2 saf laki-laki dan 1 saf perempuan yang ikut beribadah. Itu juga tak lebih dari 20 orang.
Aku heran melihat keadaan semacam ini. Aku tau ini SMA negeri terkenal yang banyak diminati. Kabarnya persaingan masuk ke sekolah ini sangat ketat. Dan katanya siswa-siswi di sekolah ini berprestasi dan sopan-sopan. Tapi melihat keadaan siswa-siswi yang sebenarnya, rasanya aku tak punya kebanggaan bisa bersekolah disini.
Kriiiing!
Bel tanda masuk berbunyi. Setelah berdo'a, aku segera masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran terakhir hari ini.
Pelajaran pun dimulai. Ibu **, guru ***, mulai menerangkan materi. Menit demi menit berlalu. Guru itu seolah berbicara pada tembok. Hampir tak ada yang peduli dengan pelajarannya. Sesekali aku memperhatikan teman-temanku yang tampak mengantuk. Wajar memang, cuaca panas di luar meresap masuk ke dalam. Ditambah lagi ini adalah jam pelajaran terakhir.
''Aldo, coba kerjakan soal di papan tulis!'' perintah guru itu kepada temanku yang sedang asik mengobrol.
Seketika Aldo terdiam.
''eh eh, itu caranya gimana?'' bisiknya kepada temannya.
Tentu saja tak ada yang menjawab.
''Ayo, Aldo!'' titah guru itu lagi.
Aldo maju dengan ragu. Dia hanya termangu menatap soal dihadapannya.
Kriiiiiing!
''Bu, pulang..!''
''haaah.. yasudah.. Aldo silahkan kembali ke tempat,'' kata Bu **.
Aldo menghela nafas panjang.
''soal ini dijadikan PR untuk Rabu depan ya,'' tambahnya.
''Yaaaaah masa PR lagi, bu?'' keluh teman-temanku.
''pokoknya dikerjakan. Rabu depan dikumpulkan.'' Bu ** segera meninggalkan kelas. Diikuti teman-temanku.
Beginilah keseharianku di sekolah.
Ini tahun kedua aku bersekolah di SMA ini. Tahun ajaran baru dimulai selama 2 bulan. Tapi sudah terasa membosankan.
''eh Fizan, lo nggak pulang?'' tanya Nita,temanku.
''ya pulanglah, Nit. Masa mau nginep?''
''oh haha. Pulang kapan?''
''nanti, habis rapat.''
''rapat apa lagi, sih? Lama nggak rapatnya?''
''rapat Rohis. Ya lumayan lama kayaknya. Emang kenapa, Nit?'' Aku balik bertanya.
''gapapa sih.. Yaudah ya, gue duluan, Fiz,''
''iya, Nit,'' perempuan itu beranjak pergi meninggalkanku yang masih sibuk merapikan barang-barangku.
Setelah selesai, aku berniat meninggalkan kelas untuk rapat. Tepat di depan pintu keluar kelas, niatanku hilang. Matahari bersinar terik siang ini. Udara panas menambah gersang daerah sekolahku. Aku mulai ragu dengan gelar 'SMA unggulan' yang disandang sekolah ini. Bagaimana tidak? selain melihat sikap teman-temanku, sekarang lingkungan yang gersang melanda. Seandainya banyak pepohonan, pasti akan jauh lebih baik.
Di kejauhan aku dapat melihat Nita dan teman-temannya dari kelas lain.
Aku memang baru mengenalnya 2 bulan lalu saat pembagian kelas. Tapi aku tau Nita seorang perempuan yang populer di sekolah ini. Wajar. Nita cantik, putih, pintar, dan gayanya yang simple tapi modis pasti menarik banyak perhatian. Terutama kaum laki-laki.
ku lihat jam dinding di tembok belakang kelas. Pukul 14.56.
Aku harus bergegas ke rapat. Ku niatkan kembali melangkah menembus panasnya udara di luar.
''bismillah..''

Short Review


Assalamualaikum
Blogs...
agak lama kami tidak bercerita.
beberapa postingan sebelum ini adalah cerpen. Iya, kami lagi sibuk dengan cerpen itu. Setelah 4 kali ngebuat cerpen, kami jadi keterusan. Ada banyak ide cerita, tapi inti permasalahannya belum tau mau tentang apa.
Oiya, dari beberapa karakter cerpen itu, rasa-rasanya ada di dunia nyata. gue nggak tau muka mereka, tapi gue tau kayak gimana rasanya kalau deket mereka. Semacam gue tau hawa kehadiran mereka. Keren ya? Biasa aja sih.
Gue mau bahas sedikit tentang cerpen gue yang terakhir. Dandelion's dance mendapat tanggapan yang bagus. Seneng? Ya lumayan. Sebenernya gue bosen sama alurnya yang akhirannya meninggal. Gue udah sering baca yang begitu. Biasanya tokoh cowok/ceweknya meninggal, terus ninggalin surat buat pasangannya. Terus pasangannya sedih, nyesel. Ya gitu-gitu doang. mirip kan sama yang gue buat? Tapi bukan itu. Adalah arti dari sebuah kematian seseorang yang berharga buat kita, yang mau gue tunjukin. Tentang keikhlasan. Bukan tentang seseorang yang sedih meratapi kepergian cintanya. Bukan tentang ''setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan'' ini udah basi banget. Tapi tentang alasan kenapa orang itu pergi dan bagaimana kita menyikapinya. Dalam ngebuat cerpen ini, gue butuh beberapa pendapat dari orang-orang tentang permasalahan dalam cerpen. Pendapat mereka gue olah lagi. kalau udah masuk akal, baru gue masukin ke cerpen.
Problem ngebuat cerpen ini tuh...
Well, ada banyak bagian gak penting di cerita itu yang gue rasa gak perlu gue tulis. Tapi ternyata justru itu yang ngebuat cerita ini masuk akal. Soalnya kalo gak ada bagian ini, nanti ceritanya gak jelas. Tapi bagian ini bikin lama! Udah gitu, gue nulisnya kan malem pas udah ngantuk. Jadi gue males-malesan deh.
but, over all, ini cerita yang bagus dan mengungkapkan sudut pandang gue dan bonus beberapa puisi. Yang belum baca, enjoy.
Anyway, gue juga mau ngebahas olimpiade nih. Seperti biasa, blogs, gue ngedown. 3 kali olim, 3 kali ngedown. Kali ini 3 kali lebih ngedown dibanding sebelumnya. Why? Ini tingkat nasional. Lawan-lawannya udah pasti level atas semua. Dan gue yakin, sebagian besar dari mereka udah punya pengalaman. Yah minimal udah ikut osp beberapa tahun sebelum ini. Ada lagi yang udah ikut osn tahun lalu. Ada juga yang ikut kompetisi nasional lainnya. Wajar dong gue ngedown. pengalaman gue itu amat kecil dibandingkan mereka. Mereka udah coba osp berkali-kali, nah gue baru sekali. Tapi alhamdulillah, langsung lolos hahaha.
Ditambah lagi, ada beberapa temen dari pelatihan di Bandung kemarin. Jujur, gue gak pengen ngelawan mereka. Takut kalah? Iya. Gue gak pengen kalah. jadi gue harus belajar lagi. Tapi tetep aja... Gak mau ngelawan mereka ntah kenapa.
kami akan bertemu mereka lagi tgl 24 agustus nanti di pelatihan Bandung. Iya, kami dilatih sama-sama untuk kedua kali. gue udah ngerasa akrab sama mereka. karna itu gue gak mau ngelawan mereka. Agak dramatis gak sih? Bodo amatlah.
Terus dari yang gue perkirakan, sekarang para peserta pasti udah mempersiapkan strategi dan sudah berlatih. Mereka punya pembimbing yang handal. Lah gue? Gue belajar dari buku. Sekali lagi, itu juga males-malesan. Salah gue juga sih kalau males-malesan. Tapi... Hmmm. Yah sudahlah. But still, ada harapan. Mengingat 1 tweet dari pelatih di Bandung yang bilang, ''curang! osn tahun ini banyak orang baru. beda sama tahun lalu,'' intinya gitu. Peluang 30 dari 84 masih ada. ini target minimal gue saat ini. Sekalinya banyak orang baru, tetep aja mereka veteran olimpiade dari tingkat osp yang mungkin udah dari smp -____-. Seorang beginner macam gue harus ngelawan veteran macam mereka.. Kalian pikir kami diizinkan untuk kalah? Nggak!!
September nanti akan jadi kompetisi keren. Ini akan mengguncang seantero Pamulang -_-. Setiap dari kami yang berkompetisi pasti punya skill andalan masing-masing. Salah satunya si pengguna logika abstrak itu -_-. Kami akan mendapatkan skill level S yang keren buat ngelawan dia. Tunggu saja!
Oke ini akan jadi penampilan Epic!
Dimana seluruh siswa-siswi level S seindonesia akan bertarung! Dimana kami akan mengadu skill kami!
Gue ngebayanginnya kayak perang sihir gitu masa -_-.
Baiklah
Tunggu kabar kami berikutnya ya, blogs.
Nights

Selasa, 31 Juli 2012

Paper-In-Nouncement

assalamualaikum :) Eh blogs, barusan gue search nama gue di google terus masa ada ini. check this out deh : Sumber: tangsel-pos.com/aditya-arya-dewa-sempat-terpuruk-wakili-banten-di-olimpiade-sains-nasional/ ''''Aditya Arya Dewa Sempat Terpuruk, Wakili Banten di Olimpiade Sains Nasional July 30, 2012 Activity , Duta Siswa, News, Tangsel PAMULANG, TAPOS. Bagi banyak orang, kegagalan adalah sesuatu yang buruk. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Aditya Arya Dewa. Siswa kelas 12 ini menjadikan sebuah kegagalan sebagai spirit untuk lebih baik lagi. Gagal mewakili sekolah di Olimpiade Sains 2011, tidak membuat dirinya patah arang melainkan menjadi motivasi untuk dapat menunjukan yang terbaik. Anak kedua dari dua bersaudara ini, terus belajar menunjukan yang terbaik hingga masuk ke dalam seleksi lima besar. Akhirnya Adit –sapaanya- sukses mewakili sekolahnya yakni SMA Negeri 3 Tangerang Selatan (Tangsel) untuk bersaing di lomba Olimpiade Sains tingkat provinsi di Juni kemarin. Kegigihannya untuk terus belajar, akhirnya membuahkan hasil. Putra pasangan Dada Darmadi dan Purwaningsih berhasil menjadi perwakilan Banten untuk bertanding di Olimpiade Sains bidang Astronomi Nasional di Jakarta pada 2-7 September mendatang. Adit menceritakan kecintaannya akan bidang astronomi tersebut, berawal saat dia duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar. Ketika itu, ada pelajaran tentang dunia perbintangan. ”Dulu sejak SD saya senang belajar dunia perbintangan dan sejenisnya, namun karena pelajarannya hanya sekilas, membuat saya ingin mencari tahu pelajaran di bidang tersebut,” ungkap juara ketiga di sekolahnya ini. Saking penasarannya Adit lantas mengunjungi Planetarium. Berawal dari kunjungannya ke Planetarium itu, membuat Adit menjadi lebih tertarik untuk menggeluti bidang tersebut. “Saya beli satu buku saat berkunjung. Buku itu menjadi sebuah inspirasi untuk terus belajar,” katanya. Astronomi pelajaran yang kurang diminati orang pada umumnya, namun tidak untuk dirinya. Adit menjelaskan hingga dapat mewakili Banten bertanding lomba Olimpiade Sains Nasional ini, berawal dari seleksi yang diselenggarakan sekolahnya. Ia harus bersaing dengan puluhan anak lain yang tak kalah bakatnya. Daya saing yang tinggi ini, membuat Adit berjuang untuk tidak gagal seperti tahun yang lalu. Lolos dari seleksi tingkat sekolahnya, Adit harus kembali bersaing untuk bisa mewakili Kota Tangsel di tingkat Provinsi. “Persaingannya cukup berat melawan sekolah Kharisma Bangsa yang kebetulan sebelumnya pernah menang juara perak dalam olimpiade sains nasional,” jelas Adit. Adit mengatakan, untuk mewakili Banten ke tingkat nasional, dirinya harus bersaing dengan ratusan siswa se-Kabupaten/Kota se-Banten. Tiap mata pelajaran, yakni matematika, fisika, kimia, biologi, ekonomi, kebumian, astronomi dan komputer, Adit harus mengerjakan 30 soal. “Bentuk soal tingkat provinsi pilihan ganda dan esai sebanyak 30 soal dan diberikan waktu 60 menit,” ungkapnya. Untuk bersaing di tingkat nasional ini, dirinya menceritakan, terus mengikuti pelajaran intensif yang diberikan oleh guru pembimbingnya di sekolah. “Jam belajar ditambah di rumah. Di sekolah pun mengikuti pelajaran intensif selepas pulang sekolah,” ujarnya. Dia berharap, di Olimpiade Sains Tingkat Nasional yang diselenggarakan di September mendatang, dia dapat membawa emas. Sementara Guru pembimbing SMA 3 Tangsel, Ratih, mengatakan, latihan dan bimbingan terus diberikan menjelang lomba Olimpiade Sains ini. Selama satu bulan ke depan secara intensif diberikan latihan soal materi fisika, matematika, astronomi dan sebagainya. Dia berharap, dengan latihan yang diberikan secara intensif, Adit bisa mendapatkan juara.'''' Asik bisa masuk koran :D See? Beberapa waktu lalu gue diwawancara sama wartawati dari koran apaa gitu. Nah, ternyata ini beritanya. What do you think? Eh disitu ada beberapa hal yang salah loh. itu gue ngerjain 30 soal, waktunya 2,5 jam, bukan 1 jam. Gile aja kalo dikasih waktu cuma segitu. Terus agaknya, kalau menurut gue, berlebihan deh. Tapi tidak apa-apa deh. Oiya, 1 hal lagi. Tidak dicantumkan tentang Urf. Well, gue juga gak cerita tentang urf ke wartawati itu sih. Ntah apa yang terjadi dalam roda kehidupan gue hingga bisa menjadi seperti sekarang. Alhamdulillah. Berkat dukungan kalian juga. Jadi terimakasih :) dari berita di atas, kalian ambil hikmahnya aja yap. Kalo ada yang ngerasa gak enak, ya maap. Gue juga ngerasa agak gimanaaa gitu. Tapi sekali lagi, terimakasih :) Blogs, pengumuman! tgl 24 Agustus - 29 Agustus mendatang, gue akan pelatihan ke Bandung lagi. gue akan ketemu sebagian temen dari pelatihan Mei kemarin. Setelahnya, gue persiapan lomba untuk tgl 2 September. Iya, gue akan bersaing dengan 84 siswa Indonesia bidang Astro. Gue masih ngerasa kurang banget. Ditambah lagi mengetahui lawannya yang sangat kuat. Beban? Banget loh. Tapi dibawa santai aja. Insya Allah kami bisa menang. Amin. Baiklah itu aja quick post kali ini. Terimakasih, night blogs

Kamis, 26 Juli 2012

You, Me. and Dandelion's dance 10

You tiba di rumahnya. Cerita Alfi di kampus tadi masih mempengaruhi pikiran You. Keadaan Me yang sedang dirawat saja sudah cukup membuat You khawatir. Ditambah lagi cerita dari Alfi yang sulit You percaya. Ia terbaring di kasurnya. Menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan hampa. Menit demi menit berlalu. You mengambil gambar yang Me buat saat di padang dandelion. Sebuah gambar bunga yang tertiup angin. Dipandanginya gambar itu cukup lama. You mengingat kembali kejadian di tempat itu. Saat Me pingsan dan dibawa ke Rumah sakit, ketika dokter mengatakan ada pendarahan di otak Me, hingga saat Me tersadar sebentar. You menghubungkan apa yang sedang Me alami dengan cerita dari Alfi. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya hingga ia tertidur. ______________________________________________________________________________ Drrrt! Drrrt! Handphone You bergetar. ''Ngg... Sudah jam 10?'' You mengambil handphonenya. 1 text message. ''Me...!?'' You terkejut membaca nama pengirim yang tertera di layar handphonenya. ''Temui aku, Di tempat kita melihat bintang jatuh'' isi pesan itu. You bergegas keluar rumahnya menuju halaman belakang. Tempat ia melihat bintang jatuh bersama Me 2 tahun lalu. ______________________________________________________________________________ Dari balik pepohonan terlihat seseorang sedang duduk, ''..... Me?'' sapa You ragu. Seseorang dengan jaket itu menoleh. ''Hai You..'' ia tersenyum. ''Me!'' You segera memeluk Me erat. Kembali air matanya mengalir. ''Me.. Bukannya kamu lagi dirawat?'' ''Iya tapi udah selesai'' ''Kamu gapapa? Kamu udah sembuh?'' ''...... Iya....'' ''Me... Syukurlah kamu gapapa. Tadi Alfi cerita tentang kamu.'' ''Alfi..? Begitu ya..'' ''Aku nggak ingin percaya cerita dia.'' Me terdiam cukup lama. Keheningan mulai menyelip diantara mereka. Bersama hewan-hewan malam bersahut-sahutan. ''Me, Kamu lagi banyak pikiran?'' tanya You yang sejak tadi memperhatikan Me. ''Ah nggak juga.'' ''Bohong.'' ''Benar kok.'' ''Me, aku kenal kamu. Kamu bukan orang yang pintar berbohong.'' ''Hahaha begitu ya?'' ''Jadi...?'' Me tak langsung menjawab. Ia terlihat ragu. ''You, aku harus pergi.'' ''Pergi? Kemana, Me?'' ''.......'' ''Boleh aku ikut?'' ''Jangan. Kamu nggak boleh ikut.'' ''Kenapa nggak boleh?'' ''Aku nggak ingin kamu ikut.'' ''....... Apa aku bisa nyusul kamu?'' ''Ya, bisa.'' ''Gimana aku bisa nyusul kamu kalau kamu nggak ngasih tau aku kemana kamu pergi?'' ''Kamu akan tau...'' ''Kapan aku bisa nyusul kamu, Me?'' ''Entahlah..'' You menatap langit malam ini. Cahaya terang bulan sabit menyinari ditemani gemerlap bintang di langit malam. ''Kamu masih suka melihat bintang jatuh?'' tanya Me. ''Masih. Tapi malam ini tak satu pun aku lihat.'' ''You, lihatlah di sebrang sana.'' Me menunjuk pepohonan lebat. Tampak cahaya hijau kekuningan berkerlap-kerlip terbang di sekitarnya. ''Itu.. Kunang-kunang..?'' You terlihat kagum. ''Bagus banget, Me. Aku sering disini tapi nggak pernah melihat kunang-kunang.'' ''Kamu tau? Kunang-kunang melambangkan perpisahan.'' Deg! Ekspresi You mendadak berubah. ''You... Aneh ya, kita ngerasain puncak rasa sayang saat kita kehilangan.'' ''Maksud kamu?'' ''Kita akan merasa betapa pentingnya apa yang kita punya saat kita kehilangan mereka.'' ''Iya. Mungkin semua orang merasa begitu, Me. Karena itu kita harus bersyukur.'' jawabnya. ''Tentang keluargaku.. Aku kepikiran. Apa kita akan pergi saat orang-orang sudah cukup kuat untuk hidup tanpa kita?'' ''Kenapa kamu berpikir begitu, Me?'' ''Karna perpisahan juga merupakan cobaan dari Tuhan. Tuhan nggak akan ngasih cobaan melebihi kemampuan hamba-hambanya. Menurutku, kita hidup di dunia ini dengan berperan untuk membantu orang lain. Hingga saat orang itu cukup kuat untuk hidup tanpa kita.'' jelas Me. You kembali terdiam. ''Suatu saat, aku juga akan pergi dari kamu. Saat itu terjadi, apa kamu akan sedih?'' ''....... Tentu saja!'' tubuh You gemetar. Dia mulai menyadari kearah mana pembicaraan ini akan berlalu. ''Me... Seandainya dengan kehilangan kamu berarti aku cukup kuat untuk tanpa kamu, aku nggak ingin menjadi kuat..'' tambahnya. Me tersenyum mendengarnya. ''Terimakasih. Tapi kamu nggak perlu begitu.'' ''Tapi..'' ''Jangan menangis, tenanglah.'' Me mengusap airmata di pipi You. Malam semakin larut. Cahaya kunang-kunang semakin banyak terlihat beterbangan diantara pepohonan. Angin malam berhembus perlahan menemani suara arus sungai yang terdengar di kejauhan. ''Me, disini dingin.'' ''Ini, pakai jaketku.'' ''Nggak usah. Kamu kan baru sembuh.'' ''Nggak apa-apa kok. Nih.'' Me memberikan jaketnya. ''You..'' ''Ya?'' ''Maaf. Aku udah membuat kamu sedih. Aku membuat kamu menangis.'' ''Tapi seseorang yang bisa ngebuat kita sedih adalah seseorang yang juga bisa ngebuat kita tertawa.'' '' ... . Setelah ini aku akan pergi lagi.'' ''Iya. Aku ngerti. Jangan khawatir, karna kita berada di bawah langit yang sama, iya kan?'' Me tertunduk. ''Aku harap begitu..'' ''Hm? Kamu kenapa?'' ''You, aku ingin kamu dengar ini baik-baik.'' Me menatap You. ''Apa?'' ''Kamu akan melewati banyak rintangan dalam hidup ini. Kamu akan ketemu banyak orang. Ingatlah, siapa pun yang kamu temui, mereka punya peran dalam hidup kamu. Pasti ada alasan kenapa jalan hidup mereka bersimpangan dengan jalan hidup kamu. Jangan pernah mengeluh bila dimanfaatkan orang lain. Karna suatu saat kita juga akan menerima manfaat dari mereka.'' ''Maksud kamu apa..?'' ''You.. Jangan pernah menganggap kamu sendirian. Karena kamu nggak sendirian. Kamu punya teman yang berharga. Sekali pun suatu saat mereka berubah, jangan kamu jauhi mereka. Terima mereka bersama perubahan dalam diri mereka.'' You terdiam mendengar apa yang Me sampaikan. ''You.. Hidup ini bukan tentang kisah sedih. Bukan perlombaan mencari siapa yang paling sedih hidupnya. Hidup ini tentang bagaimana kita bersyukur dalam bahagia dan sedih. Tentang bagaimana kita bangkit dari kesedihan.'' Me memeluk You begitu erat. ''You.. Aku ingin bantu kamu mencapai cita-citamu.. Aku ingin melihat bintang jatuh lagi sama kamu.. Aku ingin menggambar lagi untuk kamu.. Aku ingin kamu tersenyum.. Walau aku bukan lagi alasannya.. Aku ingin kamu bahagia.. Walau saat itu aku sudah nggak ada lagi buat kamu..'' ''............'' You tercengang mendengarnya. Kembali tubuh You bergetar. Matanya terasa panas menahan tangis. ''You... Terimakasih. Ini... Yang terakhir... Aku sayang kamu.'' Rembulan semakin tinggi melewati titik peraduannya. Bintang-bintang terlihat lebih terang dari malam lainnya. Ditambah cahaya kunang-kunang di kegelapan malam. Satu malam perpisahan. You tertidur dalam pelukan Me. ______________________________________________________________________________ Matahari pagi menembus jendela kamar You. Menyinari wajahnya yang perlahan terjaga. ''Ngg..... Ini.. Di kamar?'' You memperhatikan sekitarnya. Barang-barang You terlihat berada di tempatnya. Begitu pula gambar dandelion dari Me. Masih tergeletak di kasur. ''..... Ohiya! Bukannya aku tertidur di luar semalam? Eh tunggu deh..'' You memperhatikan pakaian yang ia kenakan. Jaket Me masih dipakainya. You segera mengambil handphone, membuktikan bahwa sms dari Me semalam memang benar. Belum sempat ia mengecek, You dibuat terkejut. Belasan missed call tertera di layar. ''RS Panama.'' Tak berapa lama kemudian, handphone You kembali berbunyi. Telpon dari Rumah sakit itu. ''Halo?'' ''Halo? Benar ini dengan nona You?'' ''Iya, ada apa?'' tanya You ragu. ''Maaf. Bisa datang ke Rumah sakit sekarang?'' ''Emm.. Ada apa ya, sus?'' ''Pasien yang bernama Me.. Sudah meninggal.'' ''........ Bohong!!! Nggak mungkin!'' You tak dapat membendung perasaannya. Dia tak percaya Me yang semalam bersamanya kini telah tiada. You segera berangkat ke RS Panama. Sesampainya di Rumah sakit, ia bergegas pergi ke kamar tempat Me terbaring. Beberapa orang telah berkumpul di samping tubuh Me yang tertutup kain. ''Me... Bangun!'' You memeluk Me erat. Airmatanya membasahi wajah Me. ''Me.. Kenapa kamu bohong? Kamu bilang.. Kamu sudah sembuh.. Kamu bilang kita akan ngeliat bintang jatuh lagi.. Me.. Kenapa kamu bohong?'' You menangis pilu di samping tubuh Me yang terbujur kaku. ''Apa ini maksud kamu pergi? Apa ini artinya aku cukup kuat untuk tanpa kamu..? Aku nggak mau! Me.. Bangun..!'' teriakan You semakin lirih terdengar. Menebar rasa kehilangan di hati mereka yang ada di kamar itu. *Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin ada di sampingmu walaupun kamu tak bisa melihatku.. Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin menghapus air matamu walaupun kamu tak bisa lagi aku sentuh.. Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin bilang "tenanglah, aku ada disini" walaupun kamu tak bisa mendengar aku lagi.. Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin membagi kesedihanmu walaupun aku tak dapat lagi merasa.. Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin menyampaikan kerinduanku karna kita tak akan lagi bertemu.. ______________________________________________________________________________ Me dimakamkan hari itu. Seluruh keluarga dan temannya hadir. Begitu pula dengan You, Ginta, dan Alfi. Tangisan pecah selama proses pemakaman. You menemukan sebuah kertas yang terlipat di kantung jaket Me yang ia kenakan. ''Selamat tinggal, You. Ini gambar terakhir.'' begitu yang tertulis diatas lipatan kertas itu. You membuka kertas itu dan memprhatikannya dengan seksama. ''Me..'' Ia tersenyum memandang nisan Me. ''Mungkin ini akan berat buat aku. Tapi aku akan berusaha hidup tanpa kamu. Seperti gambar terakhir yang kamu berikan.. Aku akan rela melepas kamu.. Aku akan mencintaimu dengan ikhlas.. Terimakasih telah mengisi peranmu di hidupku.. Me.. Persimpangan jalan hidup kita, berakhir disini..'' The End

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented