Sabtu, 18 Agustus 2012

High and low 2

rapat tadi berjalan seperti biasa. Tidak banyak keputusan yang tercapai. Aku bingung dengan aturan-aturan yang ada disini. begitu banyak aturan, tetapi hanya sedikit yang benar-benar berlaku. Tidak tegas. Ya begitulah sekolah ini. Ntah apa yang dipikirkan guru-guru dan kepala sekolah. kini udara tidak sepanas tadi. Matahari sore perlahan mulai terbenam di ufuk barat. Aku mengendarai sepeda motorku kembali ke rumah. ------------------------------------------------ ''assalamu'alaikum,'' ucap ku sambil membuka pintu. ''Fizan, darimana aja kamu? kok baru pulang jam segini?'' tanya Ibuku. ''iya tadi di sekolah ada rapat rohis dulu, ma.'' ''sudah makan belum tadi?'' ''udah kok.'' ''yaudah, mandi dulu gih.'' perintah Ibuku. ''iya, ma.'' ------------------------------------------------ Malam hari. Aku sudah menyiapkan buku pelajaran yang akan ku bawa besok. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Rupanya Nita menelpon. ''halo?'' ''halo, Fiz?'' ucapnya pelan. ''kenapa, Nit?'' ''ini.. Gue mau nanya PR. Besok ada PR apa aja, Fiz?'' Aneh pikirku kalau Nita menelpon untuk menanyakan PR. Karena biasanya dia pasti mencatat semua tugas atau PR yang diberikan guru dan mengerjakannya dengan cepat. ''PR? Tunggu... Besok nggak ada, Nit,'' ''masa?'' ''iya, bener.'' ''oh begitu ya. Oiya, lo lagi ngapain, Fiz?'' ''baru selesai nyiapin buku. Lo?'' ''gue lagi nonton tv aja nih.'' ''tumben, gue kira lagi belajar. Hahaha.'' ''yee kan orang pinter nggak harus selalu belajar, Fiz. besok lo rapat lagi?'' ''nggak, Nit. Memang kenapa?'' ''kalau gitu...'' Jadilah kami berbicara panjang lebar lewat telpon malam ini. Akhir-akhir ini Nita memang sering menelpon sekedar untuk menanyakan PR atau apa yang sedang aku lakukan. Bukan cuma lewat telpon, di sekolah pun ia jadi sering mengajakku bicara. Sekali lagi, ini aneh. Bukan karena Nita jarang bicara. Tapi menurutku Nita yang terkesan populer itu lebih sering mengabaikan seorang yang biasa saja sepertiku. Awalnya aku bingung dan berusaha untuk tak peduli. namun sekarang aku sadar, sepertinya ia suka padaku. ------------------------------------------------ Obrolan dengan Nita semalam masih terus membayangi pikiran. Kini pikiranku penuh dengan pertanyaan ''apakah Nita suka padaku?''. Pagi ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Tak ada yang spesial di hari ini selain niatku untuk memastikan perasaan Nita. Tentu aku tidak akan bertanya terus terang. Aku lebih memilih memancing dia dengan obrolan penuh kode hingga aku benar-benar dapat memastikan perasaannya. Aku memasuki kelasku. belum terlalu ramai. Ku lihat Nita sudah duduk di tempatnya. Beberapa teman dekat Nita juga ada di sekelilingnya. Nita yang melihatku masuk, hanya tersenyum manis sejenak dan kembali melanjutkan obrolan bersama temannya. Aku pun melakukan hal yang sama. Tersenyum dan berlalu begitu saja. Aku mengurungkan niatku untuk menyapa gadis populer itu. Malu. Ya, aku malu dengan teman-temannya. Mereka bukan dari kelasku. Aku tak mengenal mereka. Tetapi, senyumnya tadi merupakan sebuah tanda buatku. ''Eh Nit, kita balik ke kelas dulu ya,'' ucap salah seorang teman perempuannya. ''iya. Eh nanti malam beneran jadi?'' ''jadi ngapain?'' ''katanya pada mau nonton,'' ''oh itu rencananya diundur Nit. Diganti jadi hari sabtu nanti,'' ''oh gitu ya? Yaudah gih sana balik,'' tukas Nita. Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Kami melanjutkan hari-hari sekolah seperti biasa. Sepanjang hari aku terus memikirkan maksud dari sikap Nita. Mungkin bukan hanya aku, tapi teman-teman sekelasku dan teman-teman Nita juga pasti menyadari sikap Nita terhadapku. Ketika waktu pulang tiba, seperti kemarin, Nita pergi ke tempatku. Jantungku dibuat berdegup semakin cepat seiring langkahnya semakin mendekat. ''hai, Fiz,'' sapanya padaku. ''i.. iya? kenapa, Nit?'' jawabku gugup. Aku berusaha terlihat wajar. ''lo balik kapan? Hari ini nggak rapat, kan?'' ''ng..nggak kok. Ini baru mau pulang,'' ''ooh. emm.. Pulang bareng, yuk!'' ''hah?!'' kaget aku dibuatnya. Tak pernah terpikir oleh ku. Nita mengajakku pulang bareng? mimpi apa aku semalam? ''Fizan? Lo kenapa? kok kayaknya kaget gitu?'' Nita membuyarkan lamunanku. ''eh..nggak, gapapa kok. Hehe.'' ''jadi mau pulang bareng, nggak?'' Nita mengulangi pertanyaannya. ''emm.. Emang temen-temen lo kemana? Lo gak bareng mereka?'' ''mereka ada sih, tapi nggak ah. Lagian kan rumah kita searah, Fiz,'' ''Iya juga ya.. yaudah deh, Nit,'' Aku terima tawaran Nita. Ada perasaan bangga yang terselip di hati. Seolah aku berhasil memenangkan hati perempuan tercantik di sekolah ini. Keluar dari ruang kelas, puluhan pasang mata menatap kami. Tatapan mereka seolah melihat sesosok mahluk luar angkasa jalan di samping model terkenal. Termasuk teman-teman Nita yang sedang berkumpul. Jujur aku ragu. perhatian mereka tersita olehku yang berjalan di samping Nita. Wajar saja. di sekolah ini, siapa yang tak kenal Nita? Hampir semuanya kenal. Dan siapa yang mengenalku? Hampir semuanya tak peduli. Aku percepat langkahku. Aku tak mau meladeni tatapan-tatapan itu. Nita menyusul di samping ku. ''eh Fiz, kenapa jalannya buru-buru?'' ''nggak apa-apa kok,'' aku ingin segera keluar dari sekolah ini. Aku merasa tak sebanding berjalan di sampingnya. Apa lagi ketika aku mengambil motor butut yang biasa aku kendarai. Rasanya ini tidak layak untuk Nita. Tapi dari apa yang ku lihat, Nita baik-baik saja. Malah terkesan tak acuh dengan reaksi di sekitarnya. Aku baru bisa menghela nafas lega begitu cukup jauh dari sekolah. Aku membonceng Nita menuju rumahnya. ''Fizan, hari sabtu nanti lo ada acara, nggak?'' suara Nita kurang terdengar. Terhalang suara laju angin ketika berkendara. ''apa, Nit?'' ''Hari sabtu lo ada acara, nggak?'' ''nggak ada,'' ''mau ikut gue nggak?'' ''haah?'' aku sulit mendengarnya. ''hari sabtu lo mau ikut gue, nggak?'' ''ikut kemana?'' ''nonton. Bareng temen-temen gue juga, Fiz,'' ''nonton dimana? Mau nonton apa?'' ''ya belom tau sih. Liat aja nanti. Lo ikut ya?'' bujuk Nita. ''......'' Rumah Nita sudah terlihat, ku pacu sepeda motorku lebih cepat hingga berhenti di depan rumah megahnya. ''lo serius ngajak gue, Nit?'' aku ragu dengan ucapan Nita tadi. ''iya, emang kenapa?'' ''tapi temen-temen lo..'' ''mereka kenapa?'' ''gue gak enak aja sama mereka,'' ''Gak enak gimana maksud lo?'' ''ya..'' ''udahlah, Fiz. Santai aja kali,'' Belum sempat aku menjelaskan, Nita sudah memotong kata-kataku. ''hmm.. Yaudah deh. Gue ikut,'' sangat sulit rasanya untuk menolak ajakan Nita. Saat ini aku sama sekali tidak tau, apa Nita mengerti maksudku terhadap temannya atau tidak. Yang jelas, dengan ajakan ini aku semakin merasa dugaanku benar. Nita memang suka padaku. ------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented