Sabtu, 18 Agustus 2012

selamat idul fitri!

Blogs!!!! halo halo halo :D Happy new year!! Eh salah, selamat hari raya idul fitri, blogs :) Minal aidin wal faidzin ya, wahai readers sekalian :) Assalamu'alaikum! Special night. takbir telah berkumandang, suara petasan dimana-mana, suara perut tidak lagi terdengar. Yak yak setelah 29 hari berpuasa, kini kita menyambut hari kemenangan. Oke, lebaran ini identik dengan maaf-maafan kan ya? Jadi gue mau minta maaf dari lubuk hati di kedalaman 6400 km *jari-jari bumi* -_-. Maaf ya blogs, kalau banyak yang tersinggung dari postingan selama ini. Sungguh itu salah Urf -_-. anyway, Gue seneng lebaran tahun ini nggak kayak lebaran 2 tahun lalu yang ngeledek itu -_-. kemarin malam, kami sibuk twitter-an hingga jam 1 pagi. Ngapain? Main sama anak-anak Osn yang ntah siapa. Seru loh jawab kuis cepet-cepetan gitu. Tapi kan gue pake hp ya jadi kalah. Biasanya gue ngerusuh doang. Tapi pertanyaan terakhirnya itu disuruh ucapan terimakasih atau ungkapan rasa sayang kepada orang-orang terdekat. Ah itu seru! Oiya, sebelumnya gue nonton Kick Andy tentang pengibaran merah-putih. Luar biasa sekali dari mulai upacara oleh robot, pengibaran di puncak tertinggi, hingga di dasar laut. Keren deh. Gue kagum sama semangatnya. Gue mengutip beberapa kalimat, ''kita berhasil bukan karena kita kuat atau hebat, tapi karena Tuhan memberi kesempatan.'' ''lebih baik pulang cuma nama daripada gagal dalam tugas.'' Sebenernya banyak tapi yg kecatet cuma 2. Sekali lagi gue kagum sama mereka. Terus tadi sore, gue pergi dong sama Urf. Iya, ini ''Me time''. Tau apa itu ''Me time''? Ini adalah waktu sendirian. Buat ngerenung atau nenangin diri. Enak loh rasanya. Tadi gue jalan-jalan ke wilayah sawangan. Muter-muter doang sih. Matahari sore hari ini luar biasa nikmatnya. Begitu hangat. Pengen deh bisa duduk di tempat penuh pemandangan hijau sambil nikmatin matahari sore. Sendirian juga gapapa. Tenang banget rasanya. Yah ini quickpost aja ya. Jadi sekian blogs. Setelah ini kami akan sibuk pelatihan dan semacamnya untuk osn. Jadi doakan kami :) Baiklah, mohon maaf lahir batin sekali lagi. Selamat malam :)

High and low 3

Hari yang ku nanti pun tiba. Sabtu malam. Aku sudah siap dengan kemejaku. Aku berusaha tampil rapih di depan Nita. Sebenarnya agak malas bila harus bersama dengan teman-temannya yang terkesan elegan itu. Aku tidak suka mereka. Aku tidak mengerti, kenapa mereka merendahkanku? Hari Jum'at kemarin mereka ngobrol seperti biasa dengan Nita. Tapi begitu aku datang masuk kelas, obrolan mereka terhenti. Mereka menatapku sinis dan mulai berbisik, ''eh liat tuh! Si Fizan,'' ucap salah seorang diantaranya. ''Nit, lo yakin sama..'' ''apaan sih kalian!? Udahlah biarin aja!'' Nita mencela mereka. ''tapi Nit, dia kan cuma..'' Aku tidak mendengarnya dengan jelas, tapi aku tau mereka menyindirku di hadapan Nita. Dari tempatku duduk aku mencuri-curi pandang. Memperhatikan reaksi Nita yang sedang ''dicuci otak'' oleh mereka. Sesaat pandangan kami saling beradu. Jika sudah begitu, ku palingkan saja wajahku. Pura-pura tidak melihat. Tapi aku rasa Nita tau. Aku pikirkan ulang tawaran Nita. Aku baik-baik saja dengan Nita, tapi teman-temannya itu loh. Berada di kelas bersama mereka saja membuatku kesal, dan sekarang aku harus pergi bersama mereka. Selepas maghrib, aku sudah berada di depan rumah Nita. Lampu-lampu taman menyinari kolam ikan di halaman rumahnya. Aku terdiam cukup lama sebelum akhirnya menekan bel di dinding. Tingtong Ku tekan bel rumahnya. Tak lama kemudian, Nita keluar. Malam ini Nita keliatan lebih cantik dengan baju merah. Pakaiannya simpel tapi tergolong sopan. ''udah siap? Langsung berangkat aja nih?'' ''temen-temen lo gimana?'' ''paling mereka udah disana duluan,'' ''oh gitu ya. yaudah ayo, Nit,'' Dengan malas, aku pacu sepeda motorku ke tempat tujuan kami. ------------------------------------------------ Kami tiba di sebuah Mall yang cukup terkenal. Segera Nita membawaku ke tempat teman-temannya menunggu. Dari jauh aku bisa melihat ada 5 orang sudah menempati satu meja makan di restaurant. Ya, mereka 2 laki-laki dan 3 perempuan yang biasa ku lihat datang ke kelasku. ''Nitaaa!'' sapa temannya setengah berteriak. Nita menyambutnya dengan raut wajah senang. ''eh Nit, ini siapa?'' salah seorang dari mereka menunjukku. ''oh ini Fizan,'' ''yang Kamis kemarin sama elo ya, Nit?'' Mereka menatapku aneh. ''iya, ngel'' ''oiya Fiz, kenalin, ini Angel, Doni, Risa, Nadira, Emir.'' Nita memperkenalkan mereka padaku. ''... Salam kenal ya,'' aku coba bersikap ramah dan menjabat tangan mereka satu persatu. ''emm.. Iya salam kenal, Fiz.'' walau mereka menyambut tanganku, aku rasa mereka ragu. ''eh Nit, sini deh!'' Nadira menarik Nita. ''lo kok ngajak dia sih?'' bisik Nadira. ''ya emang kenapa?'' ''tapi kan dia..'' ''udahlah.. gapapa kali, Nad. Biar ramai.'' Risa memotong ucapan Nadira. ''ah elo mah gitu, Ris! Kita kan rencananya cuma ber-6.'' ''iya! gue, elo, Nita, Nadira, Doni, Emir, Udah! Nggak ada tambahan.'' Angel menambahkan. Aku mulai merasa tidak enak menjadi bahan pembicaraan mereka. Apa lagi keadaannya begini. ''eh udahlah, Ris.. Ngel. Dia kan udah dateng. Jadi ya gapapa,'' Doni coba menjadi penengah. ''kok elo malah ngebela dia, Don?'' nada bicara Angel meninggi. ku perhatikan Nita. Wajahnya terlihat cemas menghadapi teman-temannya. Aku pun begitu. Rasanya aku tak pantas berada di tengah-tengah mereka. Aku tidak sebanding. Perlahan aku menjauh dari kerumunan itu. Tanpa pamit atau sepatah kata, aku tinggalkan mereka. Mungkin aku akan merasa bersalah kepada Nita jika pergi begini. Tapi aku juga tidak ingin merusak rencana mereka. ''eh dia pergi tuh!'' seru Emir. ''kenapa dia malah pergi? Kok lo nggak cegah dia sih, Mir?'' tanya Risa. ''ya gue kan gak tau, Ris.'' ''biarin aja, Mir. Malah bagus kan?'' ''nggak gitu, Nad. Jadi gimana nih?'' Doni menatap Nita yang hanya terdiam sejak tadi. ''Nit? Nita? Lo gapapa?'' tanya Risa. ''...... Maaf.. Salah gue,'' Nita beranjak pergi meninggalkan mereka. ------------------------------------------------ Jam tanganku menunjukan pukul 20.01. Aku belum beranjak pulang dari tempat ini. Perasaanku masih kacau. Sampai sekarang aku masih belum mengerti kenapa mereka begitu. Rasanya aku ingin marah! tapi pada siapa aku harus marah? Mereka memiliki rencananya sendiri. Sedangkan aku? Hanya datang dan tak mengerti apa pun. Pada akhirnya akulah yang mengacaukan rencana mereka. sudah sekitar 10 menit aku berjalan menelusuri tempat ini, tidak tau harus bagaimana atau kemana. Aku memutuskan untuk segera pulang. Masabodo dengan mereka. Aku tiba di pintu keluar Mall. Ini bukan tempat aku masuk dengan Nita tadi. Ada sebuah taman kecil disini. Kulihat seorang perempuan duduk termenung. ''... Nita?'' aku mendekatinya perlahan. ''eh Fizan,'' ''kenapa lo disini? Temen-temen lo mana?'' ''mereka ada di dalam,'' ''oh begitu..'' aku duduk di sampingnya. Sunyi. Taman ini cukup sepi. Hanya ada kami disini. Ada beberapa orang yang melintas, tetapi tidak singgah. ''Fiz?'' ''hm?'' ''soal yang tadi.. Maaf..'' ''..... Bukan salah lo kok, Nit. Gue yang salah,'' ''tapi kan gue yang ngajak lo, Fiz,'' ''Nit, gue pengen tau. kenapa mereka begitu ke gue? Kenapa gue dipandang rendah?'' ''...... Gue juga nggak ngerti, Fiz,'' ''mungkin sejak awal gue gak pantes bergaul dengan kalian,'' ''kenapa lo mikir begitu?'' ''ya kalian itu kan ibarat golongan atas. Golongan terhormat. Sedangkan gue? Gue cuma golongan bawah. Gak penting, Nit,'' Nita terdiam. ''hari Kamis kemarin aja, waktu gue pulang bareng lo, banyak yang ngeliatin kita. Kayak gak suka gitu. Wajar sih. Lo cantik, pinter, populer, banyak yang suka sama lo. Sedangkan gue cuma seorang laki-laki biasa. Apa yang bisa lo harapin dari gue, Nit? Nggak ada, kan?'' aku ungkapkan semua pemikiranku. ''......'' Nita tidak menjawab. Di tengah keheningan itu aku bisa mendengar Nita menangis terisak. ''maaf, Nit.. Gue emang gak pantes buat lo,'' ''Fiz.. Sejak kapan lo terpengaruh sama mereka? Sejak kapan lo menganggap mereka jadi penentu kita cocok atau nggak?'' Nita balik bertanya. ''dan sejak kapan lo menganggap gue menilai seseorang dari statusnya? Gue bukan orang yang begitu, Fiz. Mungkin gue emang cewek populer dan lo cuma cowok biasa. Mungkin banyak yang suka sama gue, tapi gue milih elo! Apa yang salah dengan itu?'' tambahnya. Kini malah aku yang terdiam dibuatnya. Aku tak pernah menyangka Nita akan mengatakan ini. ''Fiz.. Gue tau banyak yang nggak suka kalau kita deket. Mereka bisa men-judge kita, tapi mereka gak bisa ngatur kita, Fiz. Gue udah coba nggak memperdulikan mereka, kenapa lo nggak? Kenapa lo lebih pentingin anggapan mereka? Angel dan Nadira juga gak setuju kalau gue sama elo, tapi gue tetep ngebelain elo. Fiz, tolong jangan bikin usaha gue sia-sia hanya karna lo peduli sama pendapat mereka.. Tolong jangan ngejauh dari gue..'' Kata-kata Nita seolah menusukku. Aku merasa sangat bersalah. Aku tidak tau harus berkata apa setelah mendengar semua ini. Rasanya aku sangat bodoh dan jahat karena tidak memikirkan perasaan Nita. Aku terlalu sibuk memikirkan orang lain. Aku egois dengan anggapanku sendiri. ''Nita, gue... Gue minta maaf, Nit. Gue udah jadi pengecut. Gue akan coba untuk gak terpengaruh. Gue akan coba nentuin pilihan gue sendiri,'' ''lo sekarang sadarkan, Fiz?'' tanya Nita. ''iya, gue sadar, Nit,'' ''hmm tapi pasti lo belom sepenuhnya sadar,'' ''sadar apa?'' ''sadar.. kalo lo lagi dikerjain!'' seseorang, berteriak dari balik pepohonan. Angel, Nadira, Risa, Emir, dan Doni keluar dari persembunyiannya. ''ahahaha Fizaan, Fizan,'' Nadira tertawa. ''lo ini lucu, ya. Hahaha,'' timpal Angel. ''eh apaan nih!?'' Aku masih belum mengerti apa yang terjadi. Aku tidak menyadari kehadiran mereka. Mereka menertawakanku. ''hahaha. Ternyata Fizan orangnya begini, ya? Rencana kita berhasil!'' seru Risa. ''Nita, ini ada apa? Kalian ngerencanain apa?'' ''gini Fiz, kita disini mau ngerjain elo. Eh, lebih tepatnya menguji,'' Doni yang menjawab pertanyaanku. ''iya, terus ini idenya Nita loh. Hahaha,'' Emir menambahkan. ''hah?'' aku menatap Nita yang masih tertawa. ''maaf, Fiz. Yang tadi di dalam Mall itu cuma pura-pura. hahaha,'' jawab Nita ''iya, yang di kelas juga,'' sahut Nadira. ''... Terus, Nit, yang lo omongin tadi itu.. Juga cuma pura-pura?'' ''nggak, yang itu gue serius. Gue tau lo bakal ngerasa tertekan kalau deket gue, jadi gue pengen lo sadar. Lo gak harus selalu peduli pandangan orang lain tentang diri lo. Lo harus percaya diri dan jadi diri sendiri, Fiz,'' jelas Nita. ''terus kenapa gue yang lo sadarin?'' ''aduuh, Fizan..! Lo belom ngerti juga!?'' Nadira menggelengkan kepalanya. ''Nita tuh suka sama elo!'' seru Angel. ''....... Hah!? Beneran, Nit?'' ''.. Iya, Fiz. Gue suka sama lo,'' kali ini Nita tersenyum. Pernyataan itu membenarkan dugaanku selama ini. Nita suka padaku. Aku senang mengetahuinya. Teman-teman Nita ternyata juga telah mendukungku. Malam ini adalah hari jadi kami. Setelah aku juga mengungkapkan perasaanku kepada Nita. Semenjak hari itu, aku coba untuk tidak perduli dengan orang-orang yang memandangku tak pantas dengan Nita. Aku coba mengabaikan mereka. Memang benar apa kata Nita, orang-orang hanya menilai diri kita. Tapi mereka tidak bisa mengatur hidup kita. Saat ini aku akan menjalani apa yang aku pilih tanpa dibatasi siapa pun..

High and low 2

rapat tadi berjalan seperti biasa. Tidak banyak keputusan yang tercapai. Aku bingung dengan aturan-aturan yang ada disini. begitu banyak aturan, tetapi hanya sedikit yang benar-benar berlaku. Tidak tegas. Ya begitulah sekolah ini. Ntah apa yang dipikirkan guru-guru dan kepala sekolah. kini udara tidak sepanas tadi. Matahari sore perlahan mulai terbenam di ufuk barat. Aku mengendarai sepeda motorku kembali ke rumah. ------------------------------------------------ ''assalamu'alaikum,'' ucap ku sambil membuka pintu. ''Fizan, darimana aja kamu? kok baru pulang jam segini?'' tanya Ibuku. ''iya tadi di sekolah ada rapat rohis dulu, ma.'' ''sudah makan belum tadi?'' ''udah kok.'' ''yaudah, mandi dulu gih.'' perintah Ibuku. ''iya, ma.'' ------------------------------------------------ Malam hari. Aku sudah menyiapkan buku pelajaran yang akan ku bawa besok. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Rupanya Nita menelpon. ''halo?'' ''halo, Fiz?'' ucapnya pelan. ''kenapa, Nit?'' ''ini.. Gue mau nanya PR. Besok ada PR apa aja, Fiz?'' Aneh pikirku kalau Nita menelpon untuk menanyakan PR. Karena biasanya dia pasti mencatat semua tugas atau PR yang diberikan guru dan mengerjakannya dengan cepat. ''PR? Tunggu... Besok nggak ada, Nit,'' ''masa?'' ''iya, bener.'' ''oh begitu ya. Oiya, lo lagi ngapain, Fiz?'' ''baru selesai nyiapin buku. Lo?'' ''gue lagi nonton tv aja nih.'' ''tumben, gue kira lagi belajar. Hahaha.'' ''yee kan orang pinter nggak harus selalu belajar, Fiz. besok lo rapat lagi?'' ''nggak, Nit. Memang kenapa?'' ''kalau gitu...'' Jadilah kami berbicara panjang lebar lewat telpon malam ini. Akhir-akhir ini Nita memang sering menelpon sekedar untuk menanyakan PR atau apa yang sedang aku lakukan. Bukan cuma lewat telpon, di sekolah pun ia jadi sering mengajakku bicara. Sekali lagi, ini aneh. Bukan karena Nita jarang bicara. Tapi menurutku Nita yang terkesan populer itu lebih sering mengabaikan seorang yang biasa saja sepertiku. Awalnya aku bingung dan berusaha untuk tak peduli. namun sekarang aku sadar, sepertinya ia suka padaku. ------------------------------------------------ Obrolan dengan Nita semalam masih terus membayangi pikiran. Kini pikiranku penuh dengan pertanyaan ''apakah Nita suka padaku?''. Pagi ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Tak ada yang spesial di hari ini selain niatku untuk memastikan perasaan Nita. Tentu aku tidak akan bertanya terus terang. Aku lebih memilih memancing dia dengan obrolan penuh kode hingga aku benar-benar dapat memastikan perasaannya. Aku memasuki kelasku. belum terlalu ramai. Ku lihat Nita sudah duduk di tempatnya. Beberapa teman dekat Nita juga ada di sekelilingnya. Nita yang melihatku masuk, hanya tersenyum manis sejenak dan kembali melanjutkan obrolan bersama temannya. Aku pun melakukan hal yang sama. Tersenyum dan berlalu begitu saja. Aku mengurungkan niatku untuk menyapa gadis populer itu. Malu. Ya, aku malu dengan teman-temannya. Mereka bukan dari kelasku. Aku tak mengenal mereka. Tetapi, senyumnya tadi merupakan sebuah tanda buatku. ''Eh Nit, kita balik ke kelas dulu ya,'' ucap salah seorang teman perempuannya. ''iya. Eh nanti malam beneran jadi?'' ''jadi ngapain?'' ''katanya pada mau nonton,'' ''oh itu rencananya diundur Nit. Diganti jadi hari sabtu nanti,'' ''oh gitu ya? Yaudah gih sana balik,'' tukas Nita. Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Kami melanjutkan hari-hari sekolah seperti biasa. Sepanjang hari aku terus memikirkan maksud dari sikap Nita. Mungkin bukan hanya aku, tapi teman-teman sekelasku dan teman-teman Nita juga pasti menyadari sikap Nita terhadapku. Ketika waktu pulang tiba, seperti kemarin, Nita pergi ke tempatku. Jantungku dibuat berdegup semakin cepat seiring langkahnya semakin mendekat. ''hai, Fiz,'' sapanya padaku. ''i.. iya? kenapa, Nit?'' jawabku gugup. Aku berusaha terlihat wajar. ''lo balik kapan? Hari ini nggak rapat, kan?'' ''ng..nggak kok. Ini baru mau pulang,'' ''ooh. emm.. Pulang bareng, yuk!'' ''hah?!'' kaget aku dibuatnya. Tak pernah terpikir oleh ku. Nita mengajakku pulang bareng? mimpi apa aku semalam? ''Fizan? Lo kenapa? kok kayaknya kaget gitu?'' Nita membuyarkan lamunanku. ''eh..nggak, gapapa kok. Hehe.'' ''jadi mau pulang bareng, nggak?'' Nita mengulangi pertanyaannya. ''emm.. Emang temen-temen lo kemana? Lo gak bareng mereka?'' ''mereka ada sih, tapi nggak ah. Lagian kan rumah kita searah, Fiz,'' ''Iya juga ya.. yaudah deh, Nit,'' Aku terima tawaran Nita. Ada perasaan bangga yang terselip di hati. Seolah aku berhasil memenangkan hati perempuan tercantik di sekolah ini. Keluar dari ruang kelas, puluhan pasang mata menatap kami. Tatapan mereka seolah melihat sesosok mahluk luar angkasa jalan di samping model terkenal. Termasuk teman-teman Nita yang sedang berkumpul. Jujur aku ragu. perhatian mereka tersita olehku yang berjalan di samping Nita. Wajar saja. di sekolah ini, siapa yang tak kenal Nita? Hampir semuanya kenal. Dan siapa yang mengenalku? Hampir semuanya tak peduli. Aku percepat langkahku. Aku tak mau meladeni tatapan-tatapan itu. Nita menyusul di samping ku. ''eh Fiz, kenapa jalannya buru-buru?'' ''nggak apa-apa kok,'' aku ingin segera keluar dari sekolah ini. Aku merasa tak sebanding berjalan di sampingnya. Apa lagi ketika aku mengambil motor butut yang biasa aku kendarai. Rasanya ini tidak layak untuk Nita. Tapi dari apa yang ku lihat, Nita baik-baik saja. Malah terkesan tak acuh dengan reaksi di sekitarnya. Aku baru bisa menghela nafas lega begitu cukup jauh dari sekolah. Aku membonceng Nita menuju rumahnya. ''Fizan, hari sabtu nanti lo ada acara, nggak?'' suara Nita kurang terdengar. Terhalang suara laju angin ketika berkendara. ''apa, Nit?'' ''Hari sabtu lo ada acara, nggak?'' ''nggak ada,'' ''mau ikut gue nggak?'' ''haah?'' aku sulit mendengarnya. ''hari sabtu lo mau ikut gue, nggak?'' ''ikut kemana?'' ''nonton. Bareng temen-temen gue juga, Fiz,'' ''nonton dimana? Mau nonton apa?'' ''ya belom tau sih. Liat aja nanti. Lo ikut ya?'' bujuk Nita. ''......'' Rumah Nita sudah terlihat, ku pacu sepeda motorku lebih cepat hingga berhenti di depan rumah megahnya. ''lo serius ngajak gue, Nit?'' aku ragu dengan ucapan Nita tadi. ''iya, emang kenapa?'' ''tapi temen-temen lo..'' ''mereka kenapa?'' ''gue gak enak aja sama mereka,'' ''Gak enak gimana maksud lo?'' ''ya..'' ''udahlah, Fiz. Santai aja kali,'' Belum sempat aku menjelaskan, Nita sudah memotong kata-kataku. ''hmm.. Yaudah deh. Gue ikut,'' sangat sulit rasanya untuk menolak ajakan Nita. Saat ini aku sama sekali tidak tau, apa Nita mengerti maksudku terhadap temannya atau tidak. Yang jelas, dengan ajakan ini aku semakin merasa dugaanku benar. Nita memang suka padaku. ------------------------------------------------

High and low 1


''assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatu.'' ucapku seraya menghadapkan wajah ke kanan dan ke kiri. tanda usai sholat.
Teman-teman di belakangku juga mengikuti sebagai makmum.
Hanya ada 2 saf laki-laki dan 1 saf perempuan yang ikut beribadah. Itu juga tak lebih dari 20 orang.
Aku heran melihat keadaan semacam ini. Aku tau ini SMA negeri terkenal yang banyak diminati. Kabarnya persaingan masuk ke sekolah ini sangat ketat. Dan katanya siswa-siswi di sekolah ini berprestasi dan sopan-sopan. Tapi melihat keadaan siswa-siswi yang sebenarnya, rasanya aku tak punya kebanggaan bisa bersekolah disini.
Kriiiing!
Bel tanda masuk berbunyi. Setelah berdo'a, aku segera masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran terakhir hari ini.
Pelajaran pun dimulai. Ibu **, guru ***, mulai menerangkan materi. Menit demi menit berlalu. Guru itu seolah berbicara pada tembok. Hampir tak ada yang peduli dengan pelajarannya. Sesekali aku memperhatikan teman-temanku yang tampak mengantuk. Wajar memang, cuaca panas di luar meresap masuk ke dalam. Ditambah lagi ini adalah jam pelajaran terakhir.
''Aldo, coba kerjakan soal di papan tulis!'' perintah guru itu kepada temanku yang sedang asik mengobrol.
Seketika Aldo terdiam.
''eh eh, itu caranya gimana?'' bisiknya kepada temannya.
Tentu saja tak ada yang menjawab.
''Ayo, Aldo!'' titah guru itu lagi.
Aldo maju dengan ragu. Dia hanya termangu menatap soal dihadapannya.
Kriiiiiing!
''Bu, pulang..!''
''haaah.. yasudah.. Aldo silahkan kembali ke tempat,'' kata Bu **.
Aldo menghela nafas panjang.
''soal ini dijadikan PR untuk Rabu depan ya,'' tambahnya.
''Yaaaaah masa PR lagi, bu?'' keluh teman-temanku.
''pokoknya dikerjakan. Rabu depan dikumpulkan.'' Bu ** segera meninggalkan kelas. Diikuti teman-temanku.
Beginilah keseharianku di sekolah.
Ini tahun kedua aku bersekolah di SMA ini. Tahun ajaran baru dimulai selama 2 bulan. Tapi sudah terasa membosankan.
''eh Fizan, lo nggak pulang?'' tanya Nita,temanku.
''ya pulanglah, Nit. Masa mau nginep?''
''oh haha. Pulang kapan?''
''nanti, habis rapat.''
''rapat apa lagi, sih? Lama nggak rapatnya?''
''rapat Rohis. Ya lumayan lama kayaknya. Emang kenapa, Nit?'' Aku balik bertanya.
''gapapa sih.. Yaudah ya, gue duluan, Fiz,''
''iya, Nit,'' perempuan itu beranjak pergi meninggalkanku yang masih sibuk merapikan barang-barangku.
Setelah selesai, aku berniat meninggalkan kelas untuk rapat. Tepat di depan pintu keluar kelas, niatanku hilang. Matahari bersinar terik siang ini. Udara panas menambah gersang daerah sekolahku. Aku mulai ragu dengan gelar 'SMA unggulan' yang disandang sekolah ini. Bagaimana tidak? selain melihat sikap teman-temanku, sekarang lingkungan yang gersang melanda. Seandainya banyak pepohonan, pasti akan jauh lebih baik.
Di kejauhan aku dapat melihat Nita dan teman-temannya dari kelas lain.
Aku memang baru mengenalnya 2 bulan lalu saat pembagian kelas. Tapi aku tau Nita seorang perempuan yang populer di sekolah ini. Wajar. Nita cantik, putih, pintar, dan gayanya yang simple tapi modis pasti menarik banyak perhatian. Terutama kaum laki-laki.
ku lihat jam dinding di tembok belakang kelas. Pukul 14.56.
Aku harus bergegas ke rapat. Ku niatkan kembali melangkah menembus panasnya udara di luar.
''bismillah..''

Short Review


Assalamualaikum
Blogs...
agak lama kami tidak bercerita.
beberapa postingan sebelum ini adalah cerpen. Iya, kami lagi sibuk dengan cerpen itu. Setelah 4 kali ngebuat cerpen, kami jadi keterusan. Ada banyak ide cerita, tapi inti permasalahannya belum tau mau tentang apa.
Oiya, dari beberapa karakter cerpen itu, rasa-rasanya ada di dunia nyata. gue nggak tau muka mereka, tapi gue tau kayak gimana rasanya kalau deket mereka. Semacam gue tau hawa kehadiran mereka. Keren ya? Biasa aja sih.
Gue mau bahas sedikit tentang cerpen gue yang terakhir. Dandelion's dance mendapat tanggapan yang bagus. Seneng? Ya lumayan. Sebenernya gue bosen sama alurnya yang akhirannya meninggal. Gue udah sering baca yang begitu. Biasanya tokoh cowok/ceweknya meninggal, terus ninggalin surat buat pasangannya. Terus pasangannya sedih, nyesel. Ya gitu-gitu doang. mirip kan sama yang gue buat? Tapi bukan itu. Adalah arti dari sebuah kematian seseorang yang berharga buat kita, yang mau gue tunjukin. Tentang keikhlasan. Bukan tentang seseorang yang sedih meratapi kepergian cintanya. Bukan tentang ''setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan'' ini udah basi banget. Tapi tentang alasan kenapa orang itu pergi dan bagaimana kita menyikapinya. Dalam ngebuat cerpen ini, gue butuh beberapa pendapat dari orang-orang tentang permasalahan dalam cerpen. Pendapat mereka gue olah lagi. kalau udah masuk akal, baru gue masukin ke cerpen.
Problem ngebuat cerpen ini tuh...
Well, ada banyak bagian gak penting di cerita itu yang gue rasa gak perlu gue tulis. Tapi ternyata justru itu yang ngebuat cerita ini masuk akal. Soalnya kalo gak ada bagian ini, nanti ceritanya gak jelas. Tapi bagian ini bikin lama! Udah gitu, gue nulisnya kan malem pas udah ngantuk. Jadi gue males-malesan deh.
but, over all, ini cerita yang bagus dan mengungkapkan sudut pandang gue dan bonus beberapa puisi. Yang belum baca, enjoy.
Anyway, gue juga mau ngebahas olimpiade nih. Seperti biasa, blogs, gue ngedown. 3 kali olim, 3 kali ngedown. Kali ini 3 kali lebih ngedown dibanding sebelumnya. Why? Ini tingkat nasional. Lawan-lawannya udah pasti level atas semua. Dan gue yakin, sebagian besar dari mereka udah punya pengalaman. Yah minimal udah ikut osp beberapa tahun sebelum ini. Ada lagi yang udah ikut osn tahun lalu. Ada juga yang ikut kompetisi nasional lainnya. Wajar dong gue ngedown. pengalaman gue itu amat kecil dibandingkan mereka. Mereka udah coba osp berkali-kali, nah gue baru sekali. Tapi alhamdulillah, langsung lolos hahaha.
Ditambah lagi, ada beberapa temen dari pelatihan di Bandung kemarin. Jujur, gue gak pengen ngelawan mereka. Takut kalah? Iya. Gue gak pengen kalah. jadi gue harus belajar lagi. Tapi tetep aja... Gak mau ngelawan mereka ntah kenapa.
kami akan bertemu mereka lagi tgl 24 agustus nanti di pelatihan Bandung. Iya, kami dilatih sama-sama untuk kedua kali. gue udah ngerasa akrab sama mereka. karna itu gue gak mau ngelawan mereka. Agak dramatis gak sih? Bodo amatlah.
Terus dari yang gue perkirakan, sekarang para peserta pasti udah mempersiapkan strategi dan sudah berlatih. Mereka punya pembimbing yang handal. Lah gue? Gue belajar dari buku. Sekali lagi, itu juga males-malesan. Salah gue juga sih kalau males-malesan. Tapi... Hmmm. Yah sudahlah. But still, ada harapan. Mengingat 1 tweet dari pelatih di Bandung yang bilang, ''curang! osn tahun ini banyak orang baru. beda sama tahun lalu,'' intinya gitu. Peluang 30 dari 84 masih ada. ini target minimal gue saat ini. Sekalinya banyak orang baru, tetep aja mereka veteran olimpiade dari tingkat osp yang mungkin udah dari smp -____-. Seorang beginner macam gue harus ngelawan veteran macam mereka.. Kalian pikir kami diizinkan untuk kalah? Nggak!!
September nanti akan jadi kompetisi keren. Ini akan mengguncang seantero Pamulang -_-. Setiap dari kami yang berkompetisi pasti punya skill andalan masing-masing. Salah satunya si pengguna logika abstrak itu -_-. Kami akan mendapatkan skill level S yang keren buat ngelawan dia. Tunggu saja!
Oke ini akan jadi penampilan Epic!
Dimana seluruh siswa-siswi level S seindonesia akan bertarung! Dimana kami akan mengadu skill kami!
Gue ngebayanginnya kayak perang sihir gitu masa -_-.
Baiklah
Tunggu kabar kami berikutnya ya, blogs.
Nights

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented