Minggu, 23 Februari 2014

Rahasia Hitam 4

Gelap. Mataku masih terpejam namun telah bisa kurasakan permukaan kasar dari aspal tempat aku terkapar. Rasa sakit di sekujur tubuhku membantuku mengumpulkan nyawa lebih cepat. Mataku mengerjap. Sayup-sayup aku dapat menangkap gambaran keberadaanku. Ya, di gang kecil yang lembab dengan pecahan botol dimana-mana.

"Apa yang terjadi?" Tanyaku pada diri sendiri.

"Res..." suara lirih datang dari belakangku.

"Dante!" Aku lihat sahabatku terbaring lemas.  Memar biru dan noda darah terpapar di sekujur tubuhnya sama sepertiku.

Ohiya! Aku baru ingat. Kami berdua membuntuti kak Agni hingga ke gang kecil ini. Kami tertangkap oleh preman-preman dan berakhir menjadi bulan-bulanan mereka di sini. Ya, itulah penyebab aku dan Dante jadi babak-belur begini.

Namun sejak aku tersadar aku tidak melihat kak Agni atau pun preman-preman itu. Hanya ada aku dan Dante di tempat ini. Mungkin mereka kabur setelah puas menghardik kami dan takut tertangkap warga.

"Dasar pengecut!" Gumamku dalam hati.

"Dan, kamu gapapa?" Segera aku luruskan pikiranku kembali kepada kondisi sahabatku.

Dante tidak menjawab. Aku bisa mendengar napasnya  melemah. Matanya setengah terpejam.

"Dante? Dan? Bangun, Dan!" serak aku berteriak.

Tetap, sahabatku masih diam. Hanya kelopak matanya yang berangsur-angsur menutup. Sepertinya kesadarannya menghilang.

Masih dengan rasa sakit di tubuhku, aku coba membopong tubuh Dante.

Selangkah demi selangkah. Aku tertatih. Rasa sakit di tubuhku perlahan meringkus kesadaranku pula. 

"Sial...!"
Aku terjatuh di ujung mulut gang ini

----------

Sosok itu berdiri beberapa meter di depanku. Mungkin sekitar 25 meter. Namun tidak bisa ku lihat dengan jelas siapa. Seluruh tubuhnya seolah berkamuflase dengan  bayang-bayang dinding sebuah gang kecil. Hitam kelam.

Dia tidak sendiri. Aku lihat ada sosok yang berpostur tinggi badan sama denganku di sampingnya yang tak kalah hitamnya. Mereka bagai bayangan tak bertuan.

2 sosok itu saling berhadapan. Entah apa yang mereka bicarakan aku tidak mengerti. Jangankan untuk mengerti, aku bahkan tidak bisa dengar percakapan 2 bayangan itu.
Yang kutau, setelah beberapa menit mereka bercengkrama, sosok yang lebih tinggi itu dengan cepat mencengkram leher mahluk di hadapannya. Tentu saja lawannya berontak namun percuma. Cengkraman si tinggi jauh lebih kuat dari perlawanan bayangan hitam pendek itu. Semakin dia melawan semakin habis tenaganya.  Selang beberapa menit kemudian tidak ada lagi perlawanan darinya. Si pendek terkulai lemas tak berdaya.

Belum sempat aku menyadari apa yang terjadi, si tinggi melanjutkan aksinya.

BUKK!
Satu pukulan mendarat di tubuh si pendek. Pukulan tersebut menjadi sambutan bagi pukulan-pukulan berikutnya. Aku yang berdiri jauh dari mereka hanya bisa geram menyaksikan si pendek dianiaya tanpa perlawanan.

"Hentikan...! Cukup!" aku berteriak.

untuk sesaat sosok tinggi kejam itu berhenti. Mungkin dia mendengarku namun kuliat dia tidak menoleh.

Apa dia sudah selesai? Tidak! Dia mengambil benda  stainlesssteel berukuran 25-30cm yang entah dari mana asalnya.

"dia mau apa?" tanya batinku.

"Jangan... Jangan!!!" Sontak aku berteriak begitu kulihat si tinggi menghunuskan besi itu ke arah si pendek.

JLEB!
Tanpa perlawanan apapun si tinggi  menikam jantung lawannya yang sedari tadi tidak sadarkan diri.

Berkali-kali. Tikaman pisau mendarat di tubuh si pendek.

"Hentikan!! Jangan!!" Pintaku yang menyaksikan adegan sadis itu.

Namun bedebah kejam itu tidak berhenti. Tetap membuat lubang-lubang luka dengan pisau di tangannya. Tak peduli apa lawannya sudah mati atau belum. Dia terus menggenangi latar hitam gang kecil itu menjadi merah darah.

"Hentikan! Hentikan!!! AAAAAA!!"

-----

"Res! Ares!!!" panggilan Dante menyadarkanku.

".... ini di mana?" Responku setengah sadar.

"di rumah salah satu warga. Kamu gapapa? Luka-lukamu gimana?"

Sontak pertanyaan Dante membuat aku mulai meringis merasakan rasa sakit dari luka di tubuhku. Namun, syukurlah, sama seperti Dante, luka-lukaku sudah tertutup perban. Entah sejak kapan.

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented