Jumat, 19 Februari 2021

Dua kesendirian

Ini sangat gila!
Aku tidak tau apa yang aku lakukan selama ini.
Ada banyak hal yg kupikirkan. Saat ingin aku ungkapkan semuanya menghilang.

Aku ingin dia di sini. Dia siapa? Aku tidak tau. Ini menjadi semakin tidak jelas.

Kau terlalu memperumit keadaan. Aku ingin bicara padamu. Sebagai nurani. Kau memiliki banyak hal tapi tak ada yg kamu gunakan. Kamu berbeda dari orang lain. Kamu memiliki kesadaraanmu sendiri, pikiranmu sendiri. Tapi pikiran hanyalah pikiran. Bukan tindakan. Bukan kenyataan. Kelemahan itu sudah kamu sadari sejak awal. Tapi kamu tidak lakukan apapun. Karena itu aku menyebutmu Bodoh!

Apa yg aku inginkan selama ini? Jika aku tidak ingin ke sana lalu untuk apa aku melangkah kesana? Aku bahkan tidak tau harus melangkah ke mana.

Kamu tau harus kemana.. Nuranimu hidup tapi hatimu mati. Kenapa jadi rumit sekali?
Apa kamu tau kenapa aku sendiri? Aku tidak tau. Aku semakin mengandalkan rasa sepi ini.

Aku adalah jebakan untukmu. Jangan mendekat. Kamu tau harus kemana. Aku bukan tujuanmu. Bunuh aku! Sebelum cintamu semakin kuat!

Tidak bisa. Semua sudah terlambat.

Terlambat untuk kamu sadari. Tapi belum terlambat untuk berubah dan kembali. Kumohon... Kembalilah. Aku merindukan dirimu yang dulu.

Aku juga merindukan diriku yg dulu. Kenapa aku ada disini saat ini? Selamatkan aku!

Kau ingat perasaanmu yg dulu? Janji kita? Janjimu? Aku ingin kamu di sana.

Aku takut.. Pada apa? Aku ingin kembali... Apa yg menahanku? Bagaimana caraku membunuhmu?

Kau tau caranya. Tapi cintamu selalu memghalangi. Sial!

Aku iri dengan mereka. Aku ingin menjadi mereka.

Kamu adalah dirimu. Dirimu yg mana yg kau inginkan?

Menghilanglah!

Singkirkan cintamu!

Apa ini cinta?

Iya, pada kesepian. Kumohon pergilah..
Aku hanya sebuah jebakan untukmu. Kau tidak boleh mengandalkanku.

Tapi kita adalah..

Kita bukan teman. Aku tak pernah ada di dunia ini. Aku hanya akan menyeretmu ke duniamu.

Nada-nada

Seperti Nada yang mendenging di telinga. Kata-katamu adalah lantunan lagu yang tidak bisa kumengerti. Yang aku putar ratusan kali tanpa peduli arti. Hingga aku beranjak pergi,  hingga kamu menjelma sunyi.
Seperti Nada yang mendenging di telinga. Pertemuan kita adalah ketidaksengajaan yang direncanakan. Hanya sejenak. Menjadi secuil bahagia dalam beberapa hembusan napasku. Bahagia yang perlahan memudar bersama udara.  Hingga aku kehilanganmu atau kau yang kehilangan aku.

Rabu, 28 Juni 2017

Gelembung Kenangan

Assalamu'alaikum, blogs!

Kita harus cepat sebelum ingatan mimpi gue menghilang! Basa-basinya kapan-kapan aja ya..

Wuuuuzzzz..!!

So, ini tentang seseorang dari dalam mimpi lagi. Bukan, bukan Cleva. Gue baru memimpikannya beberapa saat yang lalu. Jadi semua bermula dari..... Gue gak tau. Namanya juga mimpi -_-. Gimana gue mau inget awalnya?

Pokoknya tadi malam gue tidur jam 2an. Setelah nonton Deadpool dan main Brave Frontier. Mumpung ada event kolaborasi sama Final Fantasy. Jadi begitulah.

"Mimpinya, dit!"

Oiya, pokoknya jam 2an itu gue tidur lalu bermimpi. Gue berada di..... Entahlah. Kayak taman. Ada tempat duduknya dan semacam ayunan tapi gak terlalu jelas. Saat itu malam hari. Kayaknya di mimpi itu gue baru abis ada kegiatan sama temen SMA deh.

Kemudian di taman itu gue gak sendiri. Ada 1 perempuan temen SMA gue dan laba-laba yang sarangnya dari jaring warna perak. Apa yang kami lakukan di taman malam itu? Kami berbicara. Tapi gak bicara sama laba-labanya. Kami bicara tentang.... Perasaan perempuan itu ke gue. Jadi dia semacam suka sama gue gitu.

"Sayangnya cuma mimpi ya, dit"
Bawel! -_-

Gue tau siapa dirinya di dunia nyata dan ya dia memang pernah suka sama gue. Woooo! Tapi gue tolak sih. Di dalam mimpi pun juga gue tolak. Kenapa? Prinsip. Gak boleh pacaran. Dan sebisa mungkin gak mau pacaran. Ternyata prinsip sejak 9 tahun lalu itu juga tertanam di alam bawah sadar gue.

Setelah gue tolak di mimpi, dia keliatan nggak terlalu kecewa dan memahami prinsip gue. Dia menerima kami sebagai teman dekat sambil tersenyum. Dan hubungannya dengan laba-laba jaring perak itu? Nggak ada. Gue sempat pegang jaringnya yang udah ngebentuk sarang. Tapi jaringnya elastis gitu jadi gak rusak.

That's it, blogs! Mimpi malam ini tentang seseorang. Nggak terlalu penting sih tapi gapapalah.

Bye!

Tunggu...
Well, actually, ada 1 orang lagi di mimpi itu yang mau gue ceritakan. Mimpi setelah di taman itu. Semacam lanjutannya. Settingan mimpi kedua ini berada di... Rumah? Ruang kelas? Nggak tau. Gak jelas. Gue bersama seorang perempuan lagi. Bukan temen SMA gue yang tadi. Seseorang yang kalau gak salah udah lama banget gak ketemu. Mungkin pas SD. Dia semacam temennya temen gue. Dan kami sama sekali gak dekat. Kalau salah, berarti dia seseorang yang belum pernah gue temui di dunia nyata.

Namanya Joana. How did i know that? I just did. Well, di mimpi gue gak manggil dia Joana sih. Tapi feeling gue namanya Joana. Pokoknya gitu. Gak usah protes. Mimpi gue, suka-suka gue.

Joana ini kayak keturunan chinese. Rambutnya panjang sepinggang. Sedikit coklat. Gak terlalu tinggi. Matanya.... Ya sipit. Tapi warna hitam mengkilap gitu. Lumayan cantik deh.

Kejadiannya hampir sama kayak mimpi sebelumnya. Di dalam ruangan itu kami berbicara. Tentang perasaan Joana. Sepertinya dia juga menyukai gue. Padahal di mimpi itu kami belum kenal lama.

Akhirnya... Ada 2 orang yang menyatakan perasaannya ke gue! Mimpi apa gue semalam?!

"Dit, ini juga kan cuma mimpi..."
Oiya -_-

Setelah dia menyatakan perasaannya ke gue, apa jawaban gue? Tentu saja gue tolak lagi.

"Pantes jomblo. Di mimpi aja sok jual mahal!"
Ngeselin.. Salahkan urf yang menanamkan prinsip ini -___-

Alasan penolakannya juga sama seperti sebelumnya, yaitu prinsip gak boleh pacaran. Tapi keliatannya Joana belum paham. Jadi gue jelaskan gue juga mencari seseorang yang bisa menghargai hal-hal kecil. Menghargai waktu yang dihabiskan bersama. Dan hal-hal spesial lainnya.

Somehow, di ruangan itu ada pistol gelembung sabun. Tau kan? Banyak di jual di Monas dulu. Entah motivasi gue apa tapi gue bilang, "coba kamu ungkapkan sebesar apa perasaan kamu dengan pistol itu." I know... It's stupid.

Dia ambil pistol itu dan bilang, "perhatikan." Kemudian muncul gelembung besar banget dan lumayan banyak. Setiap gelembung itu adalah kenangan. Waktu yang kami habiskan bersama. Besarnya gelembung itu adalah seberapa besar Joana menghargai kenangan kami. Padahal kami belum lama kenal. Yang terlintas di pikiran gue saat itu adalah.. Memories Keeper. Penjaga kenangan. Salah satu bagian dari diri gue juga.

Dengan melihat seberapa besar perasaan Joana ini gue jadi bingung. Gue pengen menerima. Tapi nggak boleh. Pokoknya nggak boleh. Kemudian gue bilang, "maaf, gue belum bisa menerima. Tapi kalau status itu bukan sesuatu yang penting buat kamu, kita bisa jadi teman dekat." Kurang lebih begitu. Dia keliatannya bisa mengerti.

Setelah kejadian itu, keesokan harinya (masih di mimpi) gue menyiapkan tas, baju seragam sekolah, topi abu-abu. Jadi gue balik lagi ke SMA -_-. Well, setidaknya gue lumayan senang bisa ketemu Joana di sekolah. Tapi di mimpi itu gue belum sholat subuh. Jadi sholat dulu di mimpi. Pas udah selesai, gue dibangunin untuk shalat di dunia nyata...

Baiklah.. Kali ini beneran "That's it, blogs!" Itu mimpi gue malam tadi. Dengan seseorang yang udah lama gak ketemu atau mungkin memang belum pernah ketemu. mereka yang belum pernah gue temui di dunia nyata sebenarnya lebih banyak lagi. Di post Dream Troopers kan cuma 13 kayaknya. setelah post itu gue bermimpi tentang yang lainnya. Tapi gue lupa nama sama mimpinya gimana. Jadi ya.. Yaudahlah ya.

Pesan dari post kali ini adalah...

"Gue tau, dit. Hargailah setiap waktu dan kenanganmu bersama seseorang.. Walau hanya di dalam mimpi"
Good!

Assalamu'alaikum, blogs :)

Selasa, 06 Juni 2017

Janji Sepihak

Assalamu'alaikum, blogs!
Assalamu'alaikum, silent reader!

Bagaimana keadaanmu? Semoga dalam keadaan luar biasa biasa ajanya ya. Kondisi gue saat ini juga biasa aja sih. Oiya, karena saat ini bulan ramadhan, mewakili semua admin blog ini (which is hanya gue) kami mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga lancar, semoga berkah, semoga amalan kita diterima Allah SWT. Aamiiin.

Pada post kali ini gue mau ngobrol aja. Well, nggak deng. Ngobrol butuh setidaknya 2 orang yang saling bicara dan menanggapi. Semenjak jarang ada tanggapan atau komentar di blog ini, so it will be one-side sharing sesion.

Ide post kali ini berasal dari pengamatan gue terhadap orang-orang. Tentang janji sepihak, tentang kepemimpinan. Objeknya adalah sebagian besar orang. Maaf kalau ada yang tersinggung. Semoga kamu gak merasa.

Semua bermula dari pemilihan umum tahun 2017. Yap, pemilu gubernur yang baru beberapa bulan lalu. Bagi gue pribadi, ini pemilu paling kacau yang gue alami selama gue hidup.  Sebagai warga negara Indonesia yang dicekokin program tv yang gak netral, ditambah media sosial yang saling menyerang, gimana gue gak ngerasa pemilu kali ini rusuh banget? Bayangkan aja, indonesia udah kayak mau terpecah belah gitu. Padahal permasalahannya yang paling disorot cuma di satu provinsi, DKI Jakarta. Tapi pro-kontranya menyebar luas hampir ke seluruh indonesia. Sampai banyak sekali demo, unjuk rasa dan aksi lainnya. Ada yang damai, ada yang rusuh. Setiap aksi dari 1 kubu hampir selalu ditandingi aksi kubu lainnya. Parahnya lagi, setelah pemilu selesai pun masalah tetap terus mengalir. Tetap ada. Perpecahan efek dari pemilu tetep terus berlangsung. Saling menghina. Saling menjatuhkan. Seriously, ini luar biasa banget biasa ajanya!

"Kamu sendiri mendukung pihak mana, dit?"

Well, gue mendukung pihak yang menjalankan aksi dengan damai. Ya gue juga gak ngedukung dengan berbuat sesuatu sih. tapi gue lebih pengen semuanya damai. Boleh berpendapat tapi jangan sampai menghina orang. Jangan gunakan kata-kata yg gak pantas.

Pepatah mengakatan,
"Mulutmu, Harimaumu"

Urf bilang,
"Di dunia maya, kata-katamu mencerminkan isi kepalamu. Kecuali kamu seorang pembohong."

Yup, kalau kata-kata yg kita gunakan aja kata-kata yg ngerendahin orang lain, betapa rendahnya pikiran kita. Kan konyol. Kamu pasti sering melihat komentar yang menjatuhkan dan menghina. Gak harus soal pemilu. Hal sepele juga bisa jadi perdebatan yang ujung-ujungnya ngebuat orang saling menghina. Orang-orang berpendapat. mereka merasa pendapatnya paling benar. Dan untuk memperkuat pembenaran pendapat mereka, mereka menjatuhkan orang lain. Sesimple itu polanya. Well, itu yang gue amati.

Dalam pemilu di seluruh Indonesia, perdebatan juga muncul dari program calon pemimpin untuk mengatasi permasalahan di wilayah kerja mereka. Biasanya sih masalahnya banjir dan macet. Masalah yang umum banget ya. Nah, para calon pemimpin ini mengemukakan rencana mereka di hadapan masyarakat dengan apiknya. program-program jitu yang keliatannya terencana matang disampaikan ke masyarakat untuk menarik simpatisan. Para calon pemimpin menjanjikan kota yang bebas macet dan banjir. Keren ya? Ya keren. Tapi buat gue, nonsense.

Para calon pemimpin ini memang luar biasa pemikirannya. Semua programnya ditujukan untuk membuat kota jadi lebih baik. Mereka berusaha mencarikan solusi bagi masyarakat. Tapi, blogs, kebanyakan program itu selalu gagal. Contohnya DKI Jakarta. Berapa banyak gubernur yang menjanjikan jakarta bebas banjir dari dulu? Mungkin dari sebelum kita lahir. Tapi kenyataannya masih banjir. Berapa banyak pemimpin yang menjanjikan jakarta bebas macet? Kenyataannya macet masih banyak terjadi. The Question is, Why? Why it's not working? Kenapa rencana mereka yang matang dan tersusun rapih itu gagal?
Kamu tau kenapa?

KARENA MEREKA MENAWARKAN SOLUSI KEPADA PEMBUAT MASALAH!!

Sengaja gue capslock karena rasanya gue pengen teriakin hal itu -_-.

Masalah banjir. para pemimpin ngebuat program pelebaran sungai, perbaikan saluran air dan semacamnya. Mereka berusaha mewujudkan program yang mereka janjikan kepada masyarakat. Tapi, masyarakatlah yang buang sampah sembarangan. Mereka sendiri yang menyebabkan banjir. Mereka sendiri yang menderita. Tapi karena 1 orang udah berjanji untuk membebaskan mereka dari banjir, maka si orang ini yang disalahkan. Dihujat, dicaci maki, dihina. Dianggap gak becus. Padahal mah....
Rasanya aku ingin berkata kasar -_-.

Apa masyarakat perlu himbauan agar gak buang sampah sembarangan? Apa perlu sosialisasi tiap tahun? Tiap minggu? Tiap jam? No! Mereka sadar buang sampah sembarangan itu menyebabkan banjir, tapi tetep aja dilakukan. Seolah berpikir, "saya korban banjir akibat pemimpin gak bisa mengatasi banjir". Play victim dan pura-pura gak sadar siapa pelakunya.

Masalah macet juga gitu.
Kendaran umum udah ada. Udah coba dibikin nyaman. Udah dibuat jalur khusus bus supaya gak macet. Itu solusi kemacetan yang ditawarkan. Tapi... Tetep aja ada kendaraan pribadi yang nerobos. Tetep aja ada yang bikin macet. Tetep ada yang melanggar aturan lalu lintas. Dan tetep aja sang pemimpin yang disalahkan. lagi-lagi dianggap gagal dan gak becus oleh masyarakat. Oleh sebagian besar pembuat masalah.

Serius deh, blogs, kalau begini terus, sampai kapanpun masalahnya gak bakalan teratasi. Siapapun pemimpinnya dan bagaimana pun programnya, kalau hanya janji sepihak, masalah yang sama akan terus terulang. Para pemimpin akan tetap dijadikan pelaku oleh mereka yang mengaku korban.

"Solusinya gimana, dit?"
Well, Susah dan agak kejam. Tapi gue rasa solusinya adalah kontrak. Perjanjian 2 pihak antara pemimpin dan rakyat. Perjanjian untuk saling membantu mengatasi masalah. Bukan perjanjian sepihak yang memberatkan 1 orang. Bukan janji satu orang kepada ratusan ribu orang yang berusaha membuat dia ingkar.

Contohnya gini,
"Saya berjanji kota A akan bebas banjir ASALKAN masyarakat berjanji mau bekerja sama"

"Saya berjanji kota A akan bebas banjir ASALKAN warga kota A berjanji tidak membuang sampah sembarangan"

"Saya berjanji kota A akan bebas banjir, ASALKAN penyebab banjir di kota A saya basmi. Yaitu kalian, hai warga kota A yang membuang sampah sembarangan."

Semacam itu.

See? Janji dengan syarat seperti itu adalah solusi yang gue pikirkan. Karena gue rasa gak adil kalau hanya sebagian kecil orang berusaha membangun saat sebagian besar orang lain berusaha menghancurkan. Yang disalahkan pasti minoritas. Pasti sebagian golongan kecil itu. Masyarakat gak bodoh.  Mereka akan dengan pintarnya mencari kesalahan si pemimpin untuk menjatuhkan dirinya. Untuk berperan sebagai korban dari janji manis pemimpin yang mereka buat ingkar.

"Bukannya si pemimpin yang harus persuasif mendidik masyarakat ya? Mendisiplinkan mereka, dit"

Iya, itu kewajiban pemimpin. Dan udah dilaksanakan dengan peraturan-peraturan. Tapi.. Mereka mengelak dengan semboyan, "Peraturan dibuat untuk dilanggar." -___-

Luar biasa ya permasalahannya...
Luar biasa juga mereka yang tetep berusaha menjadi pemimpin dengan berbagai macam tawaran program ke masyarakat. Terlepas dari tujuan aslinya yang terselubung. Yang mungkin mengincar kekayaan, jabatan, dan kekuasaan. Semoga nggak yaa. Tapi gue gak bahas itu kali ini.

Jadi seperti itulah, blogs, masalah yang gue amati di negeri ini. Masalah yang belum ada ujungnya. Masalah yang akan semakin parah. Tanggung jawab yang akan semakin besar. Kekacauan yang akan semakin gila.

Siapa pun pemimpin berikutnya, dia akan menghadapi zaman yang lebih kacau dari zaman sekarang.

Dari Zubair bin Adly bahwa ia melaporkan kepada Anas setelah perdebatan, lalu Ia (Anas) berkata, “ Bersabarlah kalian !, Susungguhnya, tidak akan datang pada kalian suatu zaman kecuali yang lebih jelek daripadanya hingga kalian menjumpai Tuhan kalian. Ini saya dengar dari Nabi SAW.” (HR Bukhari dan Turmudzi)

Assalamu'alaikum, blogs

Sabtu, 17 September 2016

Lonely Winter: Pesan untuk Bulan

Hai Cleva.
Salam untukmu dari duniaku.

Bagaimana kabarmu?
Kau tak pernah lagi singgah dalam mimpiku. Kamu kemana? Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Ada banyak pertanyaan yang belum kamu jawab.

Hai Cleva
Aku mendengarmu berbicara tentang mimpi. Walau bukan padaku. Kamu tidak ingin membicarakannya padaku. Sempat saat itu mata kita saling menatap. Beberapa detik. Sejenak dirimu tersenyum. Cantik sekali. Senyuman yang membaur bersama air mata di pipimu. Cukup untuk membuatku memahami perasaanmu. Kesedihan yang ditorehkan oleh perpisahan.
Maaf aku tidak membalas senyummu. Bagaimana aku tersenyum saat tau akan merindukanmu lagi? Bagaimana aku tersenyum saat tau ini adalah perpisahan?

Hai Cleva, katakan padaku..
Mana yang lebih menyakitkan patah hati atau kesepian? Jika itu dirimu, kurasa kau akan menjawab kesepian. Orang-orang mungkin akan menjawab patah hati. Tapi kamu menghantamkan keduanya padaku. Sakit? Tidak apa. Aku sudah terbiasa. Kau tau kan Manusia bisa beradaptasi. Bahkan pada sesuatu yang mereka sebut "kesepian". Walau aku rasa tidak seharusnya begitu. Sebagai mahluk sosial manusia harus berontak dari rasa sepi. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah beberapa tahun berlalu.

Rasa sepi ini menjelma menjadi pikiran lain dalam diriku. Menjadi teman terbaik yang aku miliki dengan semua sifat yang aku inginkan padanya. Kami tertawa, belajar,  bercanda, berdiskusi, marah dan melakukan banyak hal lainnya. Walau hanya dalam pikiranku. Aku berpura-pura dia adalah kamu. Ini membuatku candu.
Karenanya aku pergi seorang diri. Mencoba menemukanmu. Aku ingin kamu membunuhnya. Membunuh rasa sepi itu. Merubah proyeksi pikiran itu menjadi nyata dalam dirimu. Tapi mungkinkah ini akan terjadi? Kamu pasti berpikir itu konyol.

Hai, cleva.
Perjalanan ini hampir membuatku lelah. Bisakah kita bertukar peran? Bisakah dirimu menemukanku? Aku akan menunggumu. Hingga saat itu tiba aku akan merindukanmu lebih lama lagi


Selasa, 13 September 2016

Dunia Kata Mereka

Assalamu'alaykum, blooooogs :)

Gimana kabar kalian setelah gue tinggal sekitar... 8 jam dari tadi siang? Yang kurang baik udah jadi baik belum? Semoga udah ya.

Basa-basinya gak usah kepanjangan karena post ini mungkin agak panjang. Dan lagi, gue akan menambahkan label "point of view". Walau bukan Misi Rahasia ke-100. Baca aja ya..

Ini tentang "Dunia yang sebenarnya". Inspirasinya sederhana aja. Pernah denger ada yang bilang " kamu masih kuliah,  belum tau dunia yang sebenarnya pas kerja."? Atau pernyataan yang senada dengan itu? Atau mungkin kamu sendiri yg menyatakan itu ke adik kelasmu? It's okay.

Buat gue sendiri, pernyataan itu adalah pernyataan berulang dengan tingkat yg berbeda. Maksudnya, pernyataan itu udah disampaikan anak SMP ke SD. At least ke gue.

"Kamu masih kecil, masih SD. Belum tau dunia yang sebenarnya di SMP" kata anak SMP.
"Kamu masih SMP. Belum tau susahnya kehidupan SMA" kata anak SMA.
"Kamu masih SMA, masih pakai seragam putih abu-abu. Belum ngerasain beratnya dunia perkuliahan" kata Mahasiswa.

Gue udah melewati yang itu. Sekarang yg gue hadapi adalah:

"Kamu baru kuliah. Nanti kamu bakal ngerasain dunia yang sebenarnya pas kerja"
"Dunia tambang/minyak/geologi itu keras". Kata mereka yg udah kerja.

Well, gue memang belum tau atau merasakan seperti apa dunia kerja. Tapi dari yang gue amati, rasakan, dan renungkan dari "dunia" yang udah gue lalui adalah "dunia yang sebenarnya" adalah sebuah sistem yang hancur. Dari dunia SD, SMP, SMA dan seterusnya, sesuatu yg mereka sebut "dunia yang sebenarnya" itu semakin hancur. Kenapa? Ada banyak jawabannya. Paling mainstream yang gak akan gue bahas lagi adalah harta, tahta, wanita. Tapi ini gak berlaku di SMP. Pas jaman gue sih. Gak tau kalau sekarang. Kayaknya udah.

Gini, blogs. Waktu jaman gue SD kelas 1 - 3, belum ada nyontek. Bisa dibilang kejujurannya masih murni. Kelas 4 - 6 mulai ada kecurangan. Nyontek, bolos, dan semacamnya. Kejujuran berkurang.

Di dunia SMP, kita mulai menghadapi masalah percintaan. Mulai mengenal patah hati pas putus pacaran. Mulai mengenal rokok, nongkrong, cabut pelajaran, dan semacamnya.

Di dunia SMA, masalah cinta-cintaan makin rumit. Selingkuh, nikung, muka dua, galau, bunuh diri. Dengan beban kewajiban yang kian bertambah, seperti tugas, ujian nasional, ujian akhir, tes universitas dan lain-lain, banyak celah terbuka untuk merusak nilai moral. Kecurangan dalam UN, narkoba, Miras, dan sejenisnya. Tekanan kehidupan SMA ini mereka sampaikan ke anak SMP, "kalian masih SMP, belum ngerasain kehidupan sebenarnya di SMA".

Di kuliah pun begitu. Mulai ada bolos kuliah dengan titip absen, manipulasi data tugas kuliah. Well, gue juga kadang manipulasi data sih-_-. Disebutnya " Geomagic". Tapi gue gak titip absen dan gak mau dititipin. Gak mau nyontek juga. Gue masih mencoba mempertahankan kejujuran dan originalitas gue. Terus masalah percintaan juga tetap ada. Tapi gue gak tau. Kebanyakan ngerjain tugas. Keburukan dunia perkuliahan bisa dibaca di downsanian. Lebih detail di sana.

Dan dunia kerja yang saat ini mereka tanamkan dalam pikiran mahasiswa sebagai "dunia yang sebenarnya" adalah dunia yang keras dengan banyaknya persaingan. tempat berkumpulnya para penjilat, orang bermuka dua, munafik, musuh dalam selimut, musang berbulu domba, lengkuas berbumbu rendang, dan semacamnya. Adanya ancaman dari orang yg gak senang dengan kita, ada pemalakan, pemerasan, jebakan dan sejenisnya ngebuktikan sistemnya rusak. Dan kamu tau tips untuk menghadapi itu, blogs? "Jangan jadi orang yg polos, terlalu jujur. Berbohong gapapa. Jangan terlalu dekat dengan orang lain. Mereka bisa nusuk dari belakang." itu kata mereka.

Gue sedikit kaget dengan tips dari mereka yang udah kerja. Walau bisa gue rasakan tipsnya masuk akal dan pasti akan terpakai. Tapi blogs... Kalau gue renungkan ya... Semakin ke arah sana nurani semakin bisu. Kita mulai memakai topeng kehidupan. Dipaksa bohong oleh sistem persaingan. Kita didoktrin bahwa kejujuran gak akan memenangkan persaingan di "dunia yang sebenarnya". Sedikit demi sedikit nilai moral gak lagi ada artinya. Yang penting menang, yang penting senang. Kaya, harta berlimpah. Cara memperolehnya? Siapa peduli?

Orang yg berusaha mempertahankan kejujuran dijadikan tameng. Dimanfaatkan. Contoh gampangnya di partai pas pemilu. Setelahnya, yang jujur akan dikucilkan. Kalau melawan akan dijebak, diancam dan disingkirkan.

Inikah yang mereka sebut "dunia yang sebenarnya"? Sistem yang rusak begini? Dengan Manipulasi keadaan? Manipulasi fakta? Konyol.

Gue paham dengan istilah "survive", dan "struggle" dalam menjalani kehidupan dimana kita harus membaur dengan keadaan. Tapi untuk membaur dalam sistem dunia yg hancur, gue rasa gue lebih suka jadi anomali. Kejujuran harus dijaga. Tetap berjuang melawan arus keadaan.

Baiklah, blogs. Itu yg ingin gue sampaikan. Maaf ya hanya memandang dunia dari sisi negatifnya. Ini Karena mereka mengatakan "dunia yang sebenarnya" dengan rasa bangga akibat banyaknya keburukan yang sudah mereka alami.  Dalam downsanian pernah gue ungkapkan untuk apa kita bangga dengan keburukan yang kita punya? Kecuali kita bisa merubahnya jadi kebaikan. Gue gak suka dengan doktrin mereka yang seolah bilang, semakin dewasa kita akan semakin harus bersandiwara. Semakin akan merusak hati nurani. Gue gak mau kalian begitu.

Jangan masuk ke sistem yang rusak.
Jangan jadi generasi penerus.
Apa yang mau diteruskan dari sesuatu yang udah hancur?
Jadilah generasi perubah yang merusak sistem yang rusak. Merubahnya jadi lebih baik lagi. Berubahlah..

Sebelum "dunia yang sebenarnya" menjadi "kehidupan yang sebenarnya"

Assalamu'alaykum

Senin, 12 September 2016

Preview Disc 2 Chapter 7

HUOOOOY BLOOOOGS!!

Assalamu'alaykum

Tunggu, gue gak kangen sama kamu-kamu semua kok. Kalian juga kan? Udah ketebak. Huh!

So, udah berapa lama gue tinggalkan blogs ya? I mean sejak postingan yg bersifat perspektif. Bukan puisi, sajak, atau kata-kata. Sepertinya udah lama.

Apa kabar kalian semua, para pembaca blog yang pendiam? Yang ninggalin 13 komentar di antara ratusan postingan gue. Karena gak ada yang jawab, gue anggap kalian baik-baik aja. Kalau ada yang sedang kurang baik, pura-pura baik aja. Nanti juga baik sendiri. Insya Allah.

Anyway, saat ini, gue lagi di kereta menuju 2nd Region, Yogyakarta. Gue harus menjalani kehidupan semester 7.

"Udah tua dong, dit?"
Sebenarnya gue sama sekali gak ngerasa tua. Kata maba yg gue tanya, wajah gue masih kayak semester 4. Tapi tetep aja di panggil "Pak" sama kasir indomar*t -_-.
Baiklah, let's put that aside.

Apa yang ingin gue sampaikan saat ini?
Hmmm. Gak banyak sih. Sebenarnya cuma pengen ngisi kekosongan blogs aja.   Soalnya sekarang gue mulai nulis di buku merah kecil. Sedikit mirip dengan catatan buku biru. Tapi ini lebih banyak tentang Cleva. Dan saat ini gue juga sedang menjalani misi Rahasia ke-100. Mau tau tentang apa? Gue juga belum tau. Kapan misinya selesai juga tidak diketahui. Yah intinya dijalani aja. Entah kemana misi ini akan membawa gue.

Dan lagi, sekarang gue semester 7. Ini semester paling selow. Gue kuliah cuma senin dan Jum'at doang. Sisanya? Libur. Gue berencana mengisi kekosongan liburan ini dengan... Misi tadi. Ada hal yg ingin gue sampaikan perihal misi itu. Tapi gak sekarang. Tunggu aja saat label "point of view" di blogs ini bertambah.
Terus gue juga belum cerita soal KL 2. Dungeon karangsambung, kebumen. Itu juga ada beberapa hal yg ingin gue sampaikan.  Yah tetap gak sekarang juga sih. Karena post kali ini cuma iseng doang.

Baiklah, gue rasa itu aja untuk saat ini, blogs. Semoga di post berikutnya kita bisa jadi lebih baik lagi.

Assalamu'alaykum

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented