Selasa, 13 September 2016

Dunia Kata Mereka

Assalamu'alaykum, blooooogs :)

Gimana kabar kalian setelah gue tinggal sekitar... 8 jam dari tadi siang? Yang kurang baik udah jadi baik belum? Semoga udah ya.

Basa-basinya gak usah kepanjangan karena post ini mungkin agak panjang. Dan lagi, gue akan menambahkan label "point of view". Walau bukan Misi Rahasia ke-100. Baca aja ya..

Ini tentang "Dunia yang sebenarnya". Inspirasinya sederhana aja. Pernah denger ada yang bilang " kamu masih kuliah,  belum tau dunia yang sebenarnya pas kerja."? Atau pernyataan yang senada dengan itu? Atau mungkin kamu sendiri yg menyatakan itu ke adik kelasmu? It's okay.

Buat gue sendiri, pernyataan itu adalah pernyataan berulang dengan tingkat yg berbeda. Maksudnya, pernyataan itu udah disampaikan anak SMP ke SD. At least ke gue.

"Kamu masih kecil, masih SD. Belum tau dunia yang sebenarnya di SMP" kata anak SMP.
"Kamu masih SMP. Belum tau susahnya kehidupan SMA" kata anak SMA.
"Kamu masih SMA, masih pakai seragam putih abu-abu. Belum ngerasain beratnya dunia perkuliahan" kata Mahasiswa.

Gue udah melewati yang itu. Sekarang yg gue hadapi adalah:

"Kamu baru kuliah. Nanti kamu bakal ngerasain dunia yang sebenarnya pas kerja"
"Dunia tambang/minyak/geologi itu keras". Kata mereka yg udah kerja.

Well, gue memang belum tau atau merasakan seperti apa dunia kerja. Tapi dari yang gue amati, rasakan, dan renungkan dari "dunia" yang udah gue lalui adalah "dunia yang sebenarnya" adalah sebuah sistem yang hancur. Dari dunia SD, SMP, SMA dan seterusnya, sesuatu yg mereka sebut "dunia yang sebenarnya" itu semakin hancur. Kenapa? Ada banyak jawabannya. Paling mainstream yang gak akan gue bahas lagi adalah harta, tahta, wanita. Tapi ini gak berlaku di SMP. Pas jaman gue sih. Gak tau kalau sekarang. Kayaknya udah.

Gini, blogs. Waktu jaman gue SD kelas 1 - 3, belum ada nyontek. Bisa dibilang kejujurannya masih murni. Kelas 4 - 6 mulai ada kecurangan. Nyontek, bolos, dan semacamnya. Kejujuran berkurang.

Di dunia SMP, kita mulai menghadapi masalah percintaan. Mulai mengenal patah hati pas putus pacaran. Mulai mengenal rokok, nongkrong, cabut pelajaran, dan semacamnya.

Di dunia SMA, masalah cinta-cintaan makin rumit. Selingkuh, nikung, muka dua, galau, bunuh diri. Dengan beban kewajiban yang kian bertambah, seperti tugas, ujian nasional, ujian akhir, tes universitas dan lain-lain, banyak celah terbuka untuk merusak nilai moral. Kecurangan dalam UN, narkoba, Miras, dan sejenisnya. Tekanan kehidupan SMA ini mereka sampaikan ke anak SMP, "kalian masih SMP, belum ngerasain kehidupan sebenarnya di SMA".

Di kuliah pun begitu. Mulai ada bolos kuliah dengan titip absen, manipulasi data tugas kuliah. Well, gue juga kadang manipulasi data sih-_-. Disebutnya " Geomagic". Tapi gue gak titip absen dan gak mau dititipin. Gak mau nyontek juga. Gue masih mencoba mempertahankan kejujuran dan originalitas gue. Terus masalah percintaan juga tetap ada. Tapi gue gak tau. Kebanyakan ngerjain tugas. Keburukan dunia perkuliahan bisa dibaca di downsanian. Lebih detail di sana.

Dan dunia kerja yang saat ini mereka tanamkan dalam pikiran mahasiswa sebagai "dunia yang sebenarnya" adalah dunia yang keras dengan banyaknya persaingan. tempat berkumpulnya para penjilat, orang bermuka dua, munafik, musuh dalam selimut, musang berbulu domba, lengkuas berbumbu rendang, dan semacamnya. Adanya ancaman dari orang yg gak senang dengan kita, ada pemalakan, pemerasan, jebakan dan sejenisnya ngebuktikan sistemnya rusak. Dan kamu tau tips untuk menghadapi itu, blogs? "Jangan jadi orang yg polos, terlalu jujur. Berbohong gapapa. Jangan terlalu dekat dengan orang lain. Mereka bisa nusuk dari belakang." itu kata mereka.

Gue sedikit kaget dengan tips dari mereka yang udah kerja. Walau bisa gue rasakan tipsnya masuk akal dan pasti akan terpakai. Tapi blogs... Kalau gue renungkan ya... Semakin ke arah sana nurani semakin bisu. Kita mulai memakai topeng kehidupan. Dipaksa bohong oleh sistem persaingan. Kita didoktrin bahwa kejujuran gak akan memenangkan persaingan di "dunia yang sebenarnya". Sedikit demi sedikit nilai moral gak lagi ada artinya. Yang penting menang, yang penting senang. Kaya, harta berlimpah. Cara memperolehnya? Siapa peduli?

Orang yg berusaha mempertahankan kejujuran dijadikan tameng. Dimanfaatkan. Contoh gampangnya di partai pas pemilu. Setelahnya, yang jujur akan dikucilkan. Kalau melawan akan dijebak, diancam dan disingkirkan.

Inikah yang mereka sebut "dunia yang sebenarnya"? Sistem yang rusak begini? Dengan Manipulasi keadaan? Manipulasi fakta? Konyol.

Gue paham dengan istilah "survive", dan "struggle" dalam menjalani kehidupan dimana kita harus membaur dengan keadaan. Tapi untuk membaur dalam sistem dunia yg hancur, gue rasa gue lebih suka jadi anomali. Kejujuran harus dijaga. Tetap berjuang melawan arus keadaan.

Baiklah, blogs. Itu yg ingin gue sampaikan. Maaf ya hanya memandang dunia dari sisi negatifnya. Ini Karena mereka mengatakan "dunia yang sebenarnya" dengan rasa bangga akibat banyaknya keburukan yang sudah mereka alami.  Dalam downsanian pernah gue ungkapkan untuk apa kita bangga dengan keburukan yang kita punya? Kecuali kita bisa merubahnya jadi kebaikan. Gue gak suka dengan doktrin mereka yang seolah bilang, semakin dewasa kita akan semakin harus bersandiwara. Semakin akan merusak hati nurani. Gue gak mau kalian begitu.

Jangan masuk ke sistem yang rusak.
Jangan jadi generasi penerus.
Apa yang mau diteruskan dari sesuatu yang udah hancur?
Jadilah generasi perubah yang merusak sistem yang rusak. Merubahnya jadi lebih baik lagi. Berubahlah..

Sebelum "dunia yang sebenarnya" menjadi "kehidupan yang sebenarnya"

Assalamu'alaykum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented