Jumat, 17 Februari 2012

Ridiculove 6

Tiba-tiba handphone Aria berbunyi.
1 pesan masuk dari Flo.
''gue di jembatan penyebrangan. Lo dimana, Ran?'' isi pesan itu.
dari jauh Aria melihat jembatan besar terbentang diantara 2 gedung.
dibawah jembatan tergantung spanduk-spanduk bertema valentine.
Aria memperhatikan orang-orang berlalu-lalang diatas jembatan.
''gue di bawah jembatan. Gue kesana ya'' Aria membalas pesan Aran. Dalam hati, Aria agak ragu untuk menemui Flo. ditambah lagi, Al menghilang ntah kemana. Aria melihat ke arah jembatan, membayangkan wajah Flo yang akan ia temui itu mungkin sedang menatapnya saat ini.
''ah nggak mungkin! Flo kan taunya gue itu Aran.. Dia pasti nggak akan ngecurigain gue'' gumamnya seorang diri.
Untuk pergi ke jembatan, Aria memutar balik langkahnya. Melewati toko-toko yang sudah dia kunjungi.
Sesekali Aria mengecek handphonenya, menunggu pesan atau telepon dari Al.
''Al kemana sih?'' Aria terlihat gelisah.
''mbak?'' seorang pegawai dari toko boneka menepuk pundak Aria. Pegawai itu membawa bingkisan besar yang dibungkus kertas kado.
''ya? Kenapa, mas?'' tanya Aria.
''ini.. Ada yang nitip tadi. Katanya sih disuruh ngasih ke mbak'' pegawai itu menyerahkan bingkisan yang dibawanya ke Aria.
''hah? Ada yang nitip? Siapa, mas?''
''nggak tau. Dia cuma bilang suruh kasih ke mbak aja''
''terus yang bayar siapa?''
''ini sudah dibayar, mbak'' jelas pegawai itu.
''oh yaudah, makasih mas'' Aria meninggalkan toko itu, melanjutkan langkahnya menuju jembatan. Pikiran Aria masih bingung dengan bingkisan yang dia bawa.
''by: Flo..'' sebuah kertas kecil menempel di bingkisan.
Aria mengurungkan niatnya untuk membuka bingkisan yang baru dia dapatkan. Aria melanjutkan langkahnya menuju eskalator.
begitu menaiki eskalator menuju lantai 2, Aria berhenti sejenak. jembatan penyeberangan berada di lantai yang sama. Aria menelpon Al sekali lagi, ingin memintanya segera datang dan menyamar sebagai Aran. tetapi lagi-lagi tidak ada jawaban. Malas menunggu, Aria pergi ke jembatan. Suasana yang ramai pasti bisa membuatnya tak terlihat mencurigakan.
Jembatan itu cukup lebar dan panjang. Di pinggir jembatan dihias pita-pita merah dan ada pula toko-toko kue kecil di sepanjang jembatan. Aria melihat sekelilingnya mencari perempuan yang mungkin adalah Flo. Aria mencoba menelpon Flo, memperhatikan dengan seksama suara telepon yang mungkin berasal dari handphone Flo.
dia memperhatikan orang-orang yang sedang memegang handphone.

Tidak ada suara handphone berbunyi. Orang-orang hanya sibuk berlalu-lalang dan belanja di sepanjang jembatan. Tak ada yang mengangkat handphonenya.

''Flo, lo dimana? di jembatan bukan?'' Aria kembali mengirimkan pesan. Dia terduduk di kursi kosong di tepi jembatan. Membenahi rambutnya yang panjang.
Belum habis kebimbangan Aria, seorang pegawai wanita berpakaian biru hitam rapih dari toko kue datang menghampirinya.
''permisi. maaf kak, Kami ingin mengantarkan titipan ini..'' pegawai itu membawa sekotak kue dan segelas minuman dingin.
''hah? dari siapa, mbak?'' Aria semakin terlihat bingung.
''tadi sih orangnya cuma bilang suruh kasih ke kakak aja. Baru aja dia pergi''
''orangnya laki-laki atau perempuan? Pergi kearah mana?''
''laki-laki, tadi ke arah sana'' pegawai wanita itu menunjuk ke satu arah dari jembatan. Eskalator ke lantai teratas.
''oh makasih mbak''
''iya sama-sama'' pegawai itu kembali ke tempatnya.
Aria membuka kotak kue yang baru diterimanya. Di dalamnya terdapat kertas kecil bertuliskan:
''kamu capek, kan? Makan dulu. Aku dilantai 3''. Tak ada nama pengirim di kertas itu.
Tanpa menunggu, Aria segera pergi menuju eskalator di dekat jembatan. Naik ke lantai 3.

Suasana di lantai 3 tidak seramai lantai 1 dan 2. Hanya sedikit toko yang ada disini dan beberapa tempat duduk untuk pengunjung beristirahat.
Aria melihat jam digital di handphonenya.
''hampir jam 8, Belom ada sms dari Al.. Flo juga. Lagian''

''Aria!!'' dari kejauhan seseorang memanggil Aria.
''...Al?'' Aria menghampiri Al yang sedang duduk di kursi kosong.
''kamu kemana aja daritadi?! Aku telpon nggak bisa!'' Aria duduk disebelah Al. Wajahnya cemberut.
''hahaha maaf maaf. Lagian kamu jalan duluan sih''
''ya salah sendiri kamunya yang lambat!'' Aria masih ngedumel.
''iya iya maaf. Kamu udah makan belom?''
''udah. Tadi ada yang ngasih kue''
''dari siapa?''
''nggak tau. Tiba-tiba ada mbak-mbak nganterin kue gitu''
''terus kuenya mana?''
''ya aku abisinlah!''
''kok nggak bagi-bagi? dasar pelit''
''salah sendiri nggak jalan bareng aku. Lagian tadi aku laper''

''kalau yang itu?'' Al melirik bingkisan yang dibawa Aria.
''ini? Iya tadi ada yang ngasih. Katanya dari Flo''
''dari Flo? Isinya apa?''.
Aria membuka kertas kado yang membungkus bingkisan itu.

''loh? Ini kan boneka yang tadi kita liat! Masa Flo ngasih boneka?'' Aria terkejut melihat isi bingkisan itu. Boneka besar yang tadi dilihatnya di toko.

''oh iya, Al, katanya Flo juga lagi di lantai 3 loh! Berarti di deket sini'' Aria memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

''di lantai ini? coba telpon Flo gih'' saran Al.
''oh iya juga.. sebentar..'' Aria mengeluarkan handphonenya. Mencari nomor telpon Flo di phonebooknya. Call! Aria menghubungi nomor itu.

Masih nada sambung. sekali lagi Aria memperhatikan orang di sekitarnya.
Layar handphonenya berubah, menandakan telponnya dijawab.

''eh Al, diangkat nih!''
''yaudah kamu ngomong''
''kamu aja! Ngaku jadi Aran. Cepetan'' Aria menyodorkan handphonenya.
''nggak mau, kamu aja yang ngomong!''
''ih dasar nyebelin!'' Aria mengalah.
Dia mendekatkan handphonenya ke telinganya. Jantungnya berdegup kencang.

''halo? Ini Flo, ya?'' sapa Aria agak ragu.
''...........'' tak ada jawaban.
''halo, Flo?'' Aria mencoba berbicara lagi.
''halo.. Aran'' terdengar seseorang menjawab. suara laki-laki. begitu dekat, tidak jelas dia berbicara lewat telpon atau secara langsung.

''hah? kok suaranya dekat ya?'' Aria memalingkan wajahnya ke hadapan Al yang ada di belakangnya.
''Al..?'' Aria terkejut.
Tangan Al menggenggam handphone disebelah telinganya.

''halo Aran.. selamat hari valentine ya'' Al tersenyum memandang Aria.

''..........'' Aria diam seribu bahasa. Matanya menatap Al dengan penuh pertanyaan.
''......... kamu kenapa?'' tanya Al.
''...........''
''Aria? Jangan pingsan disini!'' Al mulai panik. dia melambaikan tangannya di depan wajah Aria, berusaha menyadarkannya.

''kamu......Flo..?'' suara Aria pelan. Ekspresinya masih menunjukan keterkejutan yang baru dia alami.
''emm... Iya. hehehe'' Al mengaku.
''kamu Flo....?''
''iya, aku Flo''
''Kamu beneran Flo?!'' Aria masih tidak percaya.
''iya, Aran. Hahahahaha'' Al meledek Aria yang masih terkejut.
''kalau kamu itu Flo... Jadi selama ini yang aku sms itu kamu?!''
''iya hahahaha''
''kok nggak ngasih tau?!'' Aria setengah berteriak.
''kan aku lagi nyamar. Hahahah''
''buat apa nyamar?!''
''buat deket sama kamulah''
''.........'' wajah Aria memerah.
''jadi... Kamu tau kalo aku itu Aran?'' nada bicara Aria mulai menurun.
''iya.. Aku juga tau kamu ngeledek aku pas pulang dari taman hahahaha. Dasar Aria''
''boneka ini berarti dari kamu?''
''iya, kamu suka kan?''
''..... Iya aku suka. makasih ya, Al'' Aria tersenyum, memeluk boneka itu.
Ekspresinya jadi lebih ceria.

Lagu-lagu dari acara musik di bazar mengiringi suasana malam yang makin larut.
''Aria..''
''ya?''
''emm.. Aku mau ngomong sesuatu''
''apa, Al?''
''aku..... emm..''
''ngomong apa sih?''
''aku...aku mau nembak kamu'' Al berterus terang.
''hah?'' lagi-lagi Aria dibuat terkejut oleh kata-kata Al.
''..........nembak aku?'' wajah Aria kembali memerah.
''iya, kamu..'' Al menatap mata Aria dalam-dalam.
''kamu ngomong apa sih, Al? hahaha'' Aria salah tingkah.
''ih aku serius''
''emang kenapa kamu nembak aku?''
''emm.. kenapa ya? Mungkin karna kamu spesial ahahaha''

Wajah Aria semakin memerah. Lengkung senyumannya terbentuk di bibirnya.
''.... Aku mau kita sebagai diri kita sendiri. Aku sebagai aku, kamu sebagai Aria. Aria nggak perlu nyamar lagi jadi orang lain. Kita bisa sama-sama sebagai diri sendiri''
Al tersenyum.
''Al....'' Aria mengangkat sebelah tangannya.
Plak!
''kenapa kamu nampar aku? disini kan nggak ada lalat'' Al memegang pipinya.
''ya masa muka aku doang yang merah?! Kamu juga dong!''
''dasar Aria, kalau lagi salting begini nih hahahaha''
''kok kamu merhatiin?''
''iyalah, kan aku mau nembak kamu''
''.......''
Suasana mendadak hening diantara mereka. Sibuk dengan perasaannya masing-masing. alunan musik jazz masih terdengar dari lantai bawah di hiasi gemerlap lampu malam.
Mendukung suasana yang terbentuk diantara mereka.

Cukup lama mereka terdiam.
Al menarik napasnya dalam-dalam, memberanikan dirinya.
''Aria.. Kamu mau nggak jadi pacar aku...?''


The End

Ridiculove 5

hari menjelang sore.
Sesampainya di rumah..

''Aran?'' Al mengirim pesan singkat ke Aran yang sebenarnya adalah Aria.
''apa? tadi kok nggak dateng, Flo?'' jawabnya. Aria belum menyadari kalau Flo adalah Al.
''iya maaf. Tadi gue sibuk. Lo nungguin gue ya di taman?'' Al masih dalam kepura-puraannya.
''iyalah gue nungguin! Kenapa nggak ngasih kabar kalo nggak jadi?''
''tadi pagi gue pergi sama keluarga gue, Ran. Terus handphone gue ketinggalan'' Al berbohong.
''oh yaudah'' balas Aran singkat.
''lo gapapa? Maaf ya, Ran''
''gapapa kok. Tenang aja''
''makasih Ran. Terus tadi nunggu sampai jam berapa?''
''tadi sih cuma sampai mendung doang. Sekitar jam 1''
''lo nunggu 3 jam disana?''
''nggak juga sih. Ada temen gue disana'' jawab Aran.
''lo sama temen kesananya?''
''nggak. Kebetulan doang ketemu. Katanya sih dia lagi jalan-jalan doang''
''ooh temen lo cakep nggak, Ran? hahaha'' Al ingin mengetes Aria.
''nggak!! Dia itu pelit, jahat, suka iseng, sok-sok nabung gitu! Beliin gue es krim aja nggak mau!'' jawab Aran dengan cepat.

''Dasar Aria.. hahahaha. Awas nanti kalau ketemu lagi'' Al berkata sendiri.

''hahahaha kok kayaknya lo sebel banget sama dia ya'' Al membalas pesan dari Aran.
''gak sebel juga sih. Dia sebenernya asik, tapi beneran ngeselin banget, Flo. Tadi aja dia nampar gue''. Aran terus bercerita tentang temannya.
''hah? Kok bisa?'' Al pura-pura tidak tau.
''iya katanya sih ada lalat gitu, flo. Nggak jelas banget kan?''
''terus lo bales nampar dia nggak?''
''ya nggaklah. Kan gue baik hati hahaha''

''hahahaha bisa-bisanya Aria bohong begini'' Al tertawa membaca pesan yang dikirimkan Aria sebagai Aran.

''wooo sok baik hati deh lo, Ran. Hahahaha. Eh tunggu deh, ini temen yang waktu itu lo bilang lagi marahan bukan sih?'' tanya Al.
''emang baik kok hahaha. Iya yang waktu itu marahan''
''oh kalian udah baikan?''
''belom sih. Tadi dia nggak minta maaf karna masalah yang dulu. Lagian gue juga lupa nyuruh dia minta maaf''
''emang masalahnya dulu kenapa?''
''ya dia itu kan orangnya iseng. Terus dia bikin boneka serem gitu di gantung di atas pintu. Pas gue masuk, bonekanya jatoh di depan muka gue. Terus gue pingsan deh'' jelas Aran.
''pingsan? hahahaha lo takut boneka serem gitu, Ran?'' ledek Al.
''nggak, gue cuma kaget, flo hahaha''
''bohong ah hahahaha''
''yaelah.. beneran deh!''
''hahaha terus lo bales dia nggak, Ran?''
''nggak. Kan gue baik hati. Tadi aja pas pulang dari taman kota, gue yang nganterin dia naik sepeda gara-gara dia jalan kaki'' Aran membalas pesan Al.

''apa-apaan... Hahahahaha dasar Aria! Orang gue yang nganterin, bisa-bisanya dia ngaku begitu'' Al tertawa sendiri di kamarnya.

''kasian banget sih temen lo yang jalan kaki itu hahaha. Untung ada yang nganterin dia pulang''

''iya untung ada gue hahaha. oiya, mana tadi dia sempet bengong terus kayak orang kerasukan gitu, flo'' Aran kembali bercerita.
''ngapain dia bengong?'' tanya Al.
''nggak tau. kayaknya dia lagi banyak pikiran''
''ooh kok kayaknya lo perhatian banget ya sama dia? Ehem'' Al meledek Aran.
''nggak kok! Nggak! Apaan sih Flo. Hahaha''
''sekarang lo malah jadi salting ya? Hahahaha''
''nggak! Udah apa, Flo..''
''hahahaha yaudah maaf, Ran. Udah dulu ya, Ran. Gue mau belajar dulu'' Al berniat mengakhiri smsnya dengan Aran.
''oh yaudah flo''
''maaf ya tadi nggak jadi dateng. selamat sore''
''iya gapapa flo. Selamat sore juga''
Jawab Aran.

Al masih tertawa membaca pesan-pesannya dengan Aria yang menyamar menjadi Aran barusan. Al baru menyadari ternyata Aria perhatian dengannya.

------------------------------------------------

Udara pagi menyergap masuk ke kamar Al. Dingin. membuat Al terbangun dari tidurnya.
''hoaaam.. Jam berapa nih?'' setengah sadar, Al melihat jam dinding di kamarnya.
''jam... 3? haaah''
Kelopak mata Al masih terasa berat.
Al kembali tertidur.

Pukul 4 pagi alarm berbunyi.
Al segera terbangun. dengan sangat malas Al berjalan perlahan keluar kamar. Matanya setengah terpejam.
Duk!
''aduh! apaan sih?'' kaki Al menabrak sesuatu di dekat pintu kamarnya. Perlahan Al mulai sadar.
Sebuah boneka menyeramkan yang dulu dibuatnya tergeletak disitu. Diam. menatap Al dengan mata hitamnya.
''HUWAAA!! siapa yang naro disitu?!'' Al teriak melihat sosok boneka itu.
''Al? Kamu kenapa?'' Ibu Al menghampirinya.
''siapa yang naro itu disitu, ma?'' Al menunjuk boneka yang masih menatapnya.
''mana mama tau. Kamu takut ya? Hahaha''
''nggak! Aku cuma kaget doang''
''hahahaha yaudah sana mandi dulu''

Al segera menuju kamar mandi.
Bersiap-siap berangkat ke sekolah.
------------------------------------------------

Selesai bersiap-siap, Al pergi ke ruang tengah. Ibunya sudah menyiapkan sarapan seperti biasa.

''makan dulu, Al'' ajak Ibunya
''iya, ma''
''kamu mau bawa boneka itu lagi?'' sambil menyiapkan makanan, Ibu Al memperhatikan boneka yang dibawa Al.
''iya buat pelajaran nanti''
''bukannya waktu itu udah ya?''
''masih di pakai lagi sama gurunya''
''yaudah cepat makannya''

selesai sarapan, Al segera pamit untuk berangkat sekolah.

''Ma, aku berangkat ya''
''loh? Kamu nggak naik sepeda?''
''nggak deh, aku jalan kaki aja''
''gapapa tuh?''
''iya gapapa, ma. Udah ya. Assalamu'alaikum''
''wa'alaikum salam'' jawab ibunya.

Pagi itu Al pergi ke sekolah tanpa sepedanya. Hujan yang kemarin turun membuat udara pagi lebih dingin dari biasanya. Al merekatkan jaket hitam yang ia kenakan.
Hari masih cukup gelap. Matahari baru mulai terbit. Biarpun begitu sinarnya masih terhalang awan hitam yang menghias langit. Mendung.
Al terus berjalan menuju sekolahnya.
hanya sedikit orang yang berlalu lalang di pagi hari ini. Dengan kemeja dan tas yang rapih. Mungkin sebagian dari mereka adalah pekerja yang harus berangkat pagi ke kantor. Atau hanya orang seperti Al yang senang menikmati udara pagi.
Dari kejauhan Al mulai melihat gerbang sekolahnya. Di pinggir gerbang terdapat pos satpam untuk tempat berjaga.

Al memasuki gerbang sekolah.
Sepi. Parkiran tempat dia biasa menaruh sepedanya juga terlihat kosong. Belum ada kendaran mangkal disana.
''jam berapa ini?'' Al melihat jam tangan miliknya.
''jam 6 kurang 10? gue terlambat dari biasanya ya. Tapi tetep aja masih sepi'' Al melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Pintu kelas Al masih di tutup. Penjaga pintu belum membukakan kuncinya.
''tumben masih dikunci.. Biasanya kan jam setengah 6 juga udah di buka'' ntah pada siapa Al berbicara. Al memutuskan untuk duduk di dekat kelasnya. Menunggu seseorang membukakan pintu kelas itu.

sayup-sayup terdengar suara langkah kaki dari pintu masuk. Semakin dekat. Suara langkah itu semakin terdengar.
Seorang perempuan menuju kelas Al.

''Aria? Tumben dateng pagi'' sapa Al pada perempuan itu.
''hai Al! iya akhir-akhir ini aku suka dateng pagi. Oiya, kok di depan tadi nggak ada sepeda kamu, Al?'' perempuan itu mendekati Al.
''aku jalan kaki kesini''
''loh? Sepeda kamu emang kenapa?''
''rusak gara-gara kemarin ada yang minta dianter pulang hahahaha''
''masa begitu doang rusak? maaf deh hahahah''
''bercanda kok. Rambut kamu nggak dikuncir lagi.. Kamu lagi nyamar ya?''
''eh? Merhatiin aja deh hahahah. Nggak. Ngapain coba nyamar di sekolah?''
''ya siapa tau tiba-tiba Flo dateng hahahaha''
''yeee mana mungkin?''
''mungkin aja kali hahaha''
''eh kok nggak masuk kelas?'' tanya Aria.
''iya pintunya masih di kunci''.
''bukan karna ada boneka waktu itu kan?''
''boneka? Boneka apa?''
''boneka yang kamu buat itu. Yang ngebuat aku pingsan''
''ooh maksud kamu ini?'' Al mengeluarkan boneka yang dibuatnya dari dalam kantung plastik hitam yang ia bawa. Warna rambut palsu boneka itu semakin kusam. Noda spidol merah di kainnya pun mulai luntur.
wajah Aria tampak pucat. Matanya tak berkedip menatap boneka itu.
''Al.....'' badan Aria gemetar.
''apa?''
''bi..bisa tolong.. jauhin boneka itu.. nggak?'' dengan suara yang terbata-bata Aria menunjuk boneka yang dipegang Al. Tubuh Aria sedikit gemetar.
''iya iya maaf ya hahaha. Kamu takut ya?'' Al kembali memasukan boneka itu ke kantong plastik hitam yang ia bawa.
''nggak!''
''hahaha. Ohiya maaf ya yang waktu itu di UKS hehehe''
''hmm iya. Maaf juga waktu itu aku ngusir kamu hahaha''

Beberapa saat kemudian officeboy sekolah datang. Membuka gembok pintu kelas-kelas.
Al dan Aria memasuki kelasnya. Gelap. dingin. Begitu sunyi. Aria segera menyalakan lampu.
mereka duduk di tempatnya masing-masing.

''eh Aria, ceritain tentang Flo dong!'' suara Al memecah keheningan.
''emang kenapa?''
''cuma mau tau aja. Soalnya kan kamu doang yang pernah dia ajak ketemuan. Walaupun akhirnya nggak ketemu sih''
''hmmm... Flo itu..'' Aria menatap langit-langit kelas layaknya orang berpikir.
''pas pertama kali tau dia itu kaku banget! Tapi pas udah kenal lumayan asik. Suka bercanda, terus dia juga lumayan baik''
''terus-terus?'' Al bersemangat mendengar tentang Flo dari Aria.
''terus dia juga perhatian. Walaupun suka ngeledek sih''
''perhatian?'' Al tersenyum mendengar hal itu dari Aria.
Aria terus bercerita tentang Flo kepada Al.

Hujan mulai mengguyur pagi.
Rintikan derasnya terdengar begitu kasar terjatuh di atap sekolah.

Satu persatu murid-murid lain mulai berdatangan. Kebanyakan dari mereka mengeluhkan pakaiannya yang basah. Atau sepatunya yang jadi kotor. mereka tidak lagi membahas tentang Flo. Termasuk Ian. Mereka lebih tertarik membicarakan pertandingan sepak bola tadi malam.

''eh Al, kamu tadi nggak naik sepeda kan? Pulang sekolah jalan-jalan mau nggak?'' ajak Aria.
''mau kemana?''
''ke centra city mau nggak? Disana lagi ada bazar. Murah-murah loh''
''bazar apa?''
''ya banyak. Udah ikut aja ya?''
''liat nanti deh pulang sekolah. Kalau gak hujan ya''
''hmm yaudah''.

Bel sekolah berdering menandakan dimulainya aktivitas belajar mengajar.
murid-murid kembali ke tempatnya masing-masing. Pelajaran sekolah kembali dimulai diiringi suara derasnya hujan pagi itu.
------------------------------------------------
Pulang sekolah, sesuai rencana Al dan Aria pergi ke bazar. Bazar bertema valentine ini diadakan di tengah kota Centra yang tidak terlalu jauh dari sekolah mereka.
Untuk pergi kesana, Al dan Aria harus melewati taman kota, tempat mereka bertemu kemarin.
Hujan telah berhenti daritadi. Menyisakan awan mendung yang masih menyelimuti langit sore itu.
Meninggalkan wangi-wangian yang khas dari rerumputan di tepi taman.

''kamu mau beli apa disana?'' tanya Al pada perempuan di sebelahnya.
''emm... Nggak tau'' jawab perempuan itu.
''yah kalau nggak tau, ngapain kesana?''
''kan aku belom tau apa aja yang ada disana. kayaknya sih bagus-bagus''
''kamu mau beli apa, Al?'' Aria menambahkan.
''kayaknya nggak beli apa-apa''
''memang kenapa?''
''gapapa. daripada itu.. Aria, ada yang..''
''lihat Al! itu bazarnya!'' Aria memotong perkataan Al.
''ayo cepat!'' Aria mempercepat langkahnya meninggalkan Al. Dia terlihat bersemangat melihat bazar di depannya yang bernuansa merah dan coklat, warna identik valentine.
Tulisan-tulisan diskon berkisar antara 30% hingga 80% dipajang di bazar itu, menarik minat pembeli, khususnya wanita. Bazar kali ini memang ramai pengunjung mulai dari orang tua, remaja, bahkan anak-anak mencari kebutuhannya disini. Wajah Aria berseri-seri melihat barang yang diperdagangkan di toko-toko. Dengan cepat Aria pergi ke toko-toko itu, membrantaki barang-barang yang ada, memilih dan membandingkannya. Layaknya orang berebut barang yang diobral murah.
Al yang menyusulnya hanya menggelengkan kepala dan tertawa kecil melihat tingkah Aria.
''Al! kesini deh! Kaos ini kayaknya cocok buat kamu'' Aria mengambil sehelai kaos putih dari tempat pakaian.
''nggak, itu kekecilan'' tolak Al.
''hah? Kalau yang ini bagus nggak?'' Aria mengambil kaos yang lain, membandingkannya dengan kaos putih yang ia pegang.
''bagus, tapi kekecilan juga''
''masa sih? Kayaknya pas deh. Coba gih'' Aria masih menimbang-nimbang baju yang ia tawarkan.
''nggak usah, makasih Aria'' lagi-lagi Al menolak.
''hmm yaudah. Ayo cari yang lain'' Aria pergi dari toko itu disusul Al.
ramainya suasana bazar, membuat mereka sulit bergerak.
''eh Al boneka yang itu bagus deh'' Aria melihat sebuah boneka yang terletak di rak yang cukup tinggi.
''bagusan bikinan aku. Hahahaha'' ledek Al.
''bikinan kamu mah seram!''
''kamu mau boneka itu?''
''boneka bikinan kamu? Nggak makasih!''
''bukan, boneka yang itu'' Al menunjuk boneka yang dilihat Aria.
''nggak usah, makasih Al'' mereka melanjutkan berkeliling bazar.

Di tengah keramaian, Al mendapat ide untuk meng-sms Aria sebagai Flo. Tentu saja Al melakukannya dengan sembunyi-sembunyi agar Aria tidak menyadarinya.
''Aran, lo dimana?'' Al mengirim pesan singkatnya.
Handphone Aria bergetar. Ia segera mengecek handphone itu.
''1 text message: Flo'' tulisan dilayar handphone Aria.
''gue lagi di bazar Centra, Flo'' balas Aria yang menyamar sebagai Aran.
''loh? Beneran? Gue juga lagi disini'' Al kembali membalas lewat handphonenya yang dalam keadaan disilent.
membaca pesan itu, Aria terkejut. Aria mulai melihat sekelilingnya.
''lo dimananya, Flo?'' pesan Aria. Masih mencari Flo dalam keramaian.
''kamu nyari siapa?'' tanya Al berpura-pura.
''itu katanya Flo ada disini. Gimana nih, Al?''
''hah? Flo disini? Terus kamu mau ngapain sekarang?''
''aku harus nyamar!'' Aria segera melepas kuncir rambutnya.
''nyamar? hahahaha''
''kenapa ketawa?''
''kita kan lagi di tengah keramaian begini, buat apa nyamar? Lagian emang Flo tau kamu?''
''oh iyaya.. Eh Al, kita cari Flo yuk? Kamu yang nyamar'' usul Aria.
''nyamar jadi siapa?''
''jadi... Aran!'' Aria setengah berteriak.
''Aran? Siapa tuh?'' lagi-lagi Al pura-pura tidak tau.
''Aran itu temennya Flo. Mau ya, Al?''
''emmm nanti aku ngapain kalau jadi Aran?''
''ya paling kenalan aja, terus nanti kamu kenalin aku juga ke Flo''
''hahaha boleh deh'' Al menerima permintaan Aria untuk mengaku sebagai Aran bila bertemu dengan Flo.

''Flo belom ngirim sms lagi?'' tanya Al.
''belom. Tunggu aja sekalian kita jalan-jalan'' Aria sibuk melihat toko-toko yang menjual barang menarik. mencoba beberapa produk coklat yang ditawarkan secara gratis. Menurutnya inilah asiknya bazar besar-besaran. Selain harga diskon, banyak makanan, dan produk yang bisa dinikmati cuma-cuma, ada juga pertunjukan musik.
Ditengah keramaian, Al terpisah dengan Aria.
Aria mencoba menghubungi telepon genggam Al.
''nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi..'' nomor Al tidak aktif. Aria sedikit panik karena tidak meilhat Al ditengah kerumunan.

Ridiculove 4

Seminggu berlalu sejak Al mengenal Aran. Aran semakin sering mengirim pesan kepada Flo walau hanya sekedar bertanya ''sedang apa, flo?''.
Al menjawab pertanyaan-pertanyaan Aran dengan wajar.

Sore hari..
matahari hampir berada di peraduannya. Awan-awan merah menghiasi langit biru yang perlahan memudar.
Al mengirim pesan singkat ke Aran.
''udah pulang belom?''.
Tak berapa lama berselang Al mendapat balasan.
''belom. memang kenapa?''.
''loh? Kan udah mau maghrib, Kenapa belom pulang?''. Send! Al kembali membalas pesan dari Aran.
''iya ada ekskul''.
''oh ekskul. Lo ikut ekskul apa?''
''gue ikut futsal, flo. Lo ikut ekskul apa di sekolah?''.
''Gue nggak ikut ekskul apa-apa. Terus lo udah makan dulu tadi?''.
''belom''. Jawab Aran singkat.
''emang nggak jajan?''.
''nggak, gue lagi nabung, Flo''.
'nabung....? kok sama lagi?' bisik Al. lagi-lagi Al dibuat tercengang dengan jawaban Aran. Seolah Al sedang berbicara dengan dirinya yang diperankan orang lain.
''nabung buat apa, ran?''.
''iya sebentar lagi kan valentine. Lo nggak nyiapin coklat atau sesuatu?''.
''coklat? Buat apa?''.
''ya buat pacar atau teman lo''.
''pacar? Gue belom punya pacar''.
''hah? Masa sih, flo?''
''iya, emang kenapa?''
''nggak apa-apa sih. Cuma bingung aja elo belom punya pacar''.
''emangnya harus punya pacar ya?'' tanya Flo.
''ya nggak juga sih. Gue juga belom punya kok hahaha''.
''tuhkan ternyata belom punya juga''.
''iya adanya temen dekat. Tapi kami lagi marahan sih akhir-akhir ini''.

'teman dekat? Marahan? Jangan-jangan....' Al menyadari sesuatu.
'tapi.... Mana mungkin begitu.. eh tapi mungkin aja kali ya.. ceritanya dia... kok mirip Aria ya? Apa mungkin?' Al menduga-duga siapa sebenarnya Aran. Bagaimana Aran bisa menceritakan pengalaman yang serupa dengan apa yang di alami Al dengan Aria.
'gue harus pastiin!' Al bertekad untuk mencari tau siapa Aran sebenarnya.

''Ran, bisa ketemuan nggak?'' Send! Al memutuskan untuk menemui Aran.
Dengan cepat Aran membalas, ''hah? Kenapa ngajak ketemuan?''.
''gapapa. Cuma mau ketemu aja''.
''iya tapi kenapa mendadak, flo?''.
''ya soalnya sebentar lagi kan libur, mungkin kita bisa ketemuan. Bisa nggak, ran?''.
''mau ketemu dimana emangnya?''.
''di taman kota aja, gimana?''.
''kapan? jam berapa?''.
''hari minggu nanti. sekitar jam 10 aja bisa?''. Al menunggu keputusan Aran. Cukup lama waktu berlalu namun Aran belum membalas pesan Al. mungkin Aran sedang memikirkan ajakan Al.
Atau dia sedang mencari alasan menghindar dari ajakan itu?

''gimana? Bisa nggak, Ran?'' Al kembali mengirim pesan singkat.
menunggu. dan hanya menunggu.
menganalisa dugaan tentang Aran dalam benaknya.
'bagaimana kalau Aran itu sebenarnya adalah Aria? mungkin aja kan dari apa yang udah dia bilang? tapi gimana kalau gue salah dan Aran memanglah Aran..? Lagipula kalau dia itu Aria, untuk apa Aria menyamar jadi Aran? Aduh gawat! kenapa gue harus berpikir begini!?'

Drrrt Drrrrt
Handphone Al bergetar. ''1 text message'' terpampang di layarnya. Tentu saja pesan itu dari Aran.
Al membuka pesan singkat itu,
''kayaknya sih bisa, flo. Tapi gue nggak janji bisa dateng. Oiya, kita ketemuannya gimana ya? gimana caranya biar gue tau itu elo?'' isi pesan itu.
''yaudah nggak apa-apa. Nanti kalau udah disana gue sms deh, Ran''.
''oh oke deh. Sampai ketemu disana ya, flo''. Aran menyetujui ajakan Flo.
''iya, sampai ketemu disana juga''. Al mengakhiri pesan singkatnya.

''oke tinggal tunggu hari minggu dan siapkan penyamaran!'' rencana Al berjalan lancar untuk mencari tau siapa Aran sebenarnya.

------------------------------------------------minggu..
Hari yang Al tunggu-tunggu pun datang. Hari ini Al akan menemui Aran di taman kota. Tentu saja Al berencana menyamar dan hanya akan memperhatikan dari jauh untuk memastikan siapa Aran sebenarnya.
Al mengenakan kaos dan celana panjang biasa agar tak terlihat mencurigakan. Setelah siap, Al mengayuh sepedanya menuju taman kota. Tempat mereka akan bertemu.

Sesampainya di Taman kota, Al menatap sekelilingnya mencari-cari sosok yang mungkin saja Aran.

''Duh! lumayan ramai.. Gimana nyarinya kalau begini?'' Al mengeluh. memperhatikan orang yang berlalu lalang dari pinggir taman. dibawah pohon-pohon besar menjadi tempat yang cocok bagi Al untuk bersembunyi. Cukup lama Al memperhatikan orang-orang di sekitarnya.
Dia melihat jam dinding besar yang menempel di sebuah tugu kecil di tengah taman kota.
''sudah jam 10 ya.. apa mungkin yang itu..?'' Al memperhatikan seorang laki-laki seusianya yang daritadi duduk termenung di sebrang tempat Al berdiri.
''hm... mungkin memang dia. Coba sms dulu deh, kalau benar Aran pasti dia bereaksi'' Al mengeluarkan handphonenya.
Dia memperhatikan laki-laki itu sekali lagi. sesaat sebelum Al mengetik sms, seorang perempuan datang ke tempat laki-laki itu. Duduk di sebelahnya. Al mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan. Al memperhatikan mereka berdua.
Dari jauh Al mendengar laki-laki itu berkata ke perempuan disebelahnya, ''eh liat deh! Yang lain pada doubledate tapi dia sendirian. Kasian ya hahahaha'' mengisyaratkan bahwa Al yang ditujunya.
''sial! Dia ngeledek!'' Al masih memperhatikan mereka yang sibuk bercanda tawa. Mereka belum beranjak dari tempatnya.
''Ah sudahlah! kenapa gue malah memperhatikan mereka?! gue masih harus mencari..''
''Al..?'' seseorang memotong perkataan Al. Seketika Al menoleh.
seorang perempuan dengan baju putih dan celana panjang hitam tengah berdiri di belakang Al.
''Aria? Kamu ngapain disini?'' tanya Al.
''emm.. Aku lagi nunggu temen. Kamu sendiri ngapain disini? kok sendirian?'' Aria duduk disebelah Al.
''aku cuma jalan-jalan doang. Kamu nunggu siapa? Tumben rambut kamu nggak dikuncir''
''aku lagi nyamar tau''
''nyamar? Buat apa?''
''ya buat ketemu sama temenku itu''
''lah? Kok mau ketemu aja pake nyamar segala? hahaha''
''iya soalnya aku belom pernah ketemu dia'' Aria celingak-celinguk memperhatikan orang-orang di sekitarnya.
''terus temen kamu mana?''
''emm... Nggak tau. Harusnya sih dia sms jam 10an''
''sms..?'' sejenak Al termenung.

'sms? Oh iya! Gue belom sms Aran!
Eh tunggu.. Aria udah disini dan dia bilang dia lagi nyamar dan nunggu teman.. Jangan-jangan dia beneran Aran?!'

''Al? hei Al!'' Aria membuyarkan lamunan Al.
''eh? apa?''
''kamu kenapa? kok tiba-tiba ngelamun?'' tanya Aria. wajah lugunya berubah jadi sedikit khawatir.
''nggak, gapapa kok. Mana temen yang kamu tunggu itu?''
''haah.. Nggak tau. Mungkin dia nggak dateng''
''emang siapa namanya?''
''Namanya Flo''
''hah?!'' Al terkejut mendengar nama yang disebutkan Aria.

'tuhkan bener!! Ternyata Aria itu Aran! dugaan gue bener!! pantes ceritanya Aran sama kayak cerita gue ke Aria. Ternyata Aran adalah Aria.. Eh tapi... kalau Aran itu Aria, dia tau nggak ya kalau gue itu Flo..?'
Al sibuk dengan pikirannya. Perasaannya bercampur antara senang, bingung, dan penasaran.
Senang karena tau Aran adalah Aria, teman dekatnya.
Bingung memikirkan kenapa Aria menyamar.
Dan penasaran apa Aria tau bahwa Al sebenarnya adalah Flo.

''Al! Jangan tiba-tiba bengong dong! Kamu kenapa sih?!'' Aria kembali membuyarkan Al.
''gapapa...''
''kamu tau si Flo itu?''
''em.. dia.. yang ngesms teman-teman di kelas kan?'' Al menjawab pertanyaan Aria dengan hati-hati.
Tampak Al menyembunyikan keterkejutannya setelah mengetahui Aran adalah Aria. Seorang perempuan dihadapannya itu.
''iya''
''kamu dapet nomor handphonenya dari mana?''
''dari Ian''
''Ian? terus kenapa kamu mau ketemuan sama Flo?''
''nggak tau. Padahal dia yang ngajakin. Tapi dia yang nggak dateng'' Aria terlihat kecewa.

'Flo-nya disebelah kamu woy!' Al teriak dalam pikirannya.

''hm.. Yaudah mungkin dia ada urusan lain. Eh Aria mau es krim?''
''mau! Mana?''
''itu disana'' Al menunjuk tukang es krim di sebrang tempatnya duduk. Laki-laki yang tadi dikiranya Aran masih berada disana dengan pasangannya. Menikmati es krim yang baru mereka beli.

''beliin dong, Al'' pinta Aria.
''ogah!''
''pelit!!''
''biarin! mending kamu yang beliin aku!''
''ogah!''
''pelit!!''
''biarin! aku kan lagi nabung'' jelas Al.
''nabung buat apa sih? paling cuma beli barang-barang baru buat ide iseng kamu, kan?''
''bukan sih. liat aja nanti. Eh Aria, itu cepet beli nanti tukangnya keburu pergi!'' Al menggandeng tangan Aria ke tempat tukang es krim.
''Bang, yang coklat 1 sama vanilla 1'' kata Al.
''kamu beliin aku?''
''yeee beli sendiri-sendirilah. itu dua-duanya buat aku''
''huh! Dasar pelit! Bang, yang vanilla 1!'' pinta Aria.

Sambil menunggu es krim pesanan mereka, Al mendengar pembicaraan pasangan laki-laki dan perempuan yang duduk dekat tempat itu.

''emang cewek yang lo suka itu kayak gimana?'' tanya si perempuan.
''emm.. kayak..'' laki-laki itu keliatan gugup.
''emmm yang baik, ramah.. emm sopan, terus rambutnya sebahu, terus suka pake baju putih'' kata si laki-laki dengan agak terbata-bata.

'lah? Itu kriteria yang dia sebutin kok kayak semua yang ada di ceweknya? mungkin dia suka sama si cewek ini. tapi dari cara dia ngomong yang masih kaku... kayaknya mereka belom pacaran' Al sibuk memperhatikan obrolan mereka.
perempuan itu hanya tersenyum mendengar apa yang diucapkan si laki-laki. sepertinya dia sadar.

''Dek, ini es krimnya'' tukang es krim menyerahkan es krim pesanan Al.
''makasih, Bang''. Al beranjak pergi dari tempatnya.
''Al! Mau kemana? tungguin aku!'' ucap Aria.
''eh? Oh iya kamu juga beli ya hahaha''
''Al jahat banget!''
''hahaha iya iya maaf''

sayup-sayup terdengar suara seseorang bersenandung. Perempuan itu. Yang duduk di sebelah laki-laki tadi melantunkan sebait lagu.

''I will be all that you want And get myself together
'Cause you keep me from falling apart'' suara merdunya membuat laki-laki di sebelahnya jadi lebih tenang.

''Al, ayo'' Aria sudah dapat es krim pesanannya.
''.......'' Al masih memperhatikan pasangan tadi.
''Al? Al! Halo? Al!!'' Aria berusaha menyadarkan Al.
Plak! Aria menampar Al.
''aduh! Apaan sih tiba-tiba nampar?!''
''kamu kenapa daritadi bengong terus?! ada lalat di pipi kamu!''
''aku nggak apa-apa. Eh Aria, tunggu tunggu..''
''apa?''
''jangan bergerak..!'' Al mengangkat tangannya.
Plak! Al menampar Aria. Pelan.
''Duh! Apaan sih malah nampar aku?!'' Aria marah.
''soalnya..''
''Apa?! Ada lalat juga?!''
''bukan. Soalnya pipi kamu tembem hahahaha''
''hah? apa.. alasan macam apa itu?! Ih iseng banget sih'' Aria menahan tawa. Menjaga image bahwa dia sedang marah.
''hahaha maaf. Ayo balik ke tempat kita'' Al mulai berjalan ke tempatnya semula.
Aria hanya diam. Wajahnya memerah
''...... Hei Al! Tungguin!'' Aria segera berlari menyusul Al.

Langit mulai mendung. Awan-awan hitam terbentuk menutupi langit siang hari itu.
Al dan Aria masih duduk di bawah pohon rindang di pinggir taman.
''Aria, kayaknya mau hujan deh''
''iya..'' Aria menguncir rambutnya.
''temen kamu belom dateng juga?'' Al berpura-pura.
''kayaknya dia nggak dateng. Nanti aku sms deh pas di rumah''

'sepertinya Aria belom sadar kalau Flo itu gue..' pikiran Al jadi lebih tenang.

''kamu pulang naik apa, Al?'' tanya Aria.
''aku naik sepeda. Kamu?''
''aku jalan kaki lagi''
''loh? Rumah kamu kan lumayan jauh dari sini?''
''ya makannya kamu goncengin aku dong, Al''
''Idih! nggak mau!''
''dasar pelit!''
''biarin. Lagipula rumah kita kan nggak searah dari sini''
''huh! Yaudah aku pulang duluan!'' Aria pergi meninggalkan Al.
Pasangan yang tadi di sebelah tukang es krim sudah pergi.
Taman kota semakin sepi seiring bertambah gelapnya awan yang menutupi langit.
Angin kencang mulai berhembus menggugurkan daun-daun dari ranting yang rapuh.

Al mengambil sepedanya.
''Aria!'' Al mengejar perempuan itu.
''apa lagi?'' Aria menghentikan langkahnya.
''ayo pulang. Aku anterin''
''hah? Serius? Tumben kamu baik, Al''
''eh nggak jadi deh hahaha''
''dasar jahat!!''
''bercanda kok hahaha. Ayo naik''
Al pergi mengantar Aria pulang ke rumahnya.
Daun-daun berguguran menghias sepanjang perjalanan mereka.
------------------------------------------------

Ridiculove 3

Pagi hari..
Al sudah berada di sekolah.
Kelas Al cukup ramai oleh obrolan murid-murid di kelas itu.
''eh kemarin masa ada yang sms gue deh pake nomer ini'' Ian menunjukan handphonenya ke temannya.
''iya, gue juga di sms. tapi nggak gue bales. Itu siapa, Ian?''
''namanya Flo'' kata Ian. Murid-murid laki-laki sibuk membicarakan 'Flo' yang kemarin mengirim sms ke mereka. Al hanya mendengarkan pembicaraan mereka dari tempatnya yang agak jauh.
''dia kelas berapa? Sekolah dimana?'' tanya beberapa temannya terlihat penasaran.
''dia nggak ngasih tau. tapi kayaknya seumuran kita deh''.
''hmm.. Namanya Flo ya? Kayaknya cakep deh''
''ya dari namanya sih begitu hahahaha'' mereka tertawa.
Al yang memperhatikan pembicaraan mereka ikut tertawa. Dia berhasil menjalankan rencananya lagi.
''coba ajak ketemuan gih, ian'' saran seorang teman.
''yaelah baru kenal sehari.. kapan-kapan ajalah'' kata Ian.

'yah kalau ketemunya sama Ian mah ngebosenin' pikir Al. Aria yang duduk di depan Al dari tadi juga mendengarkan pembicaraan teman-temannya itu.
''yaudah gapapa kali langsung ajak ketemuan gitu kalau beneran cakep kan lumayan hahaha'' bujuk temannya.
''hmmm iya iya hahaha'' Ian tertawa.
-----------------------------------------------
Pulang sekolah
handphone Al berdering.
''1 text message: Ian'' terpampang di layar handphone Al.
''Flo, lo lagi sibuk nggak?'' isi pesan itu.
Al membalas, ''emang kenapa?''.
''kita bisa ketemuan nggak?'' pinta Ian.
''yah tuhkan! males deh gue kalau ketemuan'' Al diam cukup lama memikirkan balasan sms untuk Ian.
''oh maaf yan, gue nggak bisa'' Al mengirim pesan singkat.
''emang kenapa nggak bisa, flo?'' Ian membalas.
''ya gue lagi sibuk urusan sekolah'' Al mulai malas.
''kalau pas liburan gimana?'' Ian tetap membujuk Flo.
''liburan nanti gue pergi sama keluarga gue. Maaf ya'' Al mencari-cari alasan.
''yah yaudah deh kalau gak bisa. Udah ya flo. Daah :)'' Ian menyudahi sms-nya.
Al menutup handphonenya.
''haaah dasar Ian! Baru kenal sehari masa langsung ngajakin ketemuan?''.
Sejenak suasana di rumah Al hening. Ibu Al belum pulang kerja dari kantor.
''mending makan dulu deh'' Al bangun dari tempat tidurnya.
Saat dia ingin keluar kamar, handphonenya kembali berbunyi.
''heeh paling Ian lagi.. Bodo ah!'' Al mengabaikannya dan lanjut berjalan ke ruang tengah untuk makan siang.
------------------------------------------------

Setelah makan siang Al kembali ke kamarnya. Dia mengecek handphonenya yang tadi berbunyi.
''1 text message: 085...'' tulisan pada layar handphone Al.
''nomor siapa ini?'' Al penasaran dengan nomor yang tak dikenalnya.
''ini flo ya?''. isi pesan itu.
''Iya, siapa?''. Send! Al membalas.
'siapa ya? Ah paling si Ian iseng mau ngajak ketemuan lagi!' pikir Al sambil menunggu balasan sms dari nomor yang tak dikenalnya.
Drrrtt..Drrrtt..
Dengan cepat Al mengecek handphonenya. 1 sms dari nomor yang sama.
''gue Aran. Salam kenal ya''.
''oh salam kenal juga. Tau nomor gue dari mana?'' Al penasaran.
Dengan cepat Aran membalas,
''mau tau aja hehehe''.
'sial! dia ngeledek!' Al kesal.
''Jangan ngeledek deh..'' Al kembali mengirim pesan.
''iya iya maaf. Sekolah dimana flo?'' isi pesan Aran.
''mau tau aja hehehe''. Al balas meledeknya.
''yeee malah ngeledek balik hahaha. Beneran nih flo sekolah dimana?''. tanya Aran.
''lo duluanlah yang ngasih tau''.
''Gue di SMA 11 Asken. Tau nggak?''
''ooh tau. Kelas berapa?'' jawab flo.
''masih 2 sma. Lo kelas berapa? Sekolah dimana?''.
''sama kelas 2 juga, ran. Gue di SMA 7 Asken''.
''deket dong?''
''Ya lumayanlah''. Al masih berhati-hati dengan Aran yang mungkin saja temannya.

------------------------------------------------
Di sekolah..
Seperti biasa kelas Al ramai dengan obrolan murid-murid di dalamnya.
Al yang mencurigai Ian sebagai Aran, mendekati Ian yang sedang mengobrol dengan temannya.
''gimana, yan? Flo mau nggak diajak ketemuan?''. tanya seorang teman kepada Ian.
''kayaknya nggak deh. Dia sibuk urusan sekolah katanya''. wajah Ian tampak kecewa.
''terus lo jadinya mau gimana sama flo?''. Al ikut bicara.
''ya nggak gimana-gimana, Al. Lagian kan gue baru kenal beberapa hari ya wajarlah''.
''ooh iya juga sih. Eh pinjem handphone lo deh yan'' pinta Al.
''buat apa?''.
''liat smsan lo sama Flo doang sebentar''.
''mau tau nomornya Flo ya? hahaha''. Ian meledek.
'Flo itu gue woy!!' teriak Al dalam pikirannya.
''nggak, cuma liat doang kok sebentar''.
''nih''. Ian memberikan handphonenya.
Al membuka fiture sms di handphone Ian. Masuk ke tampilan pesan yang terkirim.
''Flo.. banyak banget sms ke Flo''. kata Al masih memeriksa sms-sms itu.
'dari sms yang dikirim sih nggak ada yang kayak smsnya Aran. Mungkin Ian bukan Aran.. Kalau bukan Ian, terus siapa..?'. kata Al dalam hatinya. Al termenung menduga-duga siapa yang mungkin menjadi Aran.
''nyari apa sih?''. Ian membuyarkan lamunan Al.
''ng? Nggak kok. Nih handphone lo''. Al mengembalikan handphone Ian. Sepanjang hari Al hanya memperhatikan teman-temannya yang mungkin adalah Aran.
------------------------------------------------
Pulang sekolah handphone Al kembali bergetar.
''udah pulang Flo?''. Pesan teks dari Aran.
''udah. Baru aja pulang. Kenapa, ran?''. balas Al.
''gapapa. Nanya doang kok. pulang naik apa?''
''jalan kaki''. Al berbohong.
''jalan kaki? emang rumah lo dimana? apa nggak capek?''.
''nggak kok udah biasa. Lo sendiri kalau pulang naik apa?''.
''biasanya gue naik sepeda pulang pergi, flo''.
'naik sepeda? kok jadi kayak gue?' Al bingung dengan jawaban Aran. Dia semakin penasaran tentang siapa Aran sebenarnya.
''naik sepeda? Emang rumah lo di dimana, ran?''.
''lumayan deket sih dari sekolah gue. Di daerah Centra. Tau nggak?''.
''ooh tau kok''.
''deket dari rumah lo nggak?''. Tanya Aran.
''emang daerah Centra itu dimana ya?''.
''yaelah tadi katanya tau.. Gimana sih flo? hahaha. Centra itu di daerah pinggiran Asken deket kampus Ursa''.
''ooh disitu. Yaudah Ran, gue mau makan dulu ya''. Al mengakhiri pesan textnya.
''yaudah. Selamat makan flo''.
------------------------------------------------

Ridiculove 2

Malam hari..
Al memikirkan ide untuk menjahili teman-temannya di kelas. Al membuka kotak peralatan di kamarnya. dia menemukan sebuah bola, tali dan sehelai kain putih. Diperhatikannya bola dan kain itu.
''hmmm... Ini pasti seru!'' Al tersenyum licik. Dia mendapat ide jahil untuk mengerjai teman-temannya.
Dibungkusnya bola dengan kain putih itu. Al menggambar mata dengan spidol hitam pada kain.
''lalu ditambahkan noda-noda darah di kain.. hehehe'' Al mengambil spidol merah dan menambahkan gamba-gambar pada kain yang membungkus bola.
''nah! Tinggal dikasih rambut palsu deh. Pakai apa ya?'' Al mencari barang-barang yang bisa dijadikan rambut palsu untuk karyanya itu.

''Al!'' teriak Ibu Al dari ruang tengah.
''iya,ma?''
''makan dulu sini''
''sebentar, ma''
''udah makan dulu, udah mama siapin ini''
''iya, ma'' Al menghampiri ibunya dengan agak malas. Mereka makan malam bersama di ruang tengah.

''bagaimana di sekolahnya tadi?'' ibu Al membuka pembicaraan.
''emmm ya biasa aja. Nggak ada apa-apa''
''ada tugas, nggak? Kamu udah belajar?''
''aku lagi bikin boneka-bonekaan''
''boneka? buat apa?''
''emmm buat pelajaran kesenian, ma'' kata Al berbohong.
''terus, ma, aku butuh rambut palsu buat bonekanya'' lanjut Al.
''Rambut palsu? Pakai kain pel aja, Al'' ibu Al memberikan ide.
''kain pel..? tapi nanti kan kainnya digunting. Gapapa, ma?''
''gapapa kok, kan tinggal beli lagi. Lagian kain pelnya udah jelek'' jelas ibu Al.
Al memikirkan saran dari ibunya. Dia membayangkan bagaimana jadinya boneka yang dibuatnya bila berambut kain pel.
''benar juga ya.. pakai kain pel aja deh'' Al menerima saran ibunya.
mereka meneruskan makannya.
------------------------------------------------

setelah makan malam, Al mengambil kain pel untuk karyanya. Dia menggunting bagian dari kain itu menyerupai rambut panjang dan menempelkannya pada boneka yang dia buat. Warna usang dari kain yang dipakainya menambah kesan menyeramkan dari boneka itu.
''nah! Selesai..'' Al terlihat puas dengan karyanya.
''hmm.. seram juga ya. hahaha. mereka pasti takut'' Al berkata sendiri. Al melihat jam dinding di kamarnya.
''sudah jam 10 malam? Besok harus bangun pagi nih'' Al meletakkan boneka itu disamping tempat tidurnya dan dia pun segera tidur.
-----------------------------------------------
Keesokan harinya..
Al membuka matanya perlahan. perlahan Al melihat sesuatu berbentuk bulat dibalut kain putih menatap ke arah Al.
''mmm.... HUWAAA!!! Siapa yang naro disini?!'' Al terkejut melihat boneka yang dibuatnya semalam ada di sampingnya. Dipandanginya boneka itu.
''oh iya, gue sendiri yang naro di meja semalam.. sial..''.
Al menatap jam dinding di kamarnya.
Pukul 4.15 pagi hari.
Al segera bersiap-siap untuk mandi.
selesai mandi dan sholat subuh, Al mengenakan seragam yang biasa dipakainya ke sekolah. setelah siap, dia juga memasukan boneka yang dibuatnya ke dalam tas plastik.
''Al, masih jam setengah 6 kok udah siap mau sekolah?'' Ibu Al melihatnya.
''iya, ma. Aku harus datang pagi buat latihan kesenian'' Al kembali berbohong.
''oh yasudah. Sarapan dulu, mama bikinin roti isi ya?''
''roti isi?'' Al teringat roti isi yang diberikan Aria kemarin.
''nggg nggak usah deh, ma''
''nanti di sekolah kamu lapar loh'' bujuk ibunya.
''nggak kok''
''itu tas plastik isinya apa?'' ibu al melihat tas plastik yang dibawa Al.
''ini boneka yang kemarin aku buat, ma'' Al menunjukkan boneka itu ke ibunya.
''kok bonekanya serem?''
''ya emang disuruhnya begitu. Udah ya ma, aku mau berangkat''
''yaudah hati-hati, Al''
''iya, assalamu'alaikum'' Al pamit dengan ibunya
''wa'alaikumsalam''

Al menyiapkan sepedanya dan berangkat ke sekolah.
------------------------------------------------
Sesampainya di sekolah, seperti biasa hanya ada satpam di pintu gerbang sekolah. Setelah memarkir sepedanya, Al segera pergi ke kelasnya. Tidak ada orang disana.
Al melihat jam tangan yang dikenakannya.
''masih jam 6 kurang 15 menit? bagus! sesuai rencana'' Pikir Al.
Al segera mengeluarkan boneka yang dia buat. Dilihatnya boneka itu baik-baik. Mata dan rambut boneka yang urak-urakan terlihat menyeramkan ditambah noda-noda spidol merah yang bagai darah pada kain boneka itu.
Al mengambil tali yang sudah dia siapkan. Dia menggantung boneka itu tepat di pintu masuk kelasnya. Pintu kelas Al dibuat agak terbuka sedikit untuk mengganjal boneka di atas pintu. Sehingga bila ada yang membuka pintu, boneka itu akan jatuh.

''nah siap! tinggal nunggu yang akan datang'' Al tersenyum licik.
Melalui jendela kelas, Al memperhatikan murid-murid yang berdatangan. Dia menunggu teman sekelasnya.
Pukul 6 pagi..
seorang perempuan dengan rambut dikuncir berjalan menuju kelas Al.
''Aria? Tumben dia datang pagi'' bisik Al.
''eh Aria kan penakut.. Bisa gawat nih kalau dia masuk'' Al membuka jendela kelas.
''Aria!! Jangan masuk dulu!!'' teriak Al lewat jendela.
''hm? Memangnya kenapa?'' Aria masih berjalan mendekati pintu.
''Pokoknya jangan!!'' Al berusaha memperingatkan Aria.
''hah? Apa sih?'' Aria mengabaikan Al. Dia membuka pintu kelas yang sudah terbuka sedikit.
''eh?!!'' Aria terkejut melihat sebuah boneka menyeramkan jatuh tergantung tepat dihadapannya. Mata boneka yang besar dan rambut serta noda darah palsu terlihat mengerikan. seketika wajah Aria menjadi pucat.
''Aria? Kamu gapapa, kan?''
''........'' Aria menahan nafasnya.
''hei? Aria? Kamu gapapa? Aria?'' Al mulai agak panik.
tak berapa lama berselang Aria terjatuh tidak sadarkan diri.
''Aria?! yaaaaah tuhkan dia pingsan..''
Al segera membawa Aria ke UKS.
------------------------------------------------
Jam pelajaran di mulai..
Al duduk di belakang tempat Aria. Tempat itu kini kosong. Aria masih terbaring di UKS. Al mengkhawatirkan Aria.
saat istirahat, Al pergi ke UKS menjenguk Aria.
''Aria?'' Al memasuki ruang UKS. Hanya ada Aria disitu.
''Al..?'' Aria duduk di kasur.
''kamu gapapa?''
''Gapapa apanya?! Maksud kamu apa bikin boneka begitu?!'' Aria membentak Al.
''Tadinya itu buat ngagetin yang lain. Tapi malah kamu yang datang duluan. Ya salah sendiri''.
''Udah ngebuat aku pingsan, sekarang kamu nyalahin aku karena datang pagi?!''
''Aku kan niatnya bukan ngagetin kamu, kamunya aja yang malah kaget! Lagian aku udah ngasih tau jangan masuk tapi kamu malah masuk!'' nada bicara Al meninggi.
''kamu bukannya minta maaf, malah balik marah?!'' Aria juga meninggikan nada bicaranya tak mau kalah.
''kamu yang marah duluan!! Udah aku bawa ke UKS bukannya berterimakasih malah marah''
''udah mending kamu balik ke kelas sana!!'' Aria mengusir Al.
''yaudah kalau gitu!!'' Al meninggalkan Aria dan kembali ke kelasnya.
------------------------------------------------
pulang sekolah..
Al melihat Aria berjalan sendiri lagi.
Al hanya melewati Aria tanpa menyapanya. Tampaknya Aria pun tidak peduli dengan Al. Aria masih marah dengan kejadian di sekolah tadi.

Sesampainya di rumah, Al masih memikirkan Aria.
''mungkin harusnya gue minta maaf ya...? Ah tapi Aria juga begitu sih! Malah langsung marah!''. Al menggerutu sendiri.
''daripada mikirin Aria, mending main handphone deh''. Al meraih handphonenya. Dia memandangi handphone itu cukup lama.
''handphone ya...'' Al mencoba mencari ide iseng lagi.
''hmm..'' Al tersenyum menandakan dia mendapat ide. Dia mengambil uang dan membeli kartu SIM baru.
Al mengganti SIM card handphonenya.
''oke, tinggal sms mereka. hehehe'' Al tertawa kecil. Wajahnya tampak begitu licik.

''hai :)'' send! Al mengirim sms ke beberapa teman laki-laki di kelasnya.
tak berapa lama handphonenya berdering.
''ini siapa?'' beberapa teman Al membalas pesan itu.
''gue Flo :)'' send! Al menyamar untuk mengerjai temannya.
''Flo? Cowok atau cewek?'' balas teman Al.
''ya ceweklah. Ini siapa?'' Al membalas pesan itu.
Ada 3 teman Al yang meladeni sms dari Al itu. Salah satunya Ian.
''oh.. gue Ian. Tau nomer gue darimana?''. Ian, teman sekelas Al, membalas sms itu. Al tertawa karena rencananya berhasil.
''oh Ian. Salam kenal ya :). Tau dari temen gue''. Al berusaha ramah layaknya seorang perempuan.
Handphone Al kembali berdering.
''iya salam kenal juga flo :) siapa nama temennya?'' isi pesan dari Ian.
''mau tau aja deh hehehe''. Send! Al tertawa melihat reaksi teman-teman yang membalas smsnya.

Seharian itu Al bersms ria dengan teman-temannya. Dengan mengaku sebagai Flo, Al berhasil mengerjai mereka.

Ridiculove 1

Pagi ini, seperti biasa Al berseragam rapih bersiap untuk berangkat ke sekolah. Al menyiapkan sepeda putih yang biasa dipakainya untuk ke sekolah.
''aku berangkat ya, ma''. teriak Al pada ibunya.
''eh kamu nggak sarapan dulu, Al?''.
''nggak usah deh. Udah ya, ma. Assalamualaikum''.
''wa'alaikumsalam. Hati-hati, Al''.
Al mengayuh sepedanya ke sekolah. Udara yang sejuk membuat Al suka berangkat sekolah lebih pagi dari teman-temannya. Jarak rumah Al ke sekolah tidak terlalu jauh. Setiap ke sekolah Al selalu menggunakan sepedahnya.

Sesampainya di sekolah, sekolah masih terlihat sepi. Hanya ada satpam yang berjaga di depan gerbang sekolah. Al memasuki kelasnya. Tidak ada satu pun orang karena memang masih terlalu pagi.

''hmmm... Bosen juga kalau setiap hari begini...''. ucap Al pada dirinya sendiri. Al memperhatikan sekitarnya. Dia melihat bangkai kecoa tergeletak di lantai.
''............. Ah! Bagus!''. Al mendapat ide. Al mengambil bangkai kecoa itu dengan hati-hati dan meletakannya di laci Aria. Laci di kelas Al dapat dibuka-tutup keatas dan kebawah.

Hari semakin siang. teman-teman Al dan murid-murid lain mulai berdatangan. kelas menjadi lebih ramai dengan obrolan pagi mereka.

Kriiiiing! Bel sekolah berbunyi. Teman-teman Al kembali ke tempat duduknya masing-masing. Al duduk di belakang Aria.
seorang guru masuk ke kelas Al.
''selamat pagi, anak-anak''. Sapa Bu Anna, guru di kelas itu.
''selamat pagi, Bu''.
''siapa yang nggak hadir hari ini?''.
''nggak ada, Bu''.
''masuk semua ya.. oke, kita lanjutkan materi yang kemarin ya..''. Guru itu menjelaskan pelajarannya seperti biasa.
Al memperhatikan Aria dari belakang.
''ssstt hei Aria..''. bisik Al.
''hm?''. Gadis itu menoleh.
''pinjam pulpen dong?''.
''sebentar''. Aria membuka laci meja tempatnya menyimpan peralatan tulisnya.
''apa........... HUWAAAA!!''. Teriak Aria mengagetkan seisi kelas.
'Rencanaku berhasil!' pikir Al.
''Aria, Kamu kenapa?''. Tanya Bu Anna bingung. Teman-teman yang lain memandangi Aria.
''Bu... Itu Bu...''. Aria bicara terbata-bata.
''ada apaan sih?''.
''itu bu.. Kecoa!!''. Wajah Aria pucat.
''kecoa? Hahahahaha''. Teman-teman tertawa.
''kamu takut kecoa, ya? Hahahaha''. tanya Al meledek.
''nggak! nggak takut..''. Wajah Aria masih terlihat panik
''bohong ah hahahaha''.
''sudah anak-anak. Al, tolong buang kecoa itu''. Perintah Bu Anna.
''lah? Kenapa saya, bu?''.
''sudahlah tinggal dibuang saja kan. Cepat buang ke luar!''.
Al mengambil bangkai kecoa yang tadi ditaruhnya di laci Aria dan membuangnya keluar.
Al kembali duduk dibelakang Aria.
''kamu gapapa?'' tanya Al.
''gapapa kok, makasih ya. Oiya, Nih pulpennya''. Aria meminjamkan pulpennya kepada Al.
''eh iya makasih..''.
Pelajaran pun kembali dilanjutkan seperti biasa.

jam istirahat..
Al masih duduk ditempatnya memperhatikan teman-temannya. Beberapa teman Al pergi ke kantin sekolah dan yang lainya membawa bekal.
''kamu nggak makan, Al?'' tanya Aria.
''ng nggak''.
''emangnya nggak laper?''
''ya laper sih tapi..''
''jajan aja di kantin atau makan bekal gitu''
''aku lagi nabung terus aku nggak bawa bekal''
''kasian deh hahahaha'' Aria meledek Al. Aria mengambil kotak bekal makanannya.
''aku bawa roti isi, kamu mau?'' Aria menawarkan bekalnya.
''nggak usah, makasih''
''udah gapapa kok. Tadi kan katanya laper..''
''nggak, udah nggak laper kok''
''bohong.. Perlu disuapin? hahahaha''
''nggak, nggak mau. emang kenapa nggak kamu makan?''
''aku udah sarapan tadi pagi. nih!''
''yaudah makasih ya Aria'' Al memakan roti isi yang diberikan Aria.
''HAA!!! Pedes banget!!! Roti isi apaan sih ini, Ar?!''
''tadi pagi pas bikin itu saosnya kebanyakan. Jadinya aku nggak mau makan itu deh hahahaha''
''terus kenapa ngasih aku?!'' Al masih kepedesan.
''lagian kamu kayaknya laper banget tadi. Jadi aku tawarin deh. Maaf ya''
''pedes tau!''
''ya maaf Al. Mau minum?''
''nggak usah, makasih!!''
''yaudah kalo nggak mau!''

jam istirahat pun berakhir. teman-teman kembali memasuki kelas untuk melanjutkan pelajaran seperti biasa.
------------------------------------------------
Bel terakhir berbunyi mengakhiri jam sekolah hari ini.
Al mengayuh sepedanya kembali ke rumah. Melewati jalan yang biasa ia lewati. Al melihat Aria berjalan sendirian.
''hei Aria!'' Al menghampiri Aria.
''apa, Al?''
''emmm.. Soal yang tadi.. Maaf ya tadi di kelas agak kasar..''
''ooh iya gapapa. Maaf juga rotinya ya. Lain kali nggak pakai saos deh hahahaha''.
''ya nggak usah repot-repot kali. Kok pulang jalan kaki deh?''
''iya emang udah biasa jalan kaki kok''
''emmm yaudah deh, aku duluan ya?''
''yaudah hati-hati, Al''.

Al kembali mengayuh sepedanya meninggalkan Aria sendiri.

------------------------------------------------

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented