Jumat, 17 Februari 2012

Ridiculove 6

Tiba-tiba handphone Aria berbunyi.
1 pesan masuk dari Flo.
''gue di jembatan penyebrangan. Lo dimana, Ran?'' isi pesan itu.
dari jauh Aria melihat jembatan besar terbentang diantara 2 gedung.
dibawah jembatan tergantung spanduk-spanduk bertema valentine.
Aria memperhatikan orang-orang berlalu-lalang diatas jembatan.
''gue di bawah jembatan. Gue kesana ya'' Aria membalas pesan Aran. Dalam hati, Aria agak ragu untuk menemui Flo. ditambah lagi, Al menghilang ntah kemana. Aria melihat ke arah jembatan, membayangkan wajah Flo yang akan ia temui itu mungkin sedang menatapnya saat ini.
''ah nggak mungkin! Flo kan taunya gue itu Aran.. Dia pasti nggak akan ngecurigain gue'' gumamnya seorang diri.
Untuk pergi ke jembatan, Aria memutar balik langkahnya. Melewati toko-toko yang sudah dia kunjungi.
Sesekali Aria mengecek handphonenya, menunggu pesan atau telepon dari Al.
''Al kemana sih?'' Aria terlihat gelisah.
''mbak?'' seorang pegawai dari toko boneka menepuk pundak Aria. Pegawai itu membawa bingkisan besar yang dibungkus kertas kado.
''ya? Kenapa, mas?'' tanya Aria.
''ini.. Ada yang nitip tadi. Katanya sih disuruh ngasih ke mbak'' pegawai itu menyerahkan bingkisan yang dibawanya ke Aria.
''hah? Ada yang nitip? Siapa, mas?''
''nggak tau. Dia cuma bilang suruh kasih ke mbak aja''
''terus yang bayar siapa?''
''ini sudah dibayar, mbak'' jelas pegawai itu.
''oh yaudah, makasih mas'' Aria meninggalkan toko itu, melanjutkan langkahnya menuju jembatan. Pikiran Aria masih bingung dengan bingkisan yang dia bawa.
''by: Flo..'' sebuah kertas kecil menempel di bingkisan.
Aria mengurungkan niatnya untuk membuka bingkisan yang baru dia dapatkan. Aria melanjutkan langkahnya menuju eskalator.
begitu menaiki eskalator menuju lantai 2, Aria berhenti sejenak. jembatan penyeberangan berada di lantai yang sama. Aria menelpon Al sekali lagi, ingin memintanya segera datang dan menyamar sebagai Aran. tetapi lagi-lagi tidak ada jawaban. Malas menunggu, Aria pergi ke jembatan. Suasana yang ramai pasti bisa membuatnya tak terlihat mencurigakan.
Jembatan itu cukup lebar dan panjang. Di pinggir jembatan dihias pita-pita merah dan ada pula toko-toko kue kecil di sepanjang jembatan. Aria melihat sekelilingnya mencari perempuan yang mungkin adalah Flo. Aria mencoba menelpon Flo, memperhatikan dengan seksama suara telepon yang mungkin berasal dari handphone Flo.
dia memperhatikan orang-orang yang sedang memegang handphone.

Tidak ada suara handphone berbunyi. Orang-orang hanya sibuk berlalu-lalang dan belanja di sepanjang jembatan. Tak ada yang mengangkat handphonenya.

''Flo, lo dimana? di jembatan bukan?'' Aria kembali mengirimkan pesan. Dia terduduk di kursi kosong di tepi jembatan. Membenahi rambutnya yang panjang.
Belum habis kebimbangan Aria, seorang pegawai wanita berpakaian biru hitam rapih dari toko kue datang menghampirinya.
''permisi. maaf kak, Kami ingin mengantarkan titipan ini..'' pegawai itu membawa sekotak kue dan segelas minuman dingin.
''hah? dari siapa, mbak?'' Aria semakin terlihat bingung.
''tadi sih orangnya cuma bilang suruh kasih ke kakak aja. Baru aja dia pergi''
''orangnya laki-laki atau perempuan? Pergi kearah mana?''
''laki-laki, tadi ke arah sana'' pegawai wanita itu menunjuk ke satu arah dari jembatan. Eskalator ke lantai teratas.
''oh makasih mbak''
''iya sama-sama'' pegawai itu kembali ke tempatnya.
Aria membuka kotak kue yang baru diterimanya. Di dalamnya terdapat kertas kecil bertuliskan:
''kamu capek, kan? Makan dulu. Aku dilantai 3''. Tak ada nama pengirim di kertas itu.
Tanpa menunggu, Aria segera pergi menuju eskalator di dekat jembatan. Naik ke lantai 3.

Suasana di lantai 3 tidak seramai lantai 1 dan 2. Hanya sedikit toko yang ada disini dan beberapa tempat duduk untuk pengunjung beristirahat.
Aria melihat jam digital di handphonenya.
''hampir jam 8, Belom ada sms dari Al.. Flo juga. Lagian''

''Aria!!'' dari kejauhan seseorang memanggil Aria.
''...Al?'' Aria menghampiri Al yang sedang duduk di kursi kosong.
''kamu kemana aja daritadi?! Aku telpon nggak bisa!'' Aria duduk disebelah Al. Wajahnya cemberut.
''hahaha maaf maaf. Lagian kamu jalan duluan sih''
''ya salah sendiri kamunya yang lambat!'' Aria masih ngedumel.
''iya iya maaf. Kamu udah makan belom?''
''udah. Tadi ada yang ngasih kue''
''dari siapa?''
''nggak tau. Tiba-tiba ada mbak-mbak nganterin kue gitu''
''terus kuenya mana?''
''ya aku abisinlah!''
''kok nggak bagi-bagi? dasar pelit''
''salah sendiri nggak jalan bareng aku. Lagian tadi aku laper''

''kalau yang itu?'' Al melirik bingkisan yang dibawa Aria.
''ini? Iya tadi ada yang ngasih. Katanya dari Flo''
''dari Flo? Isinya apa?''.
Aria membuka kertas kado yang membungkus bingkisan itu.

''loh? Ini kan boneka yang tadi kita liat! Masa Flo ngasih boneka?'' Aria terkejut melihat isi bingkisan itu. Boneka besar yang tadi dilihatnya di toko.

''oh iya, Al, katanya Flo juga lagi di lantai 3 loh! Berarti di deket sini'' Aria memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

''di lantai ini? coba telpon Flo gih'' saran Al.
''oh iya juga.. sebentar..'' Aria mengeluarkan handphonenya. Mencari nomor telpon Flo di phonebooknya. Call! Aria menghubungi nomor itu.

Masih nada sambung. sekali lagi Aria memperhatikan orang di sekitarnya.
Layar handphonenya berubah, menandakan telponnya dijawab.

''eh Al, diangkat nih!''
''yaudah kamu ngomong''
''kamu aja! Ngaku jadi Aran. Cepetan'' Aria menyodorkan handphonenya.
''nggak mau, kamu aja yang ngomong!''
''ih dasar nyebelin!'' Aria mengalah.
Dia mendekatkan handphonenya ke telinganya. Jantungnya berdegup kencang.

''halo? Ini Flo, ya?'' sapa Aria agak ragu.
''...........'' tak ada jawaban.
''halo, Flo?'' Aria mencoba berbicara lagi.
''halo.. Aran'' terdengar seseorang menjawab. suara laki-laki. begitu dekat, tidak jelas dia berbicara lewat telpon atau secara langsung.

''hah? kok suaranya dekat ya?'' Aria memalingkan wajahnya ke hadapan Al yang ada di belakangnya.
''Al..?'' Aria terkejut.
Tangan Al menggenggam handphone disebelah telinganya.

''halo Aran.. selamat hari valentine ya'' Al tersenyum memandang Aria.

''..........'' Aria diam seribu bahasa. Matanya menatap Al dengan penuh pertanyaan.
''......... kamu kenapa?'' tanya Al.
''...........''
''Aria? Jangan pingsan disini!'' Al mulai panik. dia melambaikan tangannya di depan wajah Aria, berusaha menyadarkannya.

''kamu......Flo..?'' suara Aria pelan. Ekspresinya masih menunjukan keterkejutan yang baru dia alami.
''emm... Iya. hehehe'' Al mengaku.
''kamu Flo....?''
''iya, aku Flo''
''Kamu beneran Flo?!'' Aria masih tidak percaya.
''iya, Aran. Hahahahaha'' Al meledek Aria yang masih terkejut.
''kalau kamu itu Flo... Jadi selama ini yang aku sms itu kamu?!''
''iya hahahaha''
''kok nggak ngasih tau?!'' Aria setengah berteriak.
''kan aku lagi nyamar. Hahahah''
''buat apa nyamar?!''
''buat deket sama kamulah''
''.........'' wajah Aria memerah.
''jadi... Kamu tau kalo aku itu Aran?'' nada bicara Aria mulai menurun.
''iya.. Aku juga tau kamu ngeledek aku pas pulang dari taman hahahaha. Dasar Aria''
''boneka ini berarti dari kamu?''
''iya, kamu suka kan?''
''..... Iya aku suka. makasih ya, Al'' Aria tersenyum, memeluk boneka itu.
Ekspresinya jadi lebih ceria.

Lagu-lagu dari acara musik di bazar mengiringi suasana malam yang makin larut.
''Aria..''
''ya?''
''emm.. Aku mau ngomong sesuatu''
''apa, Al?''
''aku..... emm..''
''ngomong apa sih?''
''aku...aku mau nembak kamu'' Al berterus terang.
''hah?'' lagi-lagi Aria dibuat terkejut oleh kata-kata Al.
''..........nembak aku?'' wajah Aria kembali memerah.
''iya, kamu..'' Al menatap mata Aria dalam-dalam.
''kamu ngomong apa sih, Al? hahaha'' Aria salah tingkah.
''ih aku serius''
''emang kenapa kamu nembak aku?''
''emm.. kenapa ya? Mungkin karna kamu spesial ahahaha''

Wajah Aria semakin memerah. Lengkung senyumannya terbentuk di bibirnya.
''.... Aku mau kita sebagai diri kita sendiri. Aku sebagai aku, kamu sebagai Aria. Aria nggak perlu nyamar lagi jadi orang lain. Kita bisa sama-sama sebagai diri sendiri''
Al tersenyum.
''Al....'' Aria mengangkat sebelah tangannya.
Plak!
''kenapa kamu nampar aku? disini kan nggak ada lalat'' Al memegang pipinya.
''ya masa muka aku doang yang merah?! Kamu juga dong!''
''dasar Aria, kalau lagi salting begini nih hahahaha''
''kok kamu merhatiin?''
''iyalah, kan aku mau nembak kamu''
''.......''
Suasana mendadak hening diantara mereka. Sibuk dengan perasaannya masing-masing. alunan musik jazz masih terdengar dari lantai bawah di hiasi gemerlap lampu malam.
Mendukung suasana yang terbentuk diantara mereka.

Cukup lama mereka terdiam.
Al menarik napasnya dalam-dalam, memberanikan dirinya.
''Aria.. Kamu mau nggak jadi pacar aku...?''


The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented