Jumat, 28 Desember 2012

Aku, Warna dan Dunia

''Perlahan''
Pilar-pilar istana emas mulai runtuh. Ribuan bunga es yang bermekaran perlahan layu dan tercabik-cabik

''Ku lihat''
Jejak-jejak angin akan menapak pada hujan. Putih akan berlari, kemudian menghilang.

''Masih saja''
Orang itu berdiri menatap langit. Membiarkan butiran-butiran air menusuk tubuhnya. Dan menunggu petir menghujam bumi.

''Andai''
kita menilai orang lain buruk, apa kita pantas menghina mereka?

''Saat''
Tirai hujan abu-abu dunia tersingkap.
Dan semua berubah menjadi kaca perak.

''Tercipta''
Dari abu, api dinyalakan.
cahaya dari bayangan akan muncul.
Dan yang tak bermahkota akan menjadi raja.


''Dengarlah''
Aku berbohong, kau berbohong. Kau tidak perlu menyuruhku bercermin. Karena cermin pun berbohong.

''Sekarang''
Aku tergeletak di sini menunggumu.
Hingga seluruh dedaunan yang gugur ini menutupi mayatku.

''Tak perduli''
Meski hanya di dalam mimpi, aku dapat mendengar suaramu.
Meski hanya di dalam mimpi, aku akan mencarimu.
Meski aku harus mati di tengah padang es ini.

''Sudahlah''
semua cipratan darah ini hanyalah noda.
semua luka ini hanyalah masa lalu.
Semua ditelan waktu. Ntah sampai kapan..

''Kenyataan''
Keinginan egois untuk berdamailah yang menciptakan perang. Dan kebencian akan terlahir untuk melindungi cinta.

''Karena kita''
Langit memerah perih.
Merintih sakit karena ulah kita.
Siapa yang menghantam dia?

''Tua''
Mereka bilang kita hanya bisa saling bicara di akhir nanti. Tidak, nyatanya kita hanya menunggu mati.

''Akhirnya''
Kita telah melangkah jauh, tapi tidak pernah sejauh sang waktu. Kita melangkah cepat, Tapi tak pernah secepat sang waktu. Kita coba menghabiskan waktu tanpa sadar kita dihabisi oleh sang waktu.

''Jatuh''
Biru tertutup putih. Putih tersapu hitam. Hitam akan terjatuh, mengalir, dan terkubur.

''Dahulu''
Anak-anak riang berlarian. Bersenang-senang dengan apa yang kita sebut bencana. Dalam benak ku sibuk bertanya. Apa dulu aku seperti mereka?

''Tetap''
Meski ia tak bergerak, aku tetap menatapnya.
Meski ia terhenti, aku tetap menatapnya.
Kini ia tak lagi berputar. Dan aku tetap menatapnya.

''Seperti''
Besi-besi ini mengurung hati.
Rantai-rantai ini mengikat hati.
Seluruh pedang yang kau genggam ini, terhunus kepada hati.

''Kenapa''
Masih saja ku tulis namamu pada embun yang terhapus hujan. Pada pasir yang tersapu ombak. Pada rindu yang terbunuh waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented