Kamis, 26 Juli 2012

You, Me. and Dandelion's dance 10

You tiba di rumahnya. Cerita Alfi di kampus tadi masih mempengaruhi pikiran You. Keadaan Me yang sedang dirawat saja sudah cukup membuat You khawatir. Ditambah lagi cerita dari Alfi yang sulit You percaya. Ia terbaring di kasurnya. Menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan hampa. Menit demi menit berlalu. You mengambil gambar yang Me buat saat di padang dandelion. Sebuah gambar bunga yang tertiup angin. Dipandanginya gambar itu cukup lama. You mengingat kembali kejadian di tempat itu. Saat Me pingsan dan dibawa ke Rumah sakit, ketika dokter mengatakan ada pendarahan di otak Me, hingga saat Me tersadar sebentar. You menghubungkan apa yang sedang Me alami dengan cerita dari Alfi. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya hingga ia tertidur. ______________________________________________________________________________ Drrrt! Drrrt! Handphone You bergetar. ''Ngg... Sudah jam 10?'' You mengambil handphonenya. 1 text message. ''Me...!?'' You terkejut membaca nama pengirim yang tertera di layar handphonenya. ''Temui aku, Di tempat kita melihat bintang jatuh'' isi pesan itu. You bergegas keluar rumahnya menuju halaman belakang. Tempat ia melihat bintang jatuh bersama Me 2 tahun lalu. ______________________________________________________________________________ Dari balik pepohonan terlihat seseorang sedang duduk, ''..... Me?'' sapa You ragu. Seseorang dengan jaket itu menoleh. ''Hai You..'' ia tersenyum. ''Me!'' You segera memeluk Me erat. Kembali air matanya mengalir. ''Me.. Bukannya kamu lagi dirawat?'' ''Iya tapi udah selesai'' ''Kamu gapapa? Kamu udah sembuh?'' ''...... Iya....'' ''Me... Syukurlah kamu gapapa. Tadi Alfi cerita tentang kamu.'' ''Alfi..? Begitu ya..'' ''Aku nggak ingin percaya cerita dia.'' Me terdiam cukup lama. Keheningan mulai menyelip diantara mereka. Bersama hewan-hewan malam bersahut-sahutan. ''Me, Kamu lagi banyak pikiran?'' tanya You yang sejak tadi memperhatikan Me. ''Ah nggak juga.'' ''Bohong.'' ''Benar kok.'' ''Me, aku kenal kamu. Kamu bukan orang yang pintar berbohong.'' ''Hahaha begitu ya?'' ''Jadi...?'' Me tak langsung menjawab. Ia terlihat ragu. ''You, aku harus pergi.'' ''Pergi? Kemana, Me?'' ''.......'' ''Boleh aku ikut?'' ''Jangan. Kamu nggak boleh ikut.'' ''Kenapa nggak boleh?'' ''Aku nggak ingin kamu ikut.'' ''....... Apa aku bisa nyusul kamu?'' ''Ya, bisa.'' ''Gimana aku bisa nyusul kamu kalau kamu nggak ngasih tau aku kemana kamu pergi?'' ''Kamu akan tau...'' ''Kapan aku bisa nyusul kamu, Me?'' ''Entahlah..'' You menatap langit malam ini. Cahaya terang bulan sabit menyinari ditemani gemerlap bintang di langit malam. ''Kamu masih suka melihat bintang jatuh?'' tanya Me. ''Masih. Tapi malam ini tak satu pun aku lihat.'' ''You, lihatlah di sebrang sana.'' Me menunjuk pepohonan lebat. Tampak cahaya hijau kekuningan berkerlap-kerlip terbang di sekitarnya. ''Itu.. Kunang-kunang..?'' You terlihat kagum. ''Bagus banget, Me. Aku sering disini tapi nggak pernah melihat kunang-kunang.'' ''Kamu tau? Kunang-kunang melambangkan perpisahan.'' Deg! Ekspresi You mendadak berubah. ''You... Aneh ya, kita ngerasain puncak rasa sayang saat kita kehilangan.'' ''Maksud kamu?'' ''Kita akan merasa betapa pentingnya apa yang kita punya saat kita kehilangan mereka.'' ''Iya. Mungkin semua orang merasa begitu, Me. Karena itu kita harus bersyukur.'' jawabnya. ''Tentang keluargaku.. Aku kepikiran. Apa kita akan pergi saat orang-orang sudah cukup kuat untuk hidup tanpa kita?'' ''Kenapa kamu berpikir begitu, Me?'' ''Karna perpisahan juga merupakan cobaan dari Tuhan. Tuhan nggak akan ngasih cobaan melebihi kemampuan hamba-hambanya. Menurutku, kita hidup di dunia ini dengan berperan untuk membantu orang lain. Hingga saat orang itu cukup kuat untuk hidup tanpa kita.'' jelas Me. You kembali terdiam. ''Suatu saat, aku juga akan pergi dari kamu. Saat itu terjadi, apa kamu akan sedih?'' ''....... Tentu saja!'' tubuh You gemetar. Dia mulai menyadari kearah mana pembicaraan ini akan berlalu. ''Me... Seandainya dengan kehilangan kamu berarti aku cukup kuat untuk tanpa kamu, aku nggak ingin menjadi kuat..'' tambahnya. Me tersenyum mendengarnya. ''Terimakasih. Tapi kamu nggak perlu begitu.'' ''Tapi..'' ''Jangan menangis, tenanglah.'' Me mengusap airmata di pipi You. Malam semakin larut. Cahaya kunang-kunang semakin banyak terlihat beterbangan diantara pepohonan. Angin malam berhembus perlahan menemani suara arus sungai yang terdengar di kejauhan. ''Me, disini dingin.'' ''Ini, pakai jaketku.'' ''Nggak usah. Kamu kan baru sembuh.'' ''Nggak apa-apa kok. Nih.'' Me memberikan jaketnya. ''You..'' ''Ya?'' ''Maaf. Aku udah membuat kamu sedih. Aku membuat kamu menangis.'' ''Tapi seseorang yang bisa ngebuat kita sedih adalah seseorang yang juga bisa ngebuat kita tertawa.'' '' ... . Setelah ini aku akan pergi lagi.'' ''Iya. Aku ngerti. Jangan khawatir, karna kita berada di bawah langit yang sama, iya kan?'' Me tertunduk. ''Aku harap begitu..'' ''Hm? Kamu kenapa?'' ''You, aku ingin kamu dengar ini baik-baik.'' Me menatap You. ''Apa?'' ''Kamu akan melewati banyak rintangan dalam hidup ini. Kamu akan ketemu banyak orang. Ingatlah, siapa pun yang kamu temui, mereka punya peran dalam hidup kamu. Pasti ada alasan kenapa jalan hidup mereka bersimpangan dengan jalan hidup kamu. Jangan pernah mengeluh bila dimanfaatkan orang lain. Karna suatu saat kita juga akan menerima manfaat dari mereka.'' ''Maksud kamu apa..?'' ''You.. Jangan pernah menganggap kamu sendirian. Karena kamu nggak sendirian. Kamu punya teman yang berharga. Sekali pun suatu saat mereka berubah, jangan kamu jauhi mereka. Terima mereka bersama perubahan dalam diri mereka.'' You terdiam mendengar apa yang Me sampaikan. ''You.. Hidup ini bukan tentang kisah sedih. Bukan perlombaan mencari siapa yang paling sedih hidupnya. Hidup ini tentang bagaimana kita bersyukur dalam bahagia dan sedih. Tentang bagaimana kita bangkit dari kesedihan.'' Me memeluk You begitu erat. ''You.. Aku ingin bantu kamu mencapai cita-citamu.. Aku ingin melihat bintang jatuh lagi sama kamu.. Aku ingin menggambar lagi untuk kamu.. Aku ingin kamu tersenyum.. Walau aku bukan lagi alasannya.. Aku ingin kamu bahagia.. Walau saat itu aku sudah nggak ada lagi buat kamu..'' ''............'' You tercengang mendengarnya. Kembali tubuh You bergetar. Matanya terasa panas menahan tangis. ''You... Terimakasih. Ini... Yang terakhir... Aku sayang kamu.'' Rembulan semakin tinggi melewati titik peraduannya. Bintang-bintang terlihat lebih terang dari malam lainnya. Ditambah cahaya kunang-kunang di kegelapan malam. Satu malam perpisahan. You tertidur dalam pelukan Me. ______________________________________________________________________________ Matahari pagi menembus jendela kamar You. Menyinari wajahnya yang perlahan terjaga. ''Ngg..... Ini.. Di kamar?'' You memperhatikan sekitarnya. Barang-barang You terlihat berada di tempatnya. Begitu pula gambar dandelion dari Me. Masih tergeletak di kasur. ''..... Ohiya! Bukannya aku tertidur di luar semalam? Eh tunggu deh..'' You memperhatikan pakaian yang ia kenakan. Jaket Me masih dipakainya. You segera mengambil handphone, membuktikan bahwa sms dari Me semalam memang benar. Belum sempat ia mengecek, You dibuat terkejut. Belasan missed call tertera di layar. ''RS Panama.'' Tak berapa lama kemudian, handphone You kembali berbunyi. Telpon dari Rumah sakit itu. ''Halo?'' ''Halo? Benar ini dengan nona You?'' ''Iya, ada apa?'' tanya You ragu. ''Maaf. Bisa datang ke Rumah sakit sekarang?'' ''Emm.. Ada apa ya, sus?'' ''Pasien yang bernama Me.. Sudah meninggal.'' ''........ Bohong!!! Nggak mungkin!'' You tak dapat membendung perasaannya. Dia tak percaya Me yang semalam bersamanya kini telah tiada. You segera berangkat ke RS Panama. Sesampainya di Rumah sakit, ia bergegas pergi ke kamar tempat Me terbaring. Beberapa orang telah berkumpul di samping tubuh Me yang tertutup kain. ''Me... Bangun!'' You memeluk Me erat. Airmatanya membasahi wajah Me. ''Me.. Kenapa kamu bohong? Kamu bilang.. Kamu sudah sembuh.. Kamu bilang kita akan ngeliat bintang jatuh lagi.. Me.. Kenapa kamu bohong?'' You menangis pilu di samping tubuh Me yang terbujur kaku. ''Apa ini maksud kamu pergi? Apa ini artinya aku cukup kuat untuk tanpa kamu..? Aku nggak mau! Me.. Bangun..!'' teriakan You semakin lirih terdengar. Menebar rasa kehilangan di hati mereka yang ada di kamar itu. *Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin ada di sampingmu walaupun kamu tak bisa melihatku.. Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin menghapus air matamu walaupun kamu tak bisa lagi aku sentuh.. Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin bilang "tenanglah, aku ada disini" walaupun kamu tak bisa mendengar aku lagi.. Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin membagi kesedihanmu walaupun aku tak dapat lagi merasa.. Saat ini, seandainya diizinkan, aku ingin menyampaikan kerinduanku karna kita tak akan lagi bertemu.. ______________________________________________________________________________ Me dimakamkan hari itu. Seluruh keluarga dan temannya hadir. Begitu pula dengan You, Ginta, dan Alfi. Tangisan pecah selama proses pemakaman. You menemukan sebuah kertas yang terlipat di kantung jaket Me yang ia kenakan. ''Selamat tinggal, You. Ini gambar terakhir.'' begitu yang tertulis diatas lipatan kertas itu. You membuka kertas itu dan memprhatikannya dengan seksama. ''Me..'' Ia tersenyum memandang nisan Me. ''Mungkin ini akan berat buat aku. Tapi aku akan berusaha hidup tanpa kamu. Seperti gambar terakhir yang kamu berikan.. Aku akan rela melepas kamu.. Aku akan mencintaimu dengan ikhlas.. Terimakasih telah mengisi peranmu di hidupku.. Me.. Persimpangan jalan hidup kita, berakhir disini..'' The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented