Rabu, 25 Juli 2012

You, Me, and Dandelion's dance 8

Drrrt! Drrrt! You bergegas meraih handphonenya yang tergeletak di tempat tidur. ''1 text message.'' terpampang di layar handphone You. ''You, besok kamu kuliah, nggak?'', isi pesan singkat dari Me. ''Tidak, Me. Kenapa?'', sent! Balas You. Tak berapa lama berselang, handphone You kembali bergetar. Kembali sebuah pesan dari Me, ''besok aku mau pergi. Kamu ikut ya?'' ''Mau pergi kemana, Me?'' balas You. ''Pokoknya kamu ikut aja, You. Besok aku jemput jam 8 bisa?'' ''Bisa kok. Tapi mau kemana, Me?'' ''Rahasia hahaha. Besok juga tau kok. Udah dulu You. Jangan tidur terlalu malam ya. Selamat malam You.'' Me mengakhiri pesannya. ''Baiklah, selamat malam juga, Me.'' balas You. Jam dinding menunjukan pukul 22.43 You mengambil buku sketsa dan alat menggambar yang sudah dipersiapkannya untuk Me. Seketika You teringat Ginta yang memilih benda itu sebagai kado untuk Me. Kata-kata Alfi tentang Ginta tadi sore masih terngiang di telinganya. ''Ah sudahlah.'' You membuang pikirannya tentang perkataan Alfi dan bergegas tidur _____________________________________________________________________________________ Pagi hari. You sudah siap dengan baju putihnya. Tinggal menunggu Me untuk menjemputnya. Buku sketsa dan alat menggambar untuk Me juga sudah rapi ia bungkus dengan kertas kado. Tak berapa lama kemudian, Me datang dengan sepeda motornya. ''Kamu sudah siap, You?'' tanya Me. ''Kita mau kemana sih?'' Me hanya tersenyum tak menjawab pertanyaan You. Matahari mulai meninggi pagi ini. Masih setia menebar kehangatannya pada dunia. Sinarnya yang teduh masih tertutup awan-awan tebal di langit pagi. Me memacu sepeda motornya bersama You. _____________________________________________________________________________________ Suasana perkotaan kini berganti dengan padang hijau luas yang sejuk. Me masih memacu motornya melewati jalan yang sepi legang. Hanya sedikit kendaraan yang melintas. Di pinggir jalan terdapat sebuah warung kecil. Me menepi ke warung itu dan meminta izin untuk menitipkan sepeda motornya kepada seorang kakek penjaga warung dan 2 orang cucunya. ''Halo, Kek.'' Me tersenyum menyapa kakek itu. ''Iya, siapa ya?'' kakek itu memperhatikan Me dan You yang baru dating. ''Saya Me, yang dulu suka main kesini sama Ayah saya.'' ''Me? Ooh rupanya kamu, nak. Sudah lama kamu tidak kesini.'' Kakek itu tampak ramah. Begitu pula dengan 2 cucunya yang masih kecil, terlihat akrab dengan Me. ''Me, itu kakek kamu?'' tanya You berbisik. ''Bukan hahaha. Dulu aku suka kesini sama papa. Suka ketemu sama kakek ini juga. Jadi udah kenal.'' jelas Me. ''Kamu nggak pernah ngasih tau aku.'' ''Kan itu waktu awal SMA, You. Ohiya, Kek, kenalin ini You, emm...teman saya.'' You tersenyum ramah. ''Ooh iya iya. Kamu mau ke tempat itu lagi ya, nak?'' tanya kakek itu. ''Iya, Kek. Makanya, saya boleh titip motor disini ya, kek?'' ''Yasudah.. Boleh kok.'' ''Makasih, kek. Kalau begitu kami pergi dulu ya.'' ''Iya. hati-hati! jalannya agak licin, nak.'' ''Iya, terimakasih ya, kek.'' Me pamit meninggalkan kakek itu dan kedua cucunya. ''Me, dulu kamu sering kesini?'' ''Iya.'' ''Untuk apa?'' ''....... Tutup mata kamu, You..'' ''Hah? Ada apa, sih?'' ''Tutup aja.. Aku mau nunjukin sesuatu.'' ''Nggak mau. Aku nggak tau ini dimana. Terus kakek tadi bilang jalannya licin, memangnya kita mau kemana lagi? Nanti kalau aku kenapa-kenapa, gimana?'' ''You bawel ya hahaha.'' ''Nggak! Ini kan demi keamanan.'' ''Tenanglah.. Tutup mata kamu.. Aku yang jaga kamu.'' ''Emm.. Nggak ah.'' ''You.. Percaya deh..'', Me menggenggam tangan You. ''Emm...'' You memejamkan kedua matanya. ''Terimakasih, You.. Jangan ngintip ya.'' Me menggandeng You menyusuri jalan setapak di dekat warung tadi. ''Masih jauh, Me?'' ''Nggak kok, sebentar lagi. Jangan ngintip!'' Semilir angin kian terasa seiring langkah You yang dipandu Me. Wangi alami rerumputan yang khas makin tercium sepanjang jalan yang mereka lalui. ''Nah...'' Me meninggalkan You. ''Me? Mau kemana? Aku udah boleh ngebuka mataku, belum?'' langkah You terhenti. ''You.. Kamu boleh buka mata kamu sekarang.'' ''Hm? Me?'' Me berdiri beberapa langkah di depan You. ''You.. Berbaliklah..'' Me tersenyum. ''Ini.....'' You terkejut dengan apa yang dilihatnya. Hamparan padang rumput hijau membentang luas di hadapan You. Ditaburi ratusan bunga Dandelion putih yang sedang mekar. ''Me...'' ''Jika kamu menunggu bintang jatuh di malam hari, maka aku menunggu Dandelion di musim semi..'' Me tersenyum di hadapan You. Dengan spontan You berlari ke arah Me dan memeluknya. ''Me.. Terimakasih...'' ''Ahahaha. iya.'' mereka duduk ditengah padang luas bertahtakan Dandelion di sekitarnya. ‘’bukannya kamu bilang ingin melihat dandelion di luar negeri, Me?’’ Tanya You. ‘’iya, disana lebih bagus. Tapi aku tau tempat ini. Jadi aku mau ngajak kamu kesini.’’ ''Kamu dulu sering kesini?'' ''Nggak sering juga sih.. Tapi aku suka disini dulu.'' ''Kapan?'' ''Waktu awal-awal pindah. Dulu papa suka ngajak aku kesini.'' '' .... Aku turut sedih dengan keluarga kamu, Me.'' ''Iya, makasih, You.'' ''Oh iya, ini aku mau ngasih kado buat kamu.'' You memberikan hadiahnya yang sudah dia persiapkan. ''Kado? Emangnya aku ulang tahun?'' ''Nggak sih.. Anggap aja hadiah selamat datang dari luar negeri hahaha.'' ''Ooh hahaha makasih, You. Aku buka ya?'' ''Iya.'' Me membuka bingkisan yang diberikan You. ''Buku sketsa, ya? Satu set sama alat-alatnya?'' ''Kamu... Masih suka ngegambar, kan?'' ''Masih kok hehe. Makasih banyak, You.'' Me tersenyum. Ia mulai meraut pensilnya dan memulai sketsa. ''Me.. Tempat seindah ini.. Kenapa sepi, ya? Kalau sudah ada dari dulu, harusnya kan lumayan terkenal.'' You menatap jauh ke sekitar padang dandelion itu. ''Mungkin orang-orang disini terlalu sibuk dengan pembangunan kota. Tapi lebih bagus begini.'' ''Kenapa?'' ''Ya padang dandelion ini akan tetap alami.'' Me tetap melanjutkan goresan-goresan pensil di buku sketsanya. ''Me.. Ada yang mau aku tanya..'' ''Hm? Apa, You?'' ''Emm... Sebenarnya perasaan kamu itu gimana sih?'' ''Perasaan?'' ''Iya. Perasaan kamu.. Ke aku..'' ''....... Kamu kenapa?''. Me menghentikan sketsanya. '' ... . Aku.. Cuma ingin tau.. Hubungan kita itu apa sih, Me? Apa kita cuma sekedar teman dekat?'' ''......... Kamu maunya gimana?'', Me balik bertanya. ''Kenapa kamu nggak nembak aku? Kenapa kita nggak pacaran?'' ''You... Apa sih pentingnya pacaran?'' ''Emm... Untuk berusaha saling memahami? Saling mendukung? Saling menjaga?'' ''Memangnya kalau aku bukan pacar kamu, aku nggak akan berusaha memahami kamu? Aku nggak mendukung kamu atau ngejaga kamu?'' You terdiam. ''Menurut kamu, apa yang menjadi landasan seseorang pacaran?'', Me kembali bertanya. ''Perasaan saling suka dan perasaan sayang.. Juga cinta.'' ''Kamu tau apa bedanya tiga perasaan itu?'' Me melanjutkan gambarnya. ''... Apa, Me?'' ''Rasa suka itu ingin memiliki, rasa sayang berarti tidak ingin kehilangan, tapi cinta... Cinta itu ikhlas. Seperti cintanya baginda Rasulullah SAW. Kepada umat manusia..'' ''Kamu tau, You? Banyak orang yang pacaran, suatu saat mungkin mereka berpisah. Lalu apa yang mereka lakukan? Sebagian besar akan berusaha melupakan seseorang yang pernah berharga di hidupnya. Melupakan kenangan mereka. Dan akhirnya benar-benar terpisah. You.. Aku nggak ingin begitu. Aku nggak butuh cinta dengan status.’’ Jelas Me. ‘’... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.. Lewat kata yang tak sempat disampaikan.. Awan kepada air yang menjadikannya tiada...'', Me menatap You. ''... Dan aku ingin mencintaimu dengan sederhana.. Dengan kata yang tak sempat diucapkan.. Api kepada kayu yang menjadikannya abu..'' You tersenyum, melanjutkan puisi yang diucapkan Me. ''Kamu tau puisi itu, You?'' ''Iya, karya bapak Sapardi Djoko Darmono. Aku pernah baca dulu. Emm.. Me?'' ''Ya?'' ''Maaf...'' ''Maaf? Untuk apa?'' ''Mungkin sejak awal.. Aku cuma sok mengerti kamu.. Aku menganggap tau banyak hal tentang kamu padahal nyatanya nggak. Tapi aku sayang kamu.. Aku ingin kita sama-sama..''. Air mata menetes di pipi You. ''You.. Nggak ada yang abadi di dunia ini. Suatu saat kita akan berpisah. Jangan takut dengan perpisahaan, karna kamu akan menemukan hal yang baru. Jangan menangis, You. Terimakasih karna kamu udah mencoba memahami aku. Aku juga sayang kamu.'' Me menghapus air mata di pipi You. *Kamu adalah putih.. Bagai Dandelion yang bebas menari bersama angin.. Dan kamu adalah putih.. Bagai Dandelion yang terhempas angin dan akan kembali bersemi.. Aku hanyalah hitam.. Bagai bayangan yang hanya menatap keindahaanmu dari sisi gelapku.. Dan aku hanyalah hitam.. Bagai bayangan yang berharap kau jatuh dan menemani sepiku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented