Rabu, 25 Juli 2012

You, Me, and Dandelion's dance 6

''Itu rumahnya, You?'' tanya Alfi sambil memperhatikan rumah besar di ujung jalan. Rumah yang tampak cukup tua tak terawat. ''Iya, itu rumahnya Me.'' ''Kok kayaknya sepi banget ya? Terus keliatannya nggak ada yang ngerawat rumah itu..'' ''Iya memang, keluarga Me kan pindah ke luar negeri. Kalau mau tau, tanya aja langsung sama Me nanti, Fi.'' Alfi hanya mengangguk menanggapi. Matahari bersinar cukup cerah di hari Rabu pagi ini. Meski begitu, udara masih terasa dingin. Jalanan aspal yang You dan Alfi lalui tampak masih basah dan tergenang air sebagian akibat hujan kemarin malam. ''Eh You, lo udah bilang kan, gue mau dateng?'' tanya Alfi membuka pembicaraan. ''Udah kok. Tenang aja.'' ''Terus nanti kenalannya gimana?'' ''Udahlah nanti gue kenalin hahaha. Nggak usah gerogi gitu, Fi'' ''Aduh! Tetep aja, You.. Kenapa nggak ngajak Ginta juga sih?'' ''Nggak usah, nanti ngerepotin dia. Eh ini rumahnya, Fi.'' You dan Alfi berdiri di depan sebuah rumah besar. Pagar hitam rumah itu tampak usang dengan sebuah tombol bel di dinding gerbangnya. Tengtong! You menekan tombol bel itu. Tak berapa lama kemudian seorang lelaki keluar dari dalam rumah. ''Hai Me.'' sapa You pada lelaki itu. ''Hai You, hai... Emm?'' Me memperhatikan perempuan disebelah You yang tampak kebingungan. Alfi menyenggol tangan You, mencoba memberi kode. ''Eh? Ooh.. Me, kenalin ini temanku yang aku bilang kemarin lusa itu.'' You mengenalkan Alfi pada Me. ''Emm.. Alfi ya?'' ''I..iya.. Gue..Alfi..'' Alfi tampak gerogi berkenalan dengan Me. ''Ooh.. Hai fi. Gue Me, teman You.'' Me tersenyum ramah. ''Se..sen..'' Alfi salah tingkah. ''Senang kenalan? Hahaha. Iya sama-sama.'' ''Fi, lo kenapa?'' tanya You. ''Ng.......'' ''..... Yaudah masuk dulu aja ke dalam'' Me berjalan masuk ke kediamannya diikuti You dan Alfi. _____________________________________________________________________________________ ''Duduk aja dulu. Maaf ya, rumahnya masih kotor. Mau minum apa, Fi?'' ''Emm.... Air putih aja deh.'' ''Air putih? Kalau You?'' ''Air putih juga, Me'' ''Yaudah sebentar ya.'' Me beranjak pergi ke dapur di lantai atas. ''Eh You, kok dia keliatan santai banget sih?'' tanya Alfi. ''Emang kenapa, Fi?'' ''Padahal kan dia baru kenalan sama gue. Masa nggak ada nervous-nervousnya gitu?'' ''Hahaha. Lo daritadi nervous ya?'' ''Emm.. Iya sih.. Dikit. Tapi kenapa dia nggak?'' ''Coba aja tanya sendiri ke orangnya, Fi'' ''Nggak ah, nggak usah. Males banget nanya begitu doing.'' ''Eh maaf lama'' Me datang membawa nampan berisi 3 gelas dan botol. ''Ini minumnya. Terus ini kalau mau syrup.'' tambahnya. ''Makasih, Me'' jawab You. ''Me, emm.. Lo.. Suka perabotan model klasik ya?'' Alfi memperhatikan jejeran sofa tua dan lukisan-lukisan di ruang tengah. ''Hm? Nggak juga. Yang suka barang klasik itu, almarhum bokap. Dia suka ngoleksi barang antik.'' ''Almarhum?!'' Alfi terkejut. ''Iya.. You belum cerita ya?'' You hanya menggeleng. ''Jadi begini...'' Me kembali menceritakan kecelakaan yang dia alami bersama keluarganya di luar negeri. *** ''Jadi... Sekarang lo tinggal sendirian?!'' Alfi tercengang mendengar cerita Me. ''Iya.'' ''Keluarga besar lo gimana? Saudara atau yang lain?'' ''Tempat mereka jauh dari sini, Fi. Ya gapapalah, lagian gue juga udah ada tempat di luar negeri.'' jelas Me. ''Terus, yang nempatin rumah ini siapa?'' ''Ada om dan tante. Tapi ntahlah mereka lagi kemana, Fi.'' ''Ooh..'' ''Yang jelas, rumah ini tetap harus dijaga.'' ''Nah, makanya kita dateng sekalian buat bantu bersih-bersih, Fi.'' tambah You. ''Yaudah ayo mulai!'' Alfi terlihat bersemangat dalam membantu Me. Rasa simpati setelah mendengar cerita Me telah menghilangkan kecanggungannya. You dan Alfi membersihkan dapur dan kamar belakang sementara Me membersihkan ruang tengah. Debu-debu melapisi perabotan rumah yang lama ditinggalkan. ''Ohok! Ohok! Debunya banyak banget, sih! Bukannya rumah ini ditempatin sama om dan tantenya Me, ya? Kenapa nggak dirawat sih?'' Alfi mulai mengeluh. ''Jangan-jangan... Rumah ini ada penunggunya!? Makanya mereka nggak betah!'' ''Yah mana mungkin begitu! Jangan ngaco deh, You!'' ''Hahahaha.'' ''Eh, ini gambarnya Me?'' Alfi mengambil sebuah kertas yang agak berdebu di rak bawah meja. Dibersihkannya debu itu hingga terlihat gambar wajah seorang perempuan cantik yang muram. Air mata terlihat menetes di pipi perempuan itu dengan sebuah tangan yang menyeka salah satu pipinya. ''Jangan menangis lagi..'' begitulah tulisan yang terlihat di pojok kanan bawah gambar. ''You, ini... Ini elo?'' Alfi membandingkan wajah perempuan di dalam gambar dengan wajah You. ''Hah? Coba liat..'' sejenak You memperhatikan gambar. Rona merah seketika tampak di pipinya. You tersenyum. ''Eh kenapa senyum-senyum? Ini elo, bukan? Kok mirip banget deh.'' tanya Alfi. ''Hahaha mungkin.'' ''Kapan dia ngegambar ini, You?'' ''Nggak tau, gue nggak ingat pernah di gambar pas lagi nangis.'' ''Me kok romantis banget ya? Hebat.. Biasanya kan kalau pelukis mau melukis atau menggambar itu objeknya harus keliatan. Tapi di gambar ini walaupun lo nggak ada di hadapan dia, dia masih bisa ngebayangin ekspresi lo, wajah lo, dan di gambar disini.'' ''Emm....'' ''Coba gue punya pacar kayak begini ya...'' Alfi berandai-andai. ''Eh You, kalian kan udah deket banget ya. Gue bingung, kenapa kalian nggak pacaran sih?'' tambahnya. ''Hah? Emm... Kenapa ya?'' ''Lah?'' ''Gue juga bingung, Fi.'' ''Masa lo bingung juga? Dia pernah ngungkapin perasaannya nggak?'' ''Emm... Pernah, sih, waktu perpisahan dulu.'' ''Terus?'' ''Terus apa?'' ''Terus dia nembak elo, nggak?'' ''....... Nggak, dia cuma ngungkapin perasaannya aja, Fi.'' ''Ooh aneh ya.. Eh You, dapur di sebelah mana?'' ''Mau ngapain?'' ''Mau minta minum lagi.'' ''Dapurnya di atas.'' ''Oh oke.'' Alfi beranjak menuju lantai atas meninggalkan You di ruang tengah. 'Hmm..... Kalau dipikir.. Kenapa Me nggak nembak ya?' You masih memikirkan pertanyaan Alfi. _____________________________________________________________________________________ Alfi berjalan menaiki tangga. Pegangan tangga yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran yang khas terlihat tua dan rapuh. Menambah kesan klasik rumah Me. Ruangan atas terlihat rapi. Cahaya matahari menerpa dinding melalui jendela-jendela. Alfi berjalan menuju dapur. Langkahnya terhenti begitu melihat noda merah di lantai. ''Darah?'' Alfi memperhatikan noda itu. Seseorang berdiri di depan westafel membelakangi Alfi. ''Me?'' ''Eh? Alfi?'' Me tampak terkejut. ''Lo... Lo kenapa?'' ''Ng? Nggak apa-apa kok.'' Me segera membersihkan noda darah di bibirnya. ''Bohong! Tunggu, gue panggil You dulu ya.'' ''Jangan! Gue nggak apa-apa kok, Fi.'' ''Terus tadi itu berdarah kenapa?'' ''Ng...'' tampak keraguan di wajah Me. ''Kenapa, Me?'' Me hanya terdiam sambil berjalan perlahan ke meja makan di bagian tengah dapur. ''..... Lo inget cerita gue tadi, kan? Tentang keluarga gue...'', Me mulai bercerita. ''Tolong jangan kasih tau You tentang ini, Fi.'' tambahnya. ''Hm? Ada apa sih?'' Alfi segera duduk di sebrang Me. '' .... Konflik di keluarga gue itu udah lama. Udah dari sebelum gue tinggal disini.'' ''Jadi sebelum SMA, lo nggak tinggal disini?'' ''Iya, gue sering pindah sekolah dulu. Bokap nyokap gue sibuk banget. Karena itu, kadang gue ngerasa sepi di rumah. Walaupun ada teman-teman baru, begitu mulai akrab, gue udah harus pindah lagi. Sedih... Rasanya kesepian. Selang berapa waktu kemudian, keluarga gue makin kacau. Bokap nyokap hampir cerai karena suatu urusan.'' ''Cerai? Tunggu dulu.. Me, kenapa lo ceritain ini ke gue? Kita kan baru kenal. Masa lo ngasih tau gue tentang ini?'' Alfi memotong cerita Me. ''Karena nantinya lo yang harus ceritain ini ke You.'' ''Hah? Emang kenapa?'' ''...... Karena lo itu sahabatnya You. Dan.. Mungkin waktu gue nggak lama lagi, Fi..'' ''Eh? Lo ngomong apaan sih?! Bercandanya jangan begini dong, Me!'' ''Nggak, ini serius, Fi. Tekanan dari masalah keluarga sejak dulu.. Di tambah lagi kecelakaan itu.. Beberapa organ dalam gue rusak.. Kata dokter, ada penyakit syaraf juga. Mungkin karna depresi kali ya..'' Alfi hanya terdiam mendengar cerita Me. Matanya memandang Me tanpa berkedip. '' ... Harusnya sekarang ini, gue masih dirawat di Canada.'' Me melanjutkan ceritanya. ''Terus kenapa lo kesini?'' ''Untuk ketemu sama You.'' ''Cuma itu? Lo kan harusnya dirawat aja biar sembuh dulu! Kenapa malah kesini cuma buat ketemu sama You? Kan masih banyak kesempatan lain buat ketemu sama dia kalau lo sembuh!'' ''Fi.. Dokter bilang, kemungkinan gue sembuh itu kecil banget.'' ''Terus kenapa sekarang lo bisa kesini? Dan lo bisa berlagak sehat disini. Lo nggak bisa ngebohongin gue, Me. Gue nggak bodoh buat percaya cerita lo. Nggak mungkin lo sakit separah itu!'', nada bicara Alfi meninggi. Alfi kesal dengan semua cerita Me yang tak masuk akal. Me tersenyum. ''Hahahaha. Bener... Iya, lo nggak sebodoh itu untuk percaya semua cerita gue. Tapi.. Ada yang harus gue lakuin disini buat You.'' ''Apa?'' ''..... Pokoknya ada yang harus gue lakuin buat You''. ''Me, sebenarnya hubungan lo sama You itu apa sih?''. ''Hubungan?''. ''Iya, You itu sayang sama lo. Dan lo juga sayang sama dia, kan?'', tanya Alfi. ''Iya.. Gue sayang dia.'' ''Kenapa kalian nggak pacaran?'' ''Emangnya seberapa penting sih pacaran itu?'' Alfi terdiam dengan pertanyaan Me. ''Emm... Ya..'' ''Eh Me, Fi, kalian ngapain?'' You datang menghampiri dari ruang bawah. Memecah suasana hening diantara Me dan Alfi. ''Di bawah udah hampir selesai tuh.'' tambahnya. ''Lo ngeberesin sendiri, You?'' ''Iya, abisnya lo lama, Fi. Kalian lagi ngapain sih?'' ''Cuma ngobrol doang kok, You.'' jawab Me. ''Oh kalian udah akrab toh. Disini udah diberesin belum, Me?'' You mengusapkan tangannya ke meja makan. Memastikan tidak ada debu dan kotoran. ''Udah kok tadi.'' Jam dinding berwarna coklat di dapur berdentang. Menandakan hari semakin sore. ''Udah jam 5, Fi. Pulang yuk?'' ajak You sambil melihat jam dinding tua itu. ''Eh? Cepet banget. Yaudah yuk.'' Alfi beranjak dari kursinya. Diikuti Me dan You menuruni tangga jati bergaya klasik. Ruang bawah terlihat rapih setelah dibereskan oleh You. Me mengantar mereka sampai gerbang rumahnya. ''Makasih banyak You.. Fi.. Udah ngebantu ngeberesin rumah gue.'' ''Iya sama-sama. Makasih juga gambarnya yang di ruang bawah ya.'' You tersenyum. ''Gambar? Kamu liat ya? Hahaha. Maaf ya ekspresinya lagi sedih begitu.'' ''Gapapa kok, Me.'' ''Oh iya, Fi, tentang yang tadi..'' ''Yang tadi..?'' You penasaran dengan obrolan Me dan Alfi. ''Bukan apa-apa kok, You. Yaudah yuk! Pulang. Makasih ya, Me.'' Alfi dan You segera meninggalkan kediaman Me. Matahari sore kian tenggelam di ufuk barat. Menghadirkan sinar teduh kemerahan di langit senja. *Padamu ku titipkan alasan.. Tak perlu kau dengar, tapi percayalah.. Padamu ku titipkan jawaban.. Tak perlu kau ucapkan, tapi sampaikanlah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented