Rabu, 25 Juli 2012

You, Me, and Dandelion's dance 1

''....karena kita.. Berada dibawah langit yang sama..'' You mengakhiri pembacaan puisinya di depan teman-teman dan dosennya.
 Prok! Prok! Prok! 
''Bagus, You!'' 
''Puisimu bagus!'' orang-orang di ruang kelas bahasa indonesia bersorak memuji You. 
 ''Itu puisinya bikin sendiri?'' 
''Yah nggak usah ditanya. You emang jago bikin puisi!'' 
 ''Terimakasih semua.'' You beranjak kembali ke tempat duduk. Wajahnya terlihat senang walau matanya agak berkaca-kaca. 
''You.. Kamu kenapa? Kok kayak mau nangis?'' tanya Alfi, salah seorang temannya. 
''Ng... Nggak apa-apa kok. Cuma terharu aja hehe'' You mengelap matanya. 
 ''Yakin gapapa?'' Alfi terlihat ragu. 
''Iya gapapa, Fi.'' 
 ''Oh yaudah, terharunya jangan sampai nangis dong hahaha.'' 
 ''Iya, tenang aja.'' 

'Me.. Sudah 1 setengah tahun sejak hari itu, apa kabarmu disana? Benarkah kamu baik-baik saja seperti surat-suratmu? Aku disini merindukanmu..' 

You kembali mengenang teman dekatnya semasa SMA yang kini berada di luar negeri. Matahari bersinar terik di siang bolong hari itu. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan rasa malas datang menyergap orang-orang dari aktivitasnya di luar rumah. Beruntung ruang kuliah di kampus You dilengkapi pendingin udara yang sejuk. Tapi justru karena pendingin udara ini mahasiswa di dalam ruangan jadi mengantuk. Satu-persatu mahasiswa di kelas itu membacakan puisi karya mereka. Lantunan bait-bait puisi mereka tidak kalah dari You. Bahkan beberapa diantaranya terdengar memiliki makna lebih dalam. Membuat suasana hening penuh penghayatan. 

''Baiklah, kuliah hari ini kita cukupkan dulu sampai disini. Sampai ketemu di pertemuan berikutnya. Selamat siang'' dosen matakuliah bahasa indonesia mengakhiri kuliah hari ini. Para mahasiswa berbondong-bondong keluar dari ruangan kelas. 

''You!'' seorang laki-laki mengejar You yang berjalan ke pintu keluar kampus. 
 ''Eh Ginta. Kenapa, Gin?'' sapa You pada laki-laki berkemeja biru kotak-kotak itu. 
 ''Tadi puisi yang lo bacain bagus banget loh! Gue suka. Maknanya dapet banget!'' ucap Ginta bersemangat. ''Makasih Gin. Hehe.'' 
''Iya sama-sama. Itu puisinya bikin sendiri?'' 
''Iya dong. Keren kan? Hahaha.'' 
''Iya iya keren kok. Tapi... Kok tadi baca puisinya kayak mau nangis?'' 
''Eh? Emang iya, ya?'' 
''Tanya aja sama yang lain kalau nggak percaya.'' 
''Oh...'' You menundukan wajahnya. Sambil terus berjalan, Ginta menunggu jawaban yang lebih jelas dari perempuan di sebelahnya itu. 
''...... Lo kenapa, You?'' tanya Ginta penasaran. 
''Hm? Gapapa kok..'' mereka berhenti di depan halte di pinggir jalan. Menunggu bus. ''Beneran?'' ''Iya gapapa, Gin.'' 
''Bohong..'' 
''Beneran kok.'' 
''Ayolah! Gue udah kenal lo dari pertama masuk kuliah. Dari mulai pendaftaran sampai sekarang..'' Ginta mulai mencari alasan untuk memaksa You. 
''Maaf....'' 
''Gue tau sikap lo kalau lo lagi ada masalah..'' Ginta memotong perkataan You. 
''Gin....'' 
''Cerita aja, You, kalau ada masalah.. Jangan dipen..'' Ginta masih memaksa. 
''Ginta! Maaf..'' ucap You tegas menghentikan perkataan Ginta. 
''Gue nggak apa-apa. Gue tau maksud lo baik, makasih, tapi gue nggak kenapa-kenapa. Lo nggak perlu khawatirin gue.'' tambahnya membungkam Ginta. 
''...... Maaf, You.'' 
''Iya nggak apa-apa. Makasih, Gin. Gue duluan ya, busnya udah datang.'' You meninggalkan Ginta di halte itu. Sekali lagi dia melihat wajah Ginta sebelum menaiki bus yang membawanya pulang. Tersirat rasa bersalah di wajah Ginta. 'Maaf, Gin..' dalam benaknya You juga merasa bersalah. Bus pun melaju meninggalkan halte dan beberapa orang disana dalam tujuannya. _____________________________________________________________________________________ '1 inbox' terpampang di layar laptop You. ''Pasti me'' Dengan cepat You mengklik tulisan itu. Memastikan siapa pengirimnya. ''Hai You, Gimana baca puisinya tadi? Pasti bagus ya. Aku harap aku ada disana biar bisa liat kamu baca puisi itu. Oh iya, aku sudah selesai ujian dan sebentar lagi ada libur musim panas disini. Bagaimana disana? Lagi musim panas atau hujan? Ada libur juga nggak? Really hope to see you as soon as possible..'' isi pesan masuk itu dari Me. You dan Me memang hanya bisa saling berhubungan melalui layanan e-mail karena berbeda tempat. Mahalnya biaya telepon ke luar negeri agak menghambat komunikasi mereka. '1 attachment' di e-mail yang dikirim oleh Me. File gambar. Terpampang file berupa gambar yang di buat me di Australia. Terlihat gambar sebuah rumah dalam suasana hujan. Goresan-goresan halus menunjukan aliran air hujan yang mengalir deras menuruni genteng rumah tersebut. Terlihat 2 orang berteduh dalam gambar itu. You tersenyum melihatnya. ''Hai Me.. Tadi baca puisinya lumayan sih, walau banyak puisi yang lebih bagus. Aku harap kamu disini biar bisa aku bacain puisinya hahaha. Tentang ujian kamu,semoga hasilnya bagus ya! Disini belum ujian. Ujiannya masih lama. Disini lagi musim hujan. Kamu kapan kesini lagi, Me? Pas liburan ya? Oh iya aku udah liat gambar kamu. Aku suka :) itu keliatan nyata padahal cuma pakai pensil. Efek daun-daun basahnya juga bagus. Jadi ingat waktu dulu di perkemahan.. Yah semangat ya ujiannya! Me pasti bisa. Really miss You'', Sending e-mail. You membalas surat elektronik dari Me. Sekali lagi dibukanya file yang berisi gambar dari Me. You memperhatikan gambar itu dengan seksama. Menebak-nebak makna dari gambar itu. ''Di print aja kali ya.'' You memutuskan mengeprint gambar itu. Walau berupa print-an, goresan-goresan pensil yang me buat tetap terlihat begitu nyata. You mengambil buku gambar Me, hadiah pertukarannya saat perpisahan dulu. Halaman demi halaman dibukanya, membangkitkan kenangan lama dari setiap gambar didalamnya. Ia menempel gambar tadi di satu halaman pada buku gambar Me sambil kembali diperhatikannya gambar itu. ''Me.. Kapan kita bertemu lagi..?''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented