Kamis, 26 Juli 2012

You, Me, and Dandelion's dance 9

Hari beranjak siang. Namun suasana sejuk masih terasa di tempat ini. Semilir angin menyapu rerumputan tanpa arah. ''Eh You, kamu dengar tidak?'' Me memejamkan matanya. ''Dengar apa, Me?'' ''..... Sebentar lagi.. Berdiri deh.'' ''Hm? Ada apa sih?'' You berdiri di samping Me. ''Hembusan angin kearah sini.. Jangan tutup mata kamu ya.'' Angin kencang mulai berhembus. Menerpa pepohonan, menghasilkan suara gesekan ilalang. Menerbangkan benih-benih dandelion ke segala penjuru. ''Me, ini indah banget!'' You tersenyum. ''Indah? Ini keren, You! Hahaha.'' ''Iya. Kayak salju. Mereka dibawa kemana ya?'' ''Mereka siapa, You?'' ''Dandelion-dandelion ini.'' ''Hmm entahlah. Tapi, tidak seperti bintang jatuh yang tidak bisa kembali ke langit. Dandelion ini akan bersemi lagi. Entah kapan. Entah dimana. You?'' ''Apa?'' ''Ada yang ingin aku..'' ''Me! Hidung kamu berdarah!'' ''Hah?'' Me mengusap hidungnya. Darah segar menetes. ''Kamu nggak apa-apa, Me? Duduklah. Ini, pakai sapu tangan.'' ''Aku nggak apa-apa kok. Terimaka...'' Badan Me perlahan terhuyung ke belakang. ''Me? Kamu kenapa? Bangun, Me!'' Me tidak menjawab. Ia tak sadarkan diri. *Katakanlah padaku.. Jika aku bukanlah diriku, masihkah kau ingin mengenalku? Jika aku bukanlah diriku, masihkah kau menungguku? ______________________________________________________________________________ ''Halo, Fi? Bisa temuin gue di Rumah Sakit Panama? ........Nanti gue ceritain, tolong kesini sekarang ya.. Iya, makasih, Fi.'' You menutup telponnya. You berdiri disamping Me yang tengah terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Ditemani seorang bapak-bapak dan 2 orang anak kecil, cucu dari kakek penjaga warung. ''Mbak, sebenarnya mas Me ini kenapa?'' tanya seorang bapak yang menolong mereka. ''Saya juga nggak tau, pak. Tiba-tiba tadi dia mimisan lalu pingsan. Terima kasih banyak, pak. Kalau tidak ada bapak tadi.. Saya nggak tau harus gimana...'' ''Kak? Kakak jangan sedih. Kak Me pasti baik-baik aja kok.'' salah satu anak kecil itu mencoba menenangkan You. ''Iya.. Makasih ya,'' You tersenyum ramah. Drrrt! Drrrt! Handphone You bergetar. ''You, lo dimana? Gue udah di receptionist.'' pesan singkat dari Alfi. ''Lantai 2 kamar 157 .'' balas You. Tak lama kemudian Alfi datang bersama Ginta. ''You, lo nggak apa-apa?'' tanya Alfi. ''Nggak, gue nggak apa-apa. Eh ada Ginta juga.'' ''Iya, tadi Alfi minta dianterin. Katanya lo lagi di rumah sakit. Emang lo kenapa?'' ''Bukan gue, Gin.. Tapi...'' ''Eh ini Me kenapa?!'' Alfi terkejut melihat Me terbaring. Selang infus dan oksigen tersambung ke tubuhnya. ''Ini Me...?'' ''...... Iya, Gin.'' ''Dia kenapa?'' tanya Ginta. ''Nggak tau. Tadi dia tiba-tiba pingsan. Oh iya, ini bapak yang menolong kami tadi.'' You memperkenalkan bapak itu kepada Ginta dan Alfi. ''Mas sama mbak ini temannya mas Me, ya?'' tanya bapak itu. ''Iya, pak. Terimakasih sudah menolong dia, pak.'' ucap Ginta. ''Iya sama-sama, mas'' ''Eh You, ini gimana ceritanya? Dokternya bilang apa?'' Alfi mulai tenang. ''Dokter bilang.. Ada pendarahan di otaknya'' ''Hah?!'' ''Fi, jangan berisik! Kok bisa, You?''. ''Nggak tau, Gin. Dia nggak pernah bilang.'' ''Loh? Bukannya kalian sama-sama terus ya?'' ''Tapi dia nggak pernah cerita'' 'Jadi.... Waktu itu.. Me nggak bercanda?! Dia nggak bohong?! Berarti Me... Gue harus ngasih tau You!' pikir Alfi. ''Emm.. You..'' ''Kenapa, Fi?'' ''Ng......'' Me perlahan mulai tersadar. ''You....'' ucapnya pelan. Selang oksigen di hidungnya membuat Me sulit bicara. ''Iya, Me..'' You tersenyum. Airmata kembali membasahi pipinya. ''Maaf...'' ''Ginta.. Ikut gue yuk?'' ajak Alfi. ''Kemana?'' ''Cari makanan'' ''Tapi...'' ''Udah ikut aja'' Alfi menarik Ginta keluar. ''You, gue sama Ginta cari makan dulu ya.'' Mereka pergi meninggalkan You dan Me. ______________________________________________________________________________ Alfi dan Ginta berjalan sepanjang koridor rumah sakit. ''Mau makan apa, Fi?'' ''Nggak. Gue nggak laper.'' ''Terus kenapa keluar?'' ''Gue mau cerita... Tentang Me.'' ''Hm?'' Alfi kembali menceritakan apa yang telah Me sampaikan ketika di rumahnya *** ''Hah?! Serius?'' Ginta terkejut mendengar cerita Alfi. ''Awalnya gue juga nggak percaya. Me juga kelihatannya gak serius waktu itu.'' ''Terus?'' ''Tentang You.. Gin, gue tau lo cemburu. Tapi..'' ''Iya, Fi. Gue ngerti kok'', Ginta langsung memotong perkataan Alfi. ''Gue akan ngedukung mereka.'' tambahnya. ''Makasih, Gin. Lo emang teman yang baik'' ''Tapi gue nggak nyangka deh, Fi.. Keadaan Me udah begitu dari dulu dan You nggak tau..'' ''Iya. Pasti dia nggak ingin You sedih'' ''Nah! Lo sendiri gimana, Fi?'' ''Apanya?'' ''Lo bakal ngasih tau You, nggak?'' ''Hmm.. Gue bingung. Me bilang, jangan kasih tau You. Bayangin deh! Dia ngasih tau gue yang baru dia kenal. Sementara You yang teman dekatnya dari dulu, nggak dikasih tau. Menurut lo gimana, Gin?'' ''Menurut gue.. Mungkin lebih baik kita kasih tau aja, Fi. Kalau nggak dikasih tau, kasian You.'' ''Iya juga sih.. Tapi tetap aja Me bilang jangan kasih tau. Aduuh! Kenapa jadi kita yang bingung gini ya?'' ''Iya. Harusnya kan lo doang yang bingung. Lo malah cerita ke gue. Kan gue jadi bingung juga!'' ''Biar gue ada temen bingung, Gin.ah! Kita kasih tau aja deh.'' ''Yaudah. Besok, lo ajak You jalan-jalan, Fi.'' ''Lah? Terus lo gimana?'' ''Ya kan yang ngasih tau elo.'' ''Ogah! Lo juga harus ikut!'' ''Memang kenapa?'' ''Pokoknya ikut! Besok kita bawa You ke...'' ''Eh besok kan kuliah, Fi.'' Ginta memotong ucapaan Alfi. ''Mending di kampus aja. Pas pulang kuliah.'' lanjutnya. ''Ah ide bagus! Yaudah besok di kampus. Lo harus ikut, Gin.'' ''Iya iya. Eh, Me kita bawain apa?'' '' ... . Lo mau beliin sesuatu buat Me?'' Alfi ragu. ''Iya, kenapa?'' ''Bukannya lo..'' ''Apa? Cemburu? Kesel? Nggak kok. Lagian gue belum pernah ketemu Me, masa gue langsung kesel? Dia juga lagi sakit. Ya walaupun You sama Me saling suka, tetap aja gue harus menolong mereka, kan?'' ''Gin.. Ternyata lo memang teman yang baik!'' ''Yaudah beliin apa nih?'' ''Buah-buahan aja kali ya.'' ''Yaudah yuk.'' Ginta dan Alfi berjalan keluar Rumah sakit. ______________________________________________________________________________ Hari beranjak malam. Di kamar 157 tempat Me terbaring,You masih menemani Me yang baru tersadar. Bapak dan kedua anak kecil tadi sudah pulang. Tok! Tok! Seseorang mengetuk pintu kamar itu. ''You, ini kita bawain buah-buahan buat Me.'' Alfi dan Ginta datang. ''Makasih ya.'' ''Me...'' Alfi hanya memandangi Me dengan perasaan bersalah. ''Eh iya, Me.. Ini Ginta, teman kuliahku.'' You memperkenalkan Ginta. ''Gue Ginta.'' ''Iya, gue Me.'' Me menyodorkan tangannya. ''Eh nggak usah salaman dulu. Nanti infusnya lepas.'' ''Iya hahaha'' Me tertawa pelan. Mereka bercengkrama di ruangan itu. Sementara Alfi masih ragu. Ntah apa yang harus dia katakan kepada Me karena tidak mempercayai cerita Me. Dia hanya berusaha tersenyum. ''Eh You, pulang yuk? Udah malam nih.'' ajak Alfi. ''Iya, besok kan kuliah.'' Ginta menambahkan. ''Tapi..'' ''Gapapa.. Pulanglah You.'' Me tersenyum. ''Iya, Me kan harus istirahat dulu.'' ''Hmm.. Yasudah. Me, kita pulang dulu ya.'' ''Iya. Terimakasih You. Terimakasih udah dateng Alfi, Ginta.'' ''Iya. Cepat sembuh, Me.'' Mereka pun beranjak pergi meninggalkan Me di kamar itu. ______________________________________________________________________________ Keesokan harinya. Selesai kuliah, Alfi dan Ginta mengajak You ke kantin. You masih tampak murung, memikirkan Me. ''You? Lo gapapa? Kok kayaknya sedih banget.'' Ginta membuka pembicaraan. ''Sedih? Nggak. Gue gapapa kok.'' ''Hari ini lo mau ke tempat Me lagi?'' ''Nggak, Gin.'' jawab You singkat. ''Eh kalian mau pesan makanan nggak? Lo mau apa, You?'' ''Gue nggak, Fi.'' Ginta dan Alfi saling menatap. Ginta memberi isyarat agar Alfi menceritakan yang telah Me katakan. ''You.. Emm.. Ada yang ingin gue ceritain.'' ucap Alfi ragu. ''Apa?'' ''Ini tentang Me.'' ''Me? Kenapa?''. Alfi menatap Ginta sekali lagi. Ginta mengangguk, tanda agar Alfi melanjutkan. ''Lo inget kan waktu kita ngebersihin rumah Me? Waktu gue pengen ngambil minum di dapur atas.'' ''Iya?'' ''Waktu jalan ke dapur.. Gue ngeliat bekas tetesan darah. Gue ngeliat Me. Dia mimisan gitu.'' You tak bereaksi. Dia hanya diam mendengarkan. ''Terus, gue tanya dia kenapa. Dari situ dia mulai cerita. Tentang keluarganya, tentang dia yang mengidap sakit parah sejak kecil.'' lanjut Alfi. ''Sakit sejak kecil?'' ''Iya, dia nggak cerita ke elo ya?'' ''....... Nggak.'' ''Sebenarnya Me ngelarang gue ngasih tau lo tentang ini, You. Tapi.. Mungkin lo harus tau. Me bilang, dia sakit dari kecil karna tekanan keluarganya. Juga banyak masalah lain. Ditambah lagi kecelakaan yang menimpa keluarganya. Keadaan Me semakin buruk. Penyakitnya semakin parah.'' jelas Alfi. ''..... Me nggak pernah nunjukin kalau dia sedang sakit.'' ''Mungkin dia nggak ingin lo sedih dan khawatir.'' kata Ginta menanggapi. You kembali terdiam. Pikirannya melayang jauh mendengar cerita yang disampaikan kedua temannya. ''You.. Me bilang... Waktunya nggak lama lagi.'' lanjut Alfi. ''Cukup....'' ''Dia bilang..'' ''Cukup, Fi!'' You langsung memotong perkataan Alfi. ''Kalian tau apa tentang dia!? Kalian baru kenal dia, kan? Kenapa kalian cerita begini ke gue?'' ''..... You, awalnya gue sendiri nggak percaya dan ngira Me cuma bercanda. Tapi pas lo ngasih kabar, Me masuk rumah sakit karna pendarahan otak...'' ''Fi... Cukup... Makasih ceritanya.'' You segera bangkit dari kursinya dan meninggalkan Ginta dan Alfi. ''Fi, keliatannya dia nggak percaya.'' kata Ginta. ''Gue rasa... Sebenarnya dia percaya. Tapi mungkin nggak mau nerima keadaannya. Gue yakin Me udah ngasih tau sesuatu.'' ''Terus kita gimana lagi? You malah pergi.'' ''Biarin aja, Gin. Mungkin dia butuh sendiri dulu. Yaudah kita pulang aja yuk?'' ''Hmm.. Yaudah, Fi.''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented