Rabu, 25 Juli 2012

You, Me, and Dandelion's dance 5

Langit kembali kelabu. Awan hitam mulai menyelimuti langit sore itu. ''Udah lama ya aku nggak ke rumah kamu.'' ''Iya hahaha. Kamu inget jalan ke rumahku, Me?'' ''Ingetlah, dulu kan aku suka main ke rumah kamu.'' ''Iya ya..'' mereka terus menelusuri jalan menuju rumah You. ''Hmm... Tempat ini nggak banyak berubah ya..'' Me memperhatikan rumah-rumah di sepanjang jalan. Memperhatikan detail yang mungkin berubah sejak dia pergi dulu. ''Me?'' ''Eh hujan lagi, You! Kamu bawa payung?'' ''Nggak.'' ''Yaudah ayo cari tempat berteduh!'' Me dan You berlari mencari tempat berteduh dari hujan yang mulai mengguyur lagi. Aspal yang baru mulai mengering kembali tergenang air, basah menghitam. ''Itu disana ada warung!'' You menunjuk sebuah warung makan kecil. ''Ayo kesana!'' You dan Me berteduh di warung itu. ''Huh! Jadi basah begini. Untung ada tempat berteduh.'' ''... Kamu besok kuliah, You?'' ''Hm? Iya besok aku masuk pagi.'' You merapihkan bajunya yang basah. ''Jam berapa?'' ''Jam 9an. Memang kenapa, Me?'' ''Nggak apa-apa.'' ''Oh iya Me, ada teman aku yang mau kenalan.'' ''Siapa?'' ''Namanya Alfi, teman kuliah aku. Dia Fakultas Sastra Indonesia juga loh.'' ''Alfi?'' ''Iya, dia orangnya lemot gitu. Tapi lucu terus baik. Dia suka minta aku traktir aqua gelas. Hahaha.'' You bersemangat mendeskripsikan teman kuliahnya itu. ''Hahaha kayaknya aneh ya. Kapan mau ketemu?'' ''Hmm.. Besok lusa aja, gimana? Sekalian ngebantuin kamu beresin rumah.'' ''Kamu mau ngebantuin?'' ''Iyalah. Nanti aku ajak Alfi juga, Me.'' ''Hmm boleh. Eh hujannya tambah deras, You. Kamu nggak kedinginan?'' ''Nggak'' ''Beneran?'' ''Emm..'' ''Hahaha udah, nih.'' Me menawarkan jaket yang dia pakai. ''Kok kayak di film-film ya?'' You tersenyum. ''Iya kan biar romantis hahaha. Nih jaketnya.'' ''Kamu gapapa? Nanti kamu yang kedinginan, Me.'' ''Nggak apa apa kok'' ''Nggak usah, Me. Kamu aja yang pakai jaketnya. Kan kamu juga baru pulang.'' ''Tenanglah, You. Gapapa kok.'' ''Hmm baiklah. Makasih Me.'' You mengenakan jaket yang ditawarkan Me. ''Me, ceritain tentang Canada dong.'' pinta You. ''Canada? Hm.. Gimana ya?'' Me menatap air yang mengalir deras, terjatuh dari genteng warung kecil tempatnya berteduh. ''Disana sangat berbeda dengan disini. Disana lebih tertib. Aku suka musim semi disana, bunganya bagus-bagus. Ada banyak taman yang mirip hutan ilalang.'' Me membayangkan suasana di Canada. ''Hutan? Seperti di rumahku, dong?'' ''Nggak, disana lebih bagus, luas. Dan pas musim gugur..'' Me menghentikan kata-katanya. ''Pas musim gugur kenapa, Me?'' You antusias mendengarkan cerita Me. ''Pas musim gugur, bunga dandellion berhembus tertiup angin. Itu bagus.'' ''Wah kapan-kapan ajak aku kesana, Me.'' ''Iya.'' Me tersenyum. ''Hmm keluarga kamu pasti senang ya tinggal disana.'' ''......'' Me terdiam. Pandanganya tertunduk memperhatikan genangan air yang terus diterpa hujan. ''Me..?'' ''You... Kamu tau? Tuhan nggak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya?'' ''Iya?'' ''Seandainya kehilangan juga termasuk cobaan...'' ''Apa maksud kamu?'' ''You.. Keluargaku udah nggak ada..'' ''Hah?!'' You tersentak mendengarkan apa yang baru diucapkan Me. ''Maksud kamu.....?'' ''Orang tuaku kecelakaan sekitar setahun sejak kami pindah.'' jelas Me. Wajahnya tampak muram. ''Kecelakaan? Kok kamu nggak ngasih tau?'' ''Maaf, You.. Waktu itu kami sedang dalam perjalanan di Australi. Papa yang menyetir mobil.'' Me memulai ceritanya. ''Kamu juga ada di mobil, Me?'' ''Iya. Saat itu papa dan mama lagi bertengkar. Karna emosi, papa jadi nggak konsentrasi mengemudi dan akhirnya lepas kendali. Mobil kami melaju sangat cepat di jalan tol. Ntah apa yang terjadi berikutnya, tapi aku pingsan. Baru sadar waktu di rumah sakit. Orang-orang yang membawaku kesana bilang mobil kami menabrak pembatas jalan dan terbalik.'' ''Lalu?'' You tampak antusias mendengar cerita Me. ''Dokter bilang nyawa papa nggak tertolong lagi. Mama sempat koma beberapa jam tapi...'' ''Me...'' ''...tapi akhirnya mama pergi juga.'' Me mencoba tersenyum menahan sedihnya. ''Kamu nggak apa-apa, Me?'' ''....iya'' ''Hanya karna kamu laki-laki, bukan berarti kamu nggak boleh nangis. Me, kalau kamu ingin menangis, menangislah. Itu manusiawi kok.'' You berusaha menenangkan Me. ''Iya.. Terimakasih, You.. Aku nggak apa-apa.'' ''Pasti berat ya..'' ''You.. Kamu tau kenapa seseorang di hidup kita bisa pergi? Kamu tau kenapa Tuhan memanggil orang itu?'' Me memandang langit yang masih bertahtakan awan mendung, menurunkan hujan. ''....... Kenapa, Me?'' tanya You, wajahnya antusias menunggu jawaban. '' ... . Karena begitu orang itu pergi, itu berarti kita cukup kuat untuk hidup tanpa dia. Kehilangan orang yang kita sayangi adalah ujian dan tanda bahwa kita cukup kuat untuk hidup tanpa orang itu..'' jelas Me. ''.........'' ''Suatu saat aku juga akan begitu.. Aku juga akan mening..'' ''Me, cukup... Jangan bicara lagi..'' You menahan tangisnya. Tak sanggup mendengar apa yang akan Me katakan. ''Maaf, You.. Aku ngebuat kamu sedih..'' ''Jangan ngomong itu lagi..'' '' ...Iya'' Me tersenyum menghapus air mata yang mulai turun di pipi You. *Rintik hujan yang menetes di dedaunan, menghasilkan melody yang mendekap hati.. Meski hanya satu nada itu sudah cukup.. Untuk kita bisa saling memahami.. Untuk dua orang bersatu tanpa keraguan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented