Selasa, 09 Juli 2013

Lonely Winter: Perjalanan Sia-sia

Suasana mendadak lebih sejuk. Pasti karena pendingin yang ada di mall ini. Mall Arthapura sangat terkenal di kota. Dengan fasilitas mewah dan barang-barang yang berkualitas, menjadikan mall ini salah satu mall terbaik di kota. Terbaik? Tidak juga. Harga barang-barang di mall ini tergolong mahal karena kualitasnya. Hanya saja saat ini sedang diadakan potongan harga akhir tahun. Meski begitu, tetap saja mahal.
Cleva masih berjalan di sampingku. Kami tidak sering membuat kontak mata, tapi aku bisa lihat dia menatap sekeliling mall ini dengan matanya yang berbinar. Benar-benar seperti anak kecil baru mendapat mainan terbaru.


"Lo baru pertama kali ke sini, Clev?" Tanyaku penasaran dengan gelagatnya itu.
"Nggak, gue pernah ke sini sama temen-temen gue,"
"sekarang kok gak sama temen?"
"Hah? Elo kan temen gue juga, Rig," Cleva tertawa kecil.
"Bukan itu. Maksud gue temen-temen yang lain. Kenapa lo sendirian sekarang?"
"Kenapa ya? Gue cuma mau menghabiskan waktu sendirian,"

menghabiskan waktu sendirian? Apa maksudnya?

"Kenapa sendirian, Clev?"
"lebih tenang aja rasanya,"
"Terus kenapa lo ngajak gue?"
"kenapa lo mau ikut? Lo 'kan bisa aja menolak atau kabur," Dia menjawab dengan cepat.

Benar juga. Untuk apa aku mengikuti seseorang yang tidak aku kenal? Apa untungnya bagiku? Karena dia aku tidak jadi berkeliling kota. Aku malah terdampar bersama perempuan aneh ini di pusat perbelanjaan yang sering aku datangi.
Hari itu kami tidak membeli apa pun. Hanya berjalan di antara keramaian pengunjung. Aku memperhatikan Cleva yang sedari tadi tampak antusias melihat pernak-pernik toko di mall ini.  Sepertinya dia sudah melupakan gantungan kunci itu. Ya, gantungan kunci yang memaksaku ikut bersamanya tanpa tau kenapa.
Kami berhenti di salah satu restaurant cepat saji. Tidak terlalu ramai. Setelah mendapat tempat duduk untuk 2 orang, seorang pelayan menghampiri kami.
Tidak butuh waktu lama bagiku dan Cleva untuk memesan. Kami sama-sama mengincar makanan dan minuman termurah dalam daftar menu. Sesaat kemudian, pelayan itu pergi meninggalkan Cleva dan aku.
Jujur saja, aku merasa sangat canggung dengan gadis di depanku. Ini pertama kalinya aku makan bersama orang yang baru aku kenal. Atau mungkin, aku sudah pernah mengenalnya? Atau hanya sebatas  pernah bertemu sebelumnya? Entahlah.

"Eh, Cleva?"
"Apa?"
"Kita ini pernah ketemu gak sih?"
"Hm... kayaknya gak pernah deh, Rig. Emang kenapa?"
"Bukan apa-apa kok," 
Meski Cleva bilang begitu, sebenarnya aku masih ragu. 
Perasaanku terlalu kuat untuk menyangkal bahwa kami tidak pernah bertemu sebelumnya.

Siang itu setelah makan, kami melanjutkan perjalanan tanpa tujuan ini. Karenanya, kini sudah terlambat bagiku untuk menjelajah Ibu Kota. Rencana liburanku mengunjungi museum Rajawali gagal. Menyebalkan.

Semua ini berlalu hingga sore hari. 
Aku masih tetap bersama Cleva. Hari itu aku merasa waktuku sangat sia-sia. Tak ada hal penting yang terjadi. Tentu saja selain aku yang dituduh sebagai pencuri oleh Cleva. Mungkin inilah akibat dari tidak jujur kepada orang tuaku.  Kualat. Ya, mungkin memang begitu.


Setelah puas berjalan di Mall Arthapura, kami memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Kami tidak membeli apa pun. Termasuk gantungan kunci baru untuk Cleva.
Benar-benar sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented