Selasa, 09 Juli 2013

Lonely Winter: Hari Keberangkatan


Sabtu.
Hari ini aku akan menjelajah Ibu kota. Aku sudah menetapkan destinasiku. Yaitu, Museum Rajawali.

Semalam, aku sudah menyiapkan perlengkapan untuk perjalananku. Termasuk rute yang akan kutempuh. Sebenarnya tak ada yang spesial. Hanya berkeliling seorang diri.

Aku berangkat pukul 6.55.
Agar tidak ketinggalan kereta, aku sudah harus berada di stasiun sekitar jam setengah 8. 
Jarak rumahku dengan stasiun tidak terlalu jauh.
Untuk ke sana, aku harus naik angkutan umum 2 kali. Ditambah aku harus melalui gang kecil serta pasar yang cukup ramai. Ini sangat menyita waktu di perjalanan. 
Setelah melalui kerumunan di pasar, akhirnya aku tiba di stasiun Bromo.


Ternyata kondisi stasiun ini lebih ramai dari dugaanku. Kulihat orang-orang berlarian menuju loket. Mereka berebut giliran untuk membeli karcis. Saling serobot seenaknya. Tak peduli adanya papan bertuliskan himbauan untuk mengantre. Padahal antrean di loket itu tidak panjang. Hanya sekitar 5 orang. 
Apa aku harus menganggap hal ini wajar? Budaya tidak tertib ini seolah sudah mendarahdaging di diri mereka.

Aku urungkan niatku untuk segera membeli karcis. Aku menunggu antrean sepi dari para tukang serobot.

Setelah agak sepi, barulah aku mengantre. 
"Kereta Commuter Line ke Kota, mbak," ucapku. 
Si petugas segera menyerahkan selembar tiket kereta jurusan Kota yang aku tuju.
"Keretanya berangkat jam 8 lewat 17 ya. Di jalur 4," 
"Iya, makasih, mbak,"

Kulihat jam di layar Hp ku. Jam digital itu menunjukan pukul 7.48. Berarti aku terlambat dari jadwal awalku dan sekarang aku harus menunggu cukup lama untuk kereta berikutnya.
kuhabiskan waktu menunggu itu dengan memperhatikan keadaan stasiun ini. Memang tidak seperti stasiun utama yang megah, cat dinding stasiun Bromo sudah terkelupas. Meski begitu kondisinya masih terawat. Kebersihan di stasiun ini masih terjaga. Hanya sesekali aku melihat bungkus permen dan kemasan air mineral yang berserakan.
Saat ini tidak banyak penumpang yang menggunakan jasa kereta dari stasiun ini. Mungkin karena mereka memang telah  pergi ke kampung halamannya masing-masing.
Tepat pukul 8.15 bel stasiun berbunyi. Operator stasiun mengumumkan kedatangan kereta yang akan aku tumpangi. tanpa basa-basi, aku langsung masuk ke dalam gerbong dan mencari tempat duduk. karena keadaan yang cukup sepi, dengan mudahnya aku mendapat tempat duduk.

Beberapa saat kemudian, kereta berangkat. Menyisakan beberapa kursi yang belum terisi. Dari jendela di sebrang dan belakangku, aku dapat menikmati pemandang di sepanjang perjalanan. Meski hanya pemukiman kumuh mau pun jalan raya biasa, aku tetap menikmatinya. 
Untuk sampai di museum yang aku tuju, aku hanya perlu menumpang kereta ini melewati 9 stasiun sampai akhirnya tiba di stasiun Kota. Sisanya aku tinggal berjalan kaki.

Belum terlalu lama sejak kereta melaju dari stasiun tempat tinggalku, kini kotak transportasi ini mulai melambat. Menandakan siap berhenti di stasiun kedua.
Begitu pintu kereta terbuka, penumpang yang telah menunggu di stasiun ini memasuki gerbong. Kali ini cukup ramai. kursi di gerbong tempatku duduk sudah terisi penuh. Beberapa penumpang terlihat berdiri karena tidak mendapat kursi.
Setelah semua penumpang naik, kereta kembali melaju. Menuju stasiun berikutnya. Stasiun Ganesha.
Di stasiun Ganesha, penumpang semakin ramai. Mereka mulai berdesakan di dalam gerbong yang seolah kian menyempit ini. Aku tidak bisa lagi melihat pemandangan dari jendela di depanku karena terhalang penumpang yang berdiri. Ini menyebalkan. Aku tidak menyangka akan seramai ini. Padahal menurut berita di tv, kereta lokal akan sepi penumpang. Tapi kenyataannya tetap saja ramai.
Di stasiun-stasiun berikutnya keadaan tidak berubah. Bahkan bertambah ramai. Lebih banyak penumpang yang naik dari pada yang turun.
Kali ini kulihat seorang nenek yang sudah agak bongkok memasuki gerbong. Beberapa penumpang memperhatikannya. Termasuk aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented