Rabu, 07 Agustus 2013

Lonely Winter: Walk On Your Path

Beberapa waktu berikutnya aku mencoba lebih memahami Cleva. Melakukan perjalanan seorang diri tanpa tujuan. Aku ingin tau apa yang dia rasakan.

Aku mengunjungi tempat yang pernah dia ceritakan. Pemandian air panas dan yang lainnya. Tidak banyak yang bisa aku lakukan seorang diri di tempat semacam ini. Aku hanya berkeliling memandang hamparan alam hijau dari puncak bukit kapur yang dulu dia bicarakan. Memang tenang rasanya. Melepas penat dari rutinitas kehidupan. 
Aku bisa menghirup udara segar dan memperhatikan pengunjung lain. Senang rasanya, tapi tanpa Cleva.. ini tidak sempurna.

Aku juga pergi ke museum Rajawali. Sudah 9 bulan sejak terakhir aku ke sini. Patung burung besar yang dulu kulihat di pintu masuk masih tetap sama. Masih menganga dengan gagah berani. Begitu pula dengan ruangan koleksi museum Rajawali.

Aku memasuki ruang pepohonan. Ruang pertama dari serangkaian ruangan di museum ini. Tidak ada yang berubah. Tidak ada tambahan atau pengurangan spesies dari kunjungan terakhirku. 
Aku memperhatikan mahluk hidup hijau itu. Dulu aku hanya melihat strukturnya. Tapi kini, seperti Cleva, aku mulai mempelajari keterangan dari apa yang aku amati.

Di ruangan berikutnya pun begitu. Ruangan yang dipenuhi hewan. Mulai dari yang biasa aku lihat hingga jenis yang langka tak luput dari pengamatanku. Terkadang aku menemukan fakta aneh dari spesies yang sudah punah. Dulu aku hanya sekedar melihat bentuk mereka. Tapi sekarang aku coba mempelajari koleksi fauna di museum Rajawali.
Aku memasuki ruangan dengan kumpulan serangga. Tidak terlalu banyak pengunjung di ruangan ini. Hanya orang tua dan beberapa remaja yang mungkin seusiaku.
Berbeda denganku mereka tidak pergi seorang diri. Dari ruangan ini aku bisa melihat mereka belajar bersama, bercanda, serta mengambil potret diri mereka. Mendengar tawa mereka di tengah kesendirianku. Aku coba untuk tak acuh. Ku lanjutkan langkahku  hingga berada di depan satu koleksi serangga bersayap lebar. Kumpulan kupu-kupu.
Salah satu jenis serangga cantik itu menarik perhatianku. Kupu-kupu bulan sabit. Serangga yang hidup di puncak gunung. Cantik.. seperti Cleva.
Sesaat pikiranku kembali  ke hari kunjunganku bersama Cleva. Saat dia memberi tau arti namanya. Cresentia Cleva.. bulan sabit di puncak gunung. Nama yang cantik seperti dirinya. Andai dia ada di sini.. Apa yang akan dia katakan? Dia pasti akan membuatku salah tingkah dengan senyumannya lagi. Lalu dia akan kembali membahas berbagai fakta tentang flora dan fauna yang baru dia pelajari. Atau sekedar memandang sekelilingnya dengan raut wajah polos. Itulah Cleva. Seorang perempuan aneh dari mimpiku.
Cukup lama aku di ruangan serangga. Kini aku menuju replika gua tempat manusia purba. Relief di dinding serta tanaman rambat menjadikan semua terlihat nyata. Di kiri dan kanan gua berjejer patung manusia purba yang disesuaikan dengan kelompoknya. Lengkap dengan peralatan kuno yang dulu mereka gunakan. Ada juga tulang belulang yang ditata rapih termasuk sebagian kerangka dinosaurus. Sebagian menarik perhatianku. Misalnya tengkorak dinosaurus bertanduk yang ditemukan di Mojokerto. Bentuk tengkoraknya yang lebar dan kokoh membuatku membayangkan seandainya tengkorak itu digunakan sebagai perisai saat bertempur. Pastilah pasukan yang memakainya akan terlihat lebih hebat. Tapi itu hanya imajinasi. Hanya ada di pikiranku.
Aku selesai menjelajah museum Rajawali. Berikutnya aku memutuskan menuju restauran tempat dulu aku beristirahat dengan Cleva. Aku duduk di kursi yang sama.

Tak ada yang berubah selain orang-orang di sekitarku. Dan bangku kosong yang tergeletak di hadapanku. Dulu seorang perempuan murah senyum dan menyukai petualangan pernah duduk di sana. Dengan mata yang sedikit tertutup poni memandang ke arahku penuh rasa ingin tau. 
Dia mengusik sesuatu tentang mimpi yang telah ku lupa dan menceritakannya kembali dengan lengkung halus di bibirnya.


Pandanganku beralih pada barang elektronik yang sedari tadi aku genggam. Jemariku sibuk menekan berbagai tombol di layar. Aku kembali membuka folder foto yang sudah ratusan kali aku lihat. Foto bersama keluarga dan teman-teman. Setiap kali aku mulai merasa penat seorang diri, foto-foto inilah yang menjadi pelarianku untuk membunuh waktu. Sebenarnya ini kulakukan hanya agar aku terlihat memiliki kegiatan.  
Setelah foto, kini pesan singkatlah yang menjadi incaranku. Aku sering membaca percakapan yang menarik berulang-ulang. Mungkin bukan percakapannya, melainkan seseorang yang menarik yang berkirim pesan denganku. Tentu saja orang itu adalah Cleva. Aku tidak ingin lagi menyangkal perasaanku. Saat ini aku rindu pada gadis itu.

Aku coba menghubunginya. Tidak satu pun nada sambung yang terdengar. Sudah 5 kali kucoba dengan hasil yang sama. Panggilanku terputus begitu saja. Mungkin handphonenya mati.
Kembali aku amati sekelilingku. Tidak ada yang ingin aku lakukan lagi. Aku memutuskan untuk kembali ke rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented