Minggu, 30 Agustus 2015

Downsanian 5

Assalamualaikum, blogs! :3

Hai! Tenang, Kabar gue baik-baik aja. Sebenernya lagi pilek sih. Terus gak ada yg nge-gws-in -_-. Tapi ada yg nyuruh gue minum obat kok.

Untuk kalian, para silent readerku, gue harap kamu baik-baik luar biasa. Jaga kesehatan ya.. Soalnya lagi musim kemarau. Dan katanya sih ada El Nino. Tau gak apa itu El Nino? Itu fenomena alam naiknya suhu air laut di pacific. Efeknya bisa kemarau, udara kering, suhu dingin tiba-tiba dan lain-lain. Tapi itu gak ada hubungannya dengan post ini. Gue cuma mengingatkan untuk menjaga kesehatan kamu-kamu aja :)

Baiklaaaah!
Judul post kali ini adalah... Downsanian 5. Huuuft... Downsanian lagi downsanian lagi.. -_-
Bosen gak sih? Gapapalah ya? Soalnya gue pengen merubah sesuatu. Dulu waktu kecil gue pernah bercita-cita untuk memberi pelajaran dan merubah dunia. Eh bukan waktu kecil deng, itu pas gue mau bikin blog ini. Jadi blog ini suatu saat mungkin bisa merubah dunia. Dimulai dari merubah diri gue, merubah pembaca, merubah masyarakat, lalu merubah dunia. Tentu saja dengan pemikiran yg lebih baik. Mudah-mudahan bisa!

Jadi di downsanian 5 ini gue ingin membahas salah satu kebiasaan buruk remaja hingga dewasa dan juga salah satu kelemahan gue sendiri: Berpendapat. Atau mengkritik. Atau beragumentasi. Atau mengutarakan pikiran dan perasaan. Oiya ini berpendapat yg sekaligus menghina ya. Bukan berpendapat yg baik aja.

Berpendapat itu hak setiap manusia. Mengkritik itu juga hak kita tapi harus sopan. Kita udah bisa berpendapat mulai dari kecil hingga sekarang. Mulai dari argumentasi awal "Ya" atau "tidak", "setuju" atau "tidak setuju" hingga bisa memberikan alasan dari pilihan kita. Dari mulai minta permen waktu kecil hingga minta kenaikan gaji. Keterampilan berpendapat ini semakin terlatih kalau kita ikut organisasi. Soft skill namanya.

Gue mengagumi orang-orang yg jago berpendapat, aktif dan dinamis. Soalnya menurut gue mereka orang-orang yg peduli dengan lingkungannya. Peduli dengan keadaan di sekitarnya. Beda sama gue yg lebih sering diam dan gak terlalu peduli. Hanya pikiran gue aja yg bergejolak saat ngeliat ada penyimpangan. Tapi gue belum bisa dan mau serta berusaha melakukan sesuatu.

Well, i did something with my blogs, actually. I show you my opinions through my posts. I know it's not enough. Still, i hope we could change to be better.  Jadi untuk saat ini gue belum bisa jadi orang yg gue kagumi melalui aktif berpendapat. Tapi gue tetep suka diri gue kok.

Tapi, blogs, sehebat-hebatnya orang yg berpendapat, lebih hebat lagi orang yg bisa menjaga emosinya saat dia kalah. Maksud gue adalah orang yg gak gampang marah saat kalah. Jadi dia menerima kekalahannya dan belajar lebih baik lagi. Tapi yang kebanyakan terjadi adalah mereka justru menghujat, memaki, menghina dan berusaha  menjatuhkan orang yg mengalahkan pendapat mereka. Padahal itu malah menjatuhkan diri sendiri.

Ini terjadi dalam banyak hal. Misalnya beberapa waktu lalu saat input mata kuliah di website kampus gue. Jadi ceritanya di upn ada kurikulum baru 2015. Udah disosialisasiin sih. Tapi pas eksekusi input matakuliah itu sistemnya bermasalah. Banyak mata kuliah yg belum keluar. Sistemnya error. Alhasil kami harus menunggu sekitar.. 5 jam tanpa kepastian kapan bisa input matkul. Jadi kami menunggu dan siaga di depan laptop masing-masing. Soalnya input matkul itu kan harus rebutan.

Nah, dalam penantian tanpa kepastian itu gue ngeliat grup line. Grup line gue rame. Rame sama mereka yg berargumen  dengan marah-marah dan ngehina kampus. Kata-kata kotor yg menghujat itu dilontarkan agar mereka terlihat seperti korban. Agar mereka terlihat jadi pihak yg dirugikan. Dan orang yg beragumentasi dengan cara menghina ini banyak yg dukung loh. Ya wajar sih.. Biasanya pihak yg dirugikan adalah pihak yg benar. Padahal mah nggak. Jadi mereka semacam terprovokasi gitu. Di grup itu mereka bilang,
"udah bakar aja ***"
"Petugasnya kayak ******"
"*** gak siap untuk berubah"
Dan kata-kata lain yg sifatnya negatif. Rusuh. Kayak demonstran.

Kalian termasuk gak? Well, Reaksi wajar dari orang yg marah. Gak cuma remaja, orang dewasa juga sama. Tapi yg gue lihat anak-anak gak begitu.

"Lalu dengan berpendapat kayak gini, maksudnya lo mau membebaskan diri lo supaya gak dianggap sama dan lebih baik dari mereka, dit?"

Jawabannya: Iya.
Gue gak mau disamain sama orang yg rusuh dan mengungkapkan emosi negatif dengan kata-kata kotor. Gue gak bilang gue udah lebih baik dari mereka tapi dalam kasus ini gue ngerasa lebih baik dari mereka.

Gue juga marah, kesel dan kecewa dengan sistem input yg error itu. Tapi gue berusaha untuk gak menghujat atau memaki. Membenci, mendendam, dan mendengki di dalam hati mungkin iya, ini kelemahan gue karena gue kadang susah berpendapat secara langsung.  Tapi dengan melihat apa yg orang-orang ungkapkan dengan kata-kata kotor itu gue berpikir, gue gak boleh kayak gitu. Gue harus jaga pikiran dan hati gue sendiri. Gue gak mau jadi orang mainstream. Gak mau jadi orang biasa kebanyakan. Ngapain jadi orang biasa yang sering menghujat dan mengutuk keadaan? Ngapain jadi orang mainstream di zaman yg mulai rusak ini?

Jadi orang yg gak terkenal tapi mampu merubah keadaan jadi lebih baik itu lebih keren dari orang terkenal yg rela terbawa arus pergaulan demi popularitas yg merusak moral.

Oiya kasus serupa udah banyak terjadi dimana-mana loh. Kebanyakan di f*c*book. Pernah liat foto pejabat yg sifatnya provokasi dan isi komentarnya cuma hinaan?
Atau pernah liat komentar dari orang yg debat agama dan saling menyalahkan yg juga menghina?
Atau mungkin juga pernah liat orang yg berusaha berubah lebih baik tapi malah dihina?
Atau mungkinkah kita salah satu dari orang yg memberikan komentar berupa hinaan tersebut?
Jangan sampai ya..
Selain bisa dipenjara karena mencemari nama baik seseorang, menghina dengan kata-kata kotor itu memperlihatkan isi pikiran kita. Gak mau kan orang lain menilai diri kita buruk?

Berpendapat itu boleh kok. Mengkritik juga boleh tapi usahakan yg sifatnya membangun. Kalau gak bisa, paling tidak jangan menghina dengan kata-kata kotor. Kalau gak bisa juga, mending diam aja deh.

Tapi blogs, sumber pemikiran gue tentang argumentasi itu gak cuma dari komentar di status itu. The thing is...
Yang jadi masalah utama dari downsanian kali ini adalah: Argumentasi penghinaan dan kata-kata kotor ini gak cuma terjadi saat kalah berpendapat atau melihat suatu keburukan aja. Ini terjadi dan hal wajar dalam kehidupan sehari-hari!

Gak percaya? Gue tanya kalian,
Mana yang lebih sering keluar dari lisan kalian, kata-kata: "anjing, bego, tolol, anjrit" dan sebagainya atau "astagfirullah, subhanallah, masyaAllah, insya Allah"?

"Adit, lo kok membandingkan kalimat Allah dengan kata-kata kotor gitu sih?"

Ya karena ini memang gak sama!
Orang yg terbiasa mengucapkan kalimat dzikir gak sama dengan orang yg sering ngucapin kata-kata negatif itu. Sekali pun sama-sama manusia, sekali pun sama-sama punya akal dan pikiran, sekali pun sama-sama punya hati nurani, tapi mereka gak sama.

Manusia yg positif dicintai dan yg negatif dibenci. Yg positif menggunakan pikiran untuk kebaikan dan yang negatif untuk menghina, ngatain dengan sebutan binatang. Padahal binatang aja gak pernah ngehina binatang lain. Yg postif nuraninya dibuka yang negatif tertutup.

Ini bener-bener terjadi di sekitar kita. Di televisi? Kalian pasti tau acara komedi dan musik zaman sekarang kayak apa.
Di usia remaja? Banyak bangeeeeet!
Di usia anak-anak? Mulai banyak banget!
Di usia dewasa? Alhamdulillah, sedikit. Setidaknya itu yg gue tau.

Gue sendiri belum bisa merubah mereka secara langsung. Gue masih jadi seorang pengecut yg gak berani berpendapat untuk merubah keadaan jadi lebih baik. Cuma lewat blogs aja. Karena itu gue harap ini bisa merubah dunia.

Blogs, mulutmu harimaumu.
Kata-kata yg keluar dari lisan kita mencerminkan apa yang ada di pikiran kita...

...kecuali kamu adalah seorang pembohong..

Assalamu'alaikum :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented