Rabu, 26 Maret 2014

Jati Diri Terkuat

Assalamu'alaikum, dear blogs :)

oke oke. Lama gak jumpa. Seperti biasa, gue akan dan harus nanyain kabar kalian dulu. Walaupun gak ada yg jawab sih -_-. Yaudahlah ya.

Apa kabar kalian semuaaaa?! Suaranya manaaaa?!
Sehat kaaaaaan?!
Yang di belakang sanaaaa?!

krik banget -_-.

udah ah basa-basinya.
Mending langsung ke topik yang mau gue bahas aja ya? Yuk, cus...!

Ini sebenarnya bisa dibilang lanjutan dari Opened HL-key dan Too Much Love Will Kill Love. Udah baca belum? Jadi itu tuh tentang pacaran-pacaran gitu. Ya sudut pandang gue tentang pacaran. Secara, gue adalah seorang remaja yang belum beruntung untuk mendapat kekasih muda -_____-. Daripada nganggur gak bisa jadi pelaku pacaran, mending gue jadi pengamat orang pacaran -__-.

Sebagai seorang remaja nih ya, Apa sih arti punya pacar buat kalian?

"Pacar itu... ya kamu..!" -_____-
"pacar itu penyemangat hidup, dit"
"pacar tuh calon istri."
"pacar itu calon mantan, dit" -_-.

Yah mungkin tiap orang berbeda-beda. Ada alasan dibalik orang-orang pacaran. Ada yang bilang pacar itu sebagai penyemangat belajar. Bener gak? Kalo menurut gue sih malah bikin males. Soalnya bawaan kita tuh jadi pengen ngobrol sama pacar terus. Jadi males belajar.

Ada juga yang mungkin pacaran itu buat main-main aja. Emang cuma main-main sih. Kalo serius mah nikah.

Ada juga yang alasan pacarannya tuh gengsi. Temen-temennya punya pacar semua yang cantik-cantik, setia, baik, dan kriteria baik lainnya. Terus dia mencari pacar juga biar gak dibilang jomblo. dengan prinsip "Walau pun kriteriannya pas-pasan yg penting pacaran" -____-.

atau karena semua temennya jomblo dan dia mau menaikan kasta dirinya. Pengen membuktikan kalau dirinya laku gak kayak temennya. Ada lah ya yang begitu.

Ada juga yang pacaran ya beneran dari rasa sayang. Rasa saling memiliki, menjaga, rela berkorban, percaya dan setia serta cinta. Idaman banget gak sih?

Yaaa sebagai seorang manusia yang beranjak dewasa, kita sedang transit pada sebuah fase yang disebut "remaja". Fase remaja ini katanya fase atau masa yang paling indah. Masa dimana kita bisa mencari pengalaman, senang-senang, pacaran, ngumpul sama teman, dan mencari jati diri.

Sebagai seorang remaja gue pun begitu. Gue mencari pengalaman dengan mencoba hal-hal baru. Contohnya... ngerakit gundam -_-, nyari batu, baca buku di taman, wisata kuliner, sama nulis pola pikir gue tentang dunia ini dalam sebuah buku kecil yang niatnya sih suatu saat pengen gue terbitin dengan judul "The Biggest Little Thing". Insya Allah suatu saat bisa ya.

Selain pengalaman, layaknya remaja, gue seneng-seneng. Merasakan gemerlap dunia malam. Bukan, gue bukan ke diskotik -_-. Gue ke kosan temen, ngerjain tugas sampe begadang -_-.

"kalo soal pacaran gimana, dit?"

Hmmm... there's something i want you to know and learn.

Seperti yang kalian tau, sebagai remaja, hidup tanpa pacar itu rasanya hampa. Ada yang kurang. Kurang perhatian, kurang kasih sayang, kurang dirindukan, kurang asupan gizi. Pokoknya rasanya kayak... i'm incomplete without her/him.
makanya kadang iri ngeliat temen pacaran, kadang seneng ngeliat mereka putus -_-. Kadang bahagia melihat temen kalian bahagia, kadang harus menelan pil pahit melihat orang yang kalian cinta bukan bahagia karena diri kalian.

Gue sendiri... jujur aja, sebenernya iri kalo ngeliat orang pacaran. Sebagai seorang yg demen sendirian, tentunya gue juga kangen dengan semua perasaan saat pacaran. Perhatian, bercandaan, ucapan gombal yg mengatasnamakan cinta, dan semua hal indah di sana. Pengen  bisa sharing berbagai hal dengan bumbu kasih sayang lagi, pengen bisa saling merindukan lagi, ngeliat ada ucapan "goodmorning, adit :)" bukan "good morning sahabat Line :*" -__________-. Kampret emang itu. Ya intinya gue kangen masa-masa pacaran itu.

Karena itu gue mencari seseorang yg spesial. Seseorang yg bisa mengisi hari-hari gue. Seseorang yang bisa menarik gue dari jurang kesendirian di samping gedung rektorat. Seseorang yang bisa membuktikan perasaannya dengan nyata, bukan pake sticker -_-.

Tapi, blogs, dalam sebuah pencarian yang mulai menampakan titik-titik cahaya harapan, gue dihadang satu pertanyaan.

"Katanya muslim, kok pacaran? Komitmennya mana sebagai seorang muslim?"

pertanyaan itu muncul begitu saja dibenak gue. Gak tau kenapa. Gue langsung bingung harus apa. Harus jawab gimana coba? Yang nanya tuh diri gue sendiri. seandainya kalian adalah gue, bisa gak kalian menjawab pertanyaan itu? atau kalian bakal melakukan pembenaran atas tindakan kalian sebagai remaja? 

dari pertanyaan itu, gue mikir,
"Sebenarnya apa artinya kita beragama islam? Apa artinya kita mengaku muslim kalau tindakan kita kayak nonmuslim?"

Muslim itu bukan sekedar syahadat, shalat, zakat, ngaji, puasa, haji.

Muslim itu terkenal dengan akhlaknya. Persaudaraan, adab terhadap manusia, adab ke lingkungan,  juga adab ke lawan jenis. Dan di adab terhadap lawan jenis, gak ada yg namanya pacaran. Gak ada ngumbar kasih sayang yang mengarah ke maksiat. Kecuali kalau udah menikah.

Gini, blogs. kalau gue perhatikan kegiatan dalam pacaran yang sayang-sayangan, pegangan tangan, dan seterusnya itu kan baru boleh dilakukan setelah nikah. Tapi ini dilakukan ketika pacaran. Ibaratnya tuh ya pacaran itu kayak nikah. Turun banget kasta dan makna pernikahan.

Di zaman sekarang, kalo kita udah pacaran hal-hal itu semua dianggap boleh dilakukan. Wajar dilakukan. Dan dianggap memang begitulah seharusnya orang yang  pacaran. kalau gak begitu pacarannya gak seru, ngebosenin, gak ada bedanya sama temenan. Iya gak sih?

Dari situ gue kembali berpikir. Kalau pacaran itu dianggap pernikahan, hubungan pacaran dianggap tali pernikahan yang sah dan menghalalkan yang haram maka kasta manusia akan semakin rendah. Kenapa? Kalian tau sendiri, orang pacaran banyak gonta-ganti pasangan. Manusia jadi kayak hewan yang cuma punya kelebihan  akal. Yang gue tau paradigma tentang pacaran, kebebasan ini datengnya dari wilayah barat kaum liberal. Yang mana mereka punya misi untuk menghancurkan umat muslim. Dikatakan mereka iri melihat peradaban muslim yang tinggi dengan akhlaknya yang mulia. Yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Maka mereka mengajarkan liberal ke dunia. Dampaknya? Yang paling mudah kena ya kita, kaum remaja. Fase yang paling labil, fase tempat mencari jati diri, dan semua kesenangan dunia.
Bener gak?

ajaran liberal itu emang keliatan menyenangkan, tapi itu menghancurkan. kalo soal itu gue rasa kalian juga tau lah. Masalah kedua belah pihak ini udah menciptakan perang. Kemanusiaan bakalan hilang.

Suatu saat mungkin kebaikan akan terlihat asing. Dan keburukan terjadi dimana-mana dan dianggap wajar.

Kayak yang tadi gue bilang, manusia seperti hewan yang punya akal. Padahal manusia itu kodratnya mulia dan paling baik penciptaannya. Tapi nilai derajat manusia berubah begitu dia mencintai dunia.

Tolong jangan merobek akhirat, untuk menambal dunia.

Blogs, gue gak bermaksud untuk mendakwahi atau gimana. Gue cuma sharing tentang sudut pandang gue  tentang fenomena pacaran pada kaum remaja. Statement gue di atas didasari pada pertanyaan gue, pola pikir, buletin islam dan buku. Terserah kalian sih mau setuju atau tidak. Tapi coba direnungkan sejenak. Untuk kita yang mengaku sebagai muslim. Kalau gak sempet direnungkan juga gapapa kok. Santai aja.

Blogs, gue ini seorang remaja. Jujur aja gue juga pengen semua kesenangan dan kenikmatan di masa remaja. Pengen rasanya punya pacar. Pengen banget.
Tapi... gue juga seorang muslim. Ini identitas dan jati diri gue yang terkuat.

Blogs, Gue rasa gue menemukan alasan untuk memilih tetap sendiri..

Assalamu'alaikum :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented