Selasa, 30 Desember 2014
Sepotong Dunia Semu
Minggu, 21 September 2014
Catatan Buku Biru: Laba-laba Mimpi
Sabtu, 20 September 2014
Againts The Pressure!
Rabu, 03 September 2014
Sebuah Sudut Tentang Mereka
Kamis, 28 Agustus 2014
Cintaku Seperti Ilmu Tajwid
Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati diantara
idgham billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada…
Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti
Idzhar, jelas dan terang…
Namamu ibarat ikhfa bagiku, selalu mendengung-dengung
ditelingaku…
Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika
aku bertemu dirimu, itu disebut cinta…
Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu
seperti Idgham mutamaatsilain…melebur jadi satu.
Cintaku padamu seperti Mad Lazim, Paling panjang di
antara yang lainnya…
Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti
Qalqalah kubro.. terpantul-pantul dengan keras…
Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti
Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu..
Sayangku padamu seperti mad thobi’I dalam Al-Qur’an…
Buanyaaakkk beneerrrrr….
Semoga dalam hubungan kita ini seperti idgham
bilaghunnah yang cuma berdua, lam dan ro’ ..
Meski perhatianku ga terlihat seperti alif lam syamsiah,
namun cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca
jelas…
Kau & aku sepeti Idgham Mutajanisain..
perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan
sifatnya…
Dan layaknya huruf Tafkhim, Namamu pun bercetak tebal
di fikiranku..
Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad
aridlisukun..
Subhanallah…
Sungguh bahagia insan yang telah menemukan cinta
sejatinya, mereka ibarat tasbih & benang pengikatnya yang
terajut menjadi satu untaian yang selalu disentuh satu demi
satu oleh insan mulia yang bibirnya basah akan cinta
kepada Rabb-Nya..
(Dinukil dari group WA)
Mengapa Do'a seorang hamba belum dikabulkan?
Legends of 90s
Kamis, 07 Agustus 2014
Cerita Dalam Buku Biru
Senin, 04 Agustus 2014
Beni - One more time, One more chance (English cover)
Before I can ever forgive myself
Do you know how much more pain I must endure
Before I can ever see your face again
One more time - Tell me why the seasons keep on changing
One more time - Missing all the times that we shared as one
All those times when we used to argue back and forth
I always just let you have it your way
What kind of spell did you cast on me
I even loved all of your selfish ways
One more chance - When I find myself lost in those memories
One more chance - I don't know where to go or where to land
It doesn't matter where I am because
I can't help but look for you everywhere
On the station platform, in the alley windows
I keep fooling myself thinking I might find you there
Never thought I would wish upon a star
I just want to be there by your side
There's nothing that I won't do, I'd give up everything
Just to hold you in my arms, one more time
If all I wanted was just not to be alone
I should be happy with just anyone
But tonight the stars are hanging by a thread
And I can't lie to myself anymore
One more time - Tell me why the seasons keep on changing
One more time - Missing all the times that we shared as one
It doesn't matter where I am because
Can't help but look for you everywhere
At the intersection, even in my dreams
Knowing there is no way you would be there
If I could just believe in miracles
I would do anything to show you now
In the morning light, completely new me
I'd tell you what I couldn't say before "I love you. "
Memories of our summers together ooh
Our beating hearts were heard no more
It doesn't matter where I am because
Can't help but look for you everywhere
The morning sun rises, city of Sakuragi
I keep fooling myself thinking I might find you there
Never thought I would wish upon a star
I just need you right here by my side
There's nothing that I won't do, I'd give up everything
Just to hold you in my arms, one more time
It doesn't matter where I am because
Can't help but look for a trace of you
At every corner store, in the newspaper
Knowing there is no way that you would be there
If I could just believe in miracles, I would open my heart up once again
In the morning light, a completely new me
I'd tell you what I couldn't say before "I love you. "
It doesn't matter where I am because
Can't help but to search for your smile
At the railway crossing, watching the trains pass by
Even though there's no way that you'd be there
If I could live my life all over again, I would be with you for all time
There's nothing else in this world I want more than what I had
There would never be anything but you that I would ask for..
Ini Move On Versi Gue!
Apa kabar kalian semua?!
Jangan dijawab "kabar gembira untuk kita semua~" -_-. Nanti blog gue tercemar.
oiya, gue mau mengutarakan *kenapa bukan membaratkan, menimurkan, atau menyelatankan ya?* perspektif gue tentang masalah yg basi banget tapi masih panas, sudah menjamur tapi gak pernah diberantas, bikin susah tapi malah dinikmati. Ada yang tau ini tentang apa? Yap, Move On.
Rabu, 16 Juli 2014
Romansa di Yogyakarta
Really..
wilayah yg terletak di pulau Jawa agak-agak nyerempet ke selatan ini terkenal dengan sebutan kota pendidikan. Tau gak kenapa? gue sih gak tau. Mungkin karena banyak universitas di sini kali ya. Yogyakarta juga terkenal dengan makanan khasnya yang warnanya coklat-coklat manis gitu, yaitu Sirloin steak -_-. hanya saja dagingnya dari buah nangka. Kalo bahasa lokalnya disebut Gudeg. Oiya, jangan lupakan oleh-oleh khasnya juga yg terbuat dari tepung yg dibentuk bulet-bulet berisi kacang hijau. kalo ini kalian pasti tau. Yap, Onde-onde. Rasanya enak. Kayak Bakpia' gitu.
Sabtu, 26 April 2014
An ordinary first step
Assalamu'alaikum, dear blogs :)
harusnya gue nyebut "dear" cuma ke urf aja tapi gapapalah -_-.
blogs, gue mau cerita. Ini sebuah pengalaman yang... biasa aja sih. Tapi mungkin layak buat gue share dan mudah-mudahan bisa membuat pengetahuan kalian sedikit bertambah ya.
Oke, jadi beberapa waktu lalu, tepatnya 2 minggu yang lalu, gue mengikuti suatu perhelatan akbar yang diselenggaran sebuah organisasi islam ditingkat regional Yogyakarta. Nama organisasinya KAMMI. singkatannya apa? Gak tau. Gue gak nanya -_-. Perhelatan akbar yang gue ikutin itu berupa lomba menulis artikel. Temanya tentang Pemuda Indonesia.
Jadi dari tema tentang pemuda itu kita disuruh milih 1 subtema: Apatisme Pemuda dan Moral Bangsa atau Semangat Kebangkitan Pemuda. Kalau melihat dari post berlabel "point of view" di blog ini, kalian pasti tau gue bakal milih apa. Yap, Apatisme Pemuda dan Moral Bangsa. Secara, kalo udah ngomongin masalah moral bangsa gue bakal nyerocos tentang Downsanian. Biasanya kan gue cuma ngomongin mereka di blog, nah sekarang gue punya kesempatan untuk mengenalkan mereka di depan orang banyak. Yeay..!
Lomba menulis ini adalah kali pertama lomba menulis yang gue ikuti selama gue idup. So, i'm lack of experience. soalnya dari dulu gue ikutnya Olim. Disitu gak ada nulisnya, apalagi tentang pendapat kita tentang generasi muda. Bayangin, gue ikut Astronomi. Gue harus bicara tentang Generasi muda dari ras apa? Alien? -___-.
Untuk pembuatan artikel ini dikasih waktu 5 hari. Maksimal 4 halaman. Oke, gak masalah. Gue membuat artikel berjudul "Dari Generasi Penerus Menjadi Generasi Perubah". Isinya, jujur aja, buat gue ngebosenin. Entah kenapa artikel gue lolos seleksi dan masuk 10 besar dari sekian banyak peserta yg berjumlah 16 orang. Bangga? Dikit -_-.
Di artikel itu gue membahas apa sih Apatis itu? Apatis tuh tidak punya perasaan. Tidak punya ketertarikan, kepedulian, dan empati terhadap suatu objek permasalahan. Untuk lebih jelasnya silakan baca Downsanian 4.
Setelah gue lolos seleksi 10 besar, gue masih harus mempresentasikan karya gue. Huft -_-. Gak masalah juga sih sebenarnya cuma ini kan Public Speaking. Gue bener-bener kurang pengalaman untuk berbicara serius di suatu forum resmi. Jangankan di forum, di depan orang banyak kalo gue ngomong terlalu serius bawaannya gue jadi pengen nangis -_-. Gak tau kenapa. Makanya gue jarang ngomong serius. Biasanya gue suka ketawa sendiri kalo lagi ngomong biasa gitu. Biar lebih santai. Tapi saat itu justru gue agaknya lagi serius. Kalo gue keliatan lagi serius biasanya gue dalam tekanan. Dan kalo gue keliatan lagi dalan tekanan, seriously, jangan mendekat! Leave me alone! You don't wanna get hurt, do you?
balik ke masalah public speaking tadi. Semua peserta ini sudah mendapat pelatihan presentasi yang menurut gue sangat bagus. Di pelatihan itu kami diajarkan intonasi itu penting untuk mempengaruhi Audiences. Penguasaan Materi, masalah teknis, gerak-gerik kita, penekanan atau penyimpulan masalah, terus pengulangan inti materi semuanya itu penting agar presentasi kita bisa diterima Audience. Terus kita juga harus latihan presentasi dulu sebelum tampil agar gak lupa dengan apa yg mau dibahas dan bisa mengatasi demam panggung nantinya.
Dari situ gue mempersiapkan diri. Gak juga deng. Gue cuma menyiapkan PPT aja. Gue gak latihan presentasi. Gue gak mau ngomong sendiri di depan cermin ngebahas moral generasi muda indonesia. Kenapa? takut naksir orang di depan cermin -_-. Lagian juga apa yg mau gue presentasiin pun udah ada di benak gue. Mereka terangkai jadi fragmen kalimat-kalimat membara yg siap gue ungkapkan di forum nantinya. Jadi point-point yg mau gue sampaikan tuh udah ada di pikiran gue. Tapi bodohnya gak gue tulis secara nyata. Gue biarkan aja mereka jalan-jalan di pikiran gue. Hal ini berdampak di hari H. Ketika gue presentasi. Mental gue gak siap.
Gini, blogs, saat kita ingin tampil di depan publik, khususnya di forum gitu, jangan persiapkan diri kita 100%. Kita butuh lebih. Persiapkan 125%. Kenapa? Karena kesiapan kita saat latihan dan saat tampil itu agaknya berbeda. kalo kalian 100% siap saat latihan, begitu tampil kesiapan kalian bakal turun jadi 70%. itu karena mental kita gak siap. Efeknya jadi demam panggung. Bener gak? Ini yang terjadi ke gue kemarin pas presentasi.
Persiapan gue pas latihan itu sendiri udah kurang dari 100%. Ditambah point-point yg mau gue sampaikan tadi gak gue catet. Pas gue menyodorkan microphone ke mulut gue, seketika gue gagu. Sial! Jantung gue berdegup cepat, pikiran gue rada-rada ngeblank, badan gue gemetar, suara gue jadi agak berat dan terkesan kayak orang mau nangis gitu -____-. Well, gue doang sih yg sadar. Jadi ceritanya gue demam panggung. Nyebelin emang. Mic ditangan gue gemetar. Materi presentasi yg ada di pikiran gue berubah jadi serpihan kata-kata (bukan kalimat) yang abstrak dan gak ada waktu lagi buat gue susun. presentasi gue pun terancam.
But show must goes on!
gue gak peduli presentasi gue bakal jelek kayak gimana. gue gak peduli bakalan menang atau tidak (emang gak niat menang juga sih). gue hanya ingin menyampaikan pendapat gue dengan cara gue sendiri.
Gue melanjutkan presentasi gue disaksikan oleh Audience yg lagi asik makan gorengan -_-.
Fyi, gorengannya dibagiin pas gue maju presentasi. Kampret emang
-___-
balik ke presentasi, gue melakukan banyak pengulangan kata yg gak seharusnya gue lakuin. Maklumlah namanya juga lagi demam panggung. Tapi ada juga saat-saat dimana gue bisa lancar mengutarakan materi gue dengan berapi-api. Ini keren loh. ah coba kalian liat. Pasti kalian takjub gitu
-_-.
and then... setelah gue menuju slide terakhir, my presentation finally over. Yeay!
Emang bukan sebuah presentasi yg maksimal tapi ini jadi langkah awal gue ningkatin skill public speaking juga. walaupun gue gak yakin menang, tapi paling tidak gue bisa mengungkapkan pola pikir gue. Dan alhamdulillah bisa didengar orang banyak juga. So, over all it's worthed lah ya.
Udah ah, blogs. gue capek. Pengen tidur. Cerita di atas murni pengalaman. Gak seru kan? Yaudah sih gapapa. Suka-suka gue dong -____-.
udah ya? Night, blogs :)
Rabu, 02 April 2014
Seseorang di depan cermin
Orang di depan cermin itu adalah dirimu sendiri..
Lihat wajah itu, mata itu, bibir itu..
Apa yang dia pikirkan?
perhatikan mimik wajahnya..
Apakah dia sedih, senang, tertekan, atau takut?
pernahkah kau bertanya tentang perasaan seseorang di depan cermin?
Apa yang dia sembunyikan dari dirinya?
Apa yang dia tidak tau tentang dirinya?
Sadarkah pikiranmu bahwa ada sesuatu yang terkubur di dalam hatinya?
Hati manusia adalah sebuah rahasia umum yang rumit
Kalbu manusia adalah cahaya yang hampir tidak bersinar
Ruang benak manusia adalah semesta yang tak lebih luas dari lubang kubur
Kesenangan dunia adalah fatamorgana yang paling nyata
Semuanya rumit...
penuh rahasia...
Seperti...
Orang di depan cermin..
Rabu, 26 Maret 2014
Jati Diri Terkuat
Assalamu'alaikum, dear blogs :)
oke oke. Lama gak jumpa. Seperti biasa, gue akan dan harus nanyain kabar kalian dulu. Walaupun gak ada yg jawab sih -_-. Yaudahlah ya.
Apa kabar kalian semuaaaa?! Suaranya manaaaa?!
Sehat kaaaaaan?!
Yang di belakang sanaaaa?!
krik banget -_-.
udah ah basa-basinya.
Mending langsung ke topik yang mau gue bahas aja ya? Yuk, cus...!
Ini sebenarnya bisa dibilang lanjutan dari Opened HL-key dan Too Much Love Will Kill Love. Udah baca belum? Jadi itu tuh tentang pacaran-pacaran gitu. Ya sudut pandang gue tentang pacaran. Secara, gue adalah seorang remaja yang belum beruntung untuk mendapat kekasih muda -_____-. Daripada nganggur gak bisa jadi pelaku pacaran, mending gue jadi pengamat orang pacaran -__-.
Sebagai seorang remaja nih ya, Apa sih arti punya pacar buat kalian?
"Pacar itu... ya kamu..!" -_____-
"pacar itu penyemangat hidup, dit"
"pacar tuh calon istri."
"pacar itu calon mantan, dit" -_-.
Yah mungkin tiap orang berbeda-beda. Ada alasan dibalik orang-orang pacaran. Ada yang bilang pacar itu sebagai penyemangat belajar. Bener gak? Kalo menurut gue sih malah bikin males. Soalnya bawaan kita tuh jadi pengen ngobrol sama pacar terus. Jadi males belajar.
Ada juga yang mungkin pacaran itu buat main-main aja. Emang cuma main-main sih. Kalo serius mah nikah.
Ada juga yang alasan pacarannya tuh gengsi. Temen-temennya punya pacar semua yang cantik-cantik, setia, baik, dan kriteria baik lainnya. Terus dia mencari pacar juga biar gak dibilang jomblo. dengan prinsip "Walau pun kriteriannya pas-pasan yg penting pacaran" -____-.
atau karena semua temennya jomblo dan dia mau menaikan kasta dirinya. Pengen membuktikan kalau dirinya laku gak kayak temennya. Ada lah ya yang begitu.
Ada juga yang pacaran ya beneran dari rasa sayang. Rasa saling memiliki, menjaga, rela berkorban, percaya dan setia serta cinta. Idaman banget gak sih?
Yaaa sebagai seorang manusia yang beranjak dewasa, kita sedang transit pada sebuah fase yang disebut "remaja". Fase remaja ini katanya fase atau masa yang paling indah. Masa dimana kita bisa mencari pengalaman, senang-senang, pacaran, ngumpul sama teman, dan mencari jati diri.
Sebagai seorang remaja gue pun begitu. Gue mencari pengalaman dengan mencoba hal-hal baru. Contohnya... ngerakit gundam -_-, nyari batu, baca buku di taman, wisata kuliner, sama nulis pola pikir gue tentang dunia ini dalam sebuah buku kecil yang niatnya sih suatu saat pengen gue terbitin dengan judul "The Biggest Little Thing". Insya Allah suatu saat bisa ya.
Selain pengalaman, layaknya remaja, gue seneng-seneng. Merasakan gemerlap dunia malam. Bukan, gue bukan ke diskotik -_-. Gue ke kosan temen, ngerjain tugas sampe begadang -_-.
"kalo soal pacaran gimana, dit?"
Hmmm... there's something i want you to know and learn.
Seperti yang kalian tau, sebagai remaja, hidup tanpa pacar itu rasanya hampa. Ada yang kurang. Kurang perhatian, kurang kasih sayang, kurang dirindukan, kurang asupan gizi. Pokoknya rasanya kayak... i'm incomplete without her/him.
makanya kadang iri ngeliat temen pacaran, kadang seneng ngeliat mereka putus -_-. Kadang bahagia melihat temen kalian bahagia, kadang harus menelan pil pahit melihat orang yang kalian cinta bukan bahagia karena diri kalian.
Gue sendiri... jujur aja, sebenernya iri kalo ngeliat orang pacaran. Sebagai seorang yg demen sendirian, tentunya gue juga kangen dengan semua perasaan saat pacaran. Perhatian, bercandaan, ucapan gombal yg mengatasnamakan cinta, dan semua hal indah di sana. Pengen bisa sharing berbagai hal dengan bumbu kasih sayang lagi, pengen bisa saling merindukan lagi, ngeliat ada ucapan "goodmorning, adit :)" bukan "good morning sahabat Line :*" -__________-. Kampret emang itu. Ya intinya gue kangen masa-masa pacaran itu.
Karena itu gue mencari seseorang yg spesial. Seseorang yg bisa mengisi hari-hari gue. Seseorang yang bisa menarik gue dari jurang kesendirian di samping gedung rektorat. Seseorang yang bisa membuktikan perasaannya dengan nyata, bukan pake sticker -_-.
Tapi, blogs, dalam sebuah pencarian yang mulai menampakan titik-titik cahaya harapan, gue dihadang satu pertanyaan.
"Katanya muslim, kok pacaran? Komitmennya mana sebagai seorang muslim?"
pertanyaan itu muncul begitu saja dibenak gue. Gak tau kenapa. Gue langsung bingung harus apa. Harus jawab gimana coba? Yang nanya tuh diri gue sendiri. seandainya kalian adalah gue, bisa gak kalian menjawab pertanyaan itu? atau kalian bakal melakukan pembenaran atas tindakan kalian sebagai remaja?
dari pertanyaan itu, gue mikir,
"Sebenarnya apa artinya kita beragama islam? Apa artinya kita mengaku muslim kalau tindakan kita kayak nonmuslim?"
Muslim itu bukan sekedar syahadat, shalat, zakat, ngaji, puasa, haji.
Muslim itu terkenal dengan akhlaknya. Persaudaraan, adab terhadap manusia, adab ke lingkungan, juga adab ke lawan jenis. Dan di adab terhadap lawan jenis, gak ada yg namanya pacaran. Gak ada ngumbar kasih sayang yang mengarah ke maksiat. Kecuali kalau udah menikah.
Gini, blogs. kalau gue perhatikan kegiatan dalam pacaran yang sayang-sayangan, pegangan tangan, dan seterusnya itu kan baru boleh dilakukan setelah nikah. Tapi ini dilakukan ketika pacaran. Ibaratnya tuh ya pacaran itu kayak nikah. Turun banget kasta dan makna pernikahan.
Di zaman sekarang, kalo kita udah pacaran hal-hal itu semua dianggap boleh dilakukan. Wajar dilakukan. Dan dianggap memang begitulah seharusnya orang yang pacaran. kalau gak begitu pacarannya gak seru, ngebosenin, gak ada bedanya sama temenan. Iya gak sih?
Dari situ gue kembali berpikir. Kalau pacaran itu dianggap pernikahan, hubungan pacaran dianggap tali pernikahan yang sah dan menghalalkan yang haram maka kasta manusia akan semakin rendah. Kenapa? Kalian tau sendiri, orang pacaran banyak gonta-ganti pasangan. Manusia jadi kayak hewan yang cuma punya kelebihan akal. Yang gue tau paradigma tentang pacaran, kebebasan ini datengnya dari wilayah barat kaum liberal. Yang mana mereka punya misi untuk menghancurkan umat muslim. Dikatakan mereka iri melihat peradaban muslim yang tinggi dengan akhlaknya yang mulia. Yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Maka mereka mengajarkan liberal ke dunia. Dampaknya? Yang paling mudah kena ya kita, kaum remaja. Fase yang paling labil, fase tempat mencari jati diri, dan semua kesenangan dunia.
Bener gak?
ajaran liberal itu emang keliatan menyenangkan, tapi itu menghancurkan. kalo soal itu gue rasa kalian juga tau lah. Masalah kedua belah pihak ini udah menciptakan perang. Kemanusiaan bakalan hilang.
Suatu saat mungkin kebaikan akan terlihat asing. Dan keburukan terjadi dimana-mana dan dianggap wajar.
Kayak yang tadi gue bilang, manusia seperti hewan yang punya akal. Padahal manusia itu kodratnya mulia dan paling baik penciptaannya. Tapi nilai derajat manusia berubah begitu dia mencintai dunia.
Tolong jangan merobek akhirat, untuk menambal dunia.
Blogs, gue gak bermaksud untuk mendakwahi atau gimana. Gue cuma sharing tentang sudut pandang gue tentang fenomena pacaran pada kaum remaja. Statement gue di atas didasari pada pertanyaan gue, pola pikir, buletin islam dan buku. Terserah kalian sih mau setuju atau tidak. Tapi coba direnungkan sejenak. Untuk kita yang mengaku sebagai muslim. Kalau gak sempet direnungkan juga gapapa kok. Santai aja.
Blogs, gue ini seorang remaja. Jujur aja gue juga pengen semua kesenangan dan kenikmatan di masa remaja. Pengen rasanya punya pacar. Pengen banget.
Tapi... gue juga seorang muslim. Ini identitas dan jati diri gue yang terkuat.
Blogs, Gue rasa gue menemukan alasan untuk memilih tetap sendiri..
Assalamu'alaikum :)
Minggu, 23 Februari 2014
Rahasia Hitam 4
Gelap. Mataku masih terpejam namun telah bisa kurasakan permukaan kasar dari aspal tempat aku terkapar. Rasa sakit di sekujur tubuhku membantuku mengumpulkan nyawa lebih cepat. Mataku mengerjap. Sayup-sayup aku dapat menangkap gambaran keberadaanku. Ya, di gang kecil yang lembab dengan pecahan botol dimana-mana.
"Apa yang terjadi?" Tanyaku pada diri sendiri.
"Res..." suara lirih datang dari belakangku.
"Dante!" Aku lihat sahabatku terbaring lemas. Memar biru dan noda darah terpapar di sekujur tubuhnya sama sepertiku.
Ohiya! Aku baru ingat. Kami berdua membuntuti kak Agni hingga ke gang kecil ini. Kami tertangkap oleh preman-preman dan berakhir menjadi bulan-bulanan mereka di sini. Ya, itulah penyebab aku dan Dante jadi babak-belur begini.
Namun sejak aku tersadar aku tidak melihat kak Agni atau pun preman-preman itu. Hanya ada aku dan Dante di tempat ini. Mungkin mereka kabur setelah puas menghardik kami dan takut tertangkap warga.
"Dasar pengecut!" Gumamku dalam hati.
"Dan, kamu gapapa?" Segera aku luruskan pikiranku kembali kepada kondisi sahabatku.
Dante tidak menjawab. Aku bisa mendengar napasnya melemah. Matanya setengah terpejam.
"Dante? Dan? Bangun, Dan!" serak aku berteriak.
Tetap, sahabatku masih diam. Hanya kelopak matanya yang berangsur-angsur menutup. Sepertinya kesadarannya menghilang.
Masih dengan rasa sakit di tubuhku, aku coba membopong tubuh Dante.
Selangkah demi selangkah. Aku tertatih. Rasa sakit di tubuhku perlahan meringkus kesadaranku pula.
"Sial...!"
Aku terjatuh di ujung mulut gang ini
----------
Sosok itu berdiri beberapa meter di depanku. Mungkin sekitar 25 meter. Namun tidak bisa ku lihat dengan jelas siapa. Seluruh tubuhnya seolah berkamuflase dengan bayang-bayang dinding sebuah gang kecil. Hitam kelam.
Dia tidak sendiri. Aku lihat ada sosok yang berpostur tinggi badan sama denganku di sampingnya yang tak kalah hitamnya. Mereka bagai bayangan tak bertuan.
2 sosok itu saling berhadapan. Entah apa yang mereka bicarakan aku tidak mengerti. Jangankan untuk mengerti, aku bahkan tidak bisa dengar percakapan 2 bayangan itu.
Yang kutau, setelah beberapa menit mereka bercengkrama, sosok yang lebih tinggi itu dengan cepat mencengkram leher mahluk di hadapannya. Tentu saja lawannya berontak namun percuma. Cengkraman si tinggi jauh lebih kuat dari perlawanan bayangan hitam pendek itu. Semakin dia melawan semakin habis tenaganya. Selang beberapa menit kemudian tidak ada lagi perlawanan darinya. Si pendek terkulai lemas tak berdaya.
Belum sempat aku menyadari apa yang terjadi, si tinggi melanjutkan aksinya.
BUKK!
Satu pukulan mendarat di tubuh si pendek. Pukulan tersebut menjadi sambutan bagi pukulan-pukulan berikutnya. Aku yang berdiri jauh dari mereka hanya bisa geram menyaksikan si pendek dianiaya tanpa perlawanan.
"Hentikan...! Cukup!" aku berteriak.
untuk sesaat sosok tinggi kejam itu berhenti. Mungkin dia mendengarku namun kuliat dia tidak menoleh.
Apa dia sudah selesai? Tidak! Dia mengambil benda stainlesssteel berukuran 25-30cm yang entah dari mana asalnya.
"dia mau apa?" tanya batinku.
"Jangan... Jangan!!!" Sontak aku berteriak begitu kulihat si tinggi menghunuskan besi itu ke arah si pendek.
JLEB!
Tanpa perlawanan apapun si tinggi menikam jantung lawannya yang sedari tadi tidak sadarkan diri.
Berkali-kali. Tikaman pisau mendarat di tubuh si pendek.
"Hentikan!! Jangan!!" Pintaku yang menyaksikan adegan sadis itu.
Namun bedebah kejam itu tidak berhenti. Tetap membuat lubang-lubang luka dengan pisau di tangannya. Tak peduli apa lawannya sudah mati atau belum. Dia terus menggenangi latar hitam gang kecil itu menjadi merah darah.
"Hentikan! Hentikan!!! AAAAAA!!"
-----
"Res! Ares!!!" panggilan Dante menyadarkanku.
".... ini di mana?" Responku setengah sadar.
"di rumah salah satu warga. Kamu gapapa? Luka-lukamu gimana?"
Sontak pertanyaan Dante membuat aku mulai meringis merasakan rasa sakit dari luka di tubuhku. Namun, syukurlah, sama seperti Dante, luka-lukaku sudah tertutup perban. Entah sejak kapan.
Rabu, 22 Januari 2014
Sweet Life from Bitter Struggle
Assalamu'alaikum, blogs.
Eh, blogs, kita sharing lagi ya. Gue baru mendapat suatu pelajaran yang lumayan keren nih. Simak yap!
Gini, blogs, tadi siang gue menjalani suatu aktivitas di kampus. Namanya perwalian. Itu tuh sejenis bimbingan sama dosen wali. Dosen wali tuh orang tua akademik di perkuliahan. Kalo di SMA namanya wali kelas.
Jadi kami cerita-cerita tentang perkuliahan di teknik geologi ini. Well, sebenernya dosen wali gue doang yang cerita. Kami sih sebagai yang dibimbing cuma dengerin. Dia nanyain tentang ujian, remed, kendala keuangan dan lain semacamnya. Terus selain itu dia juga cerita tentang alumni-alumni yang sekarang ini udah pada sukses. Jadi ketua SKK Migas, Departmen Jendral apalah itu, Directur perusahaan dan lain sebagainya.
Dia cerita tentang mereka tuh lama banget. Dia gak sadar dan merasakan betapa mulesnya perut gue saat mendengar ceritanya. Bukan karena ceritanya jelek, lucu, atau ngeselin. Tapi gue emang lagi beneran sakit perut -_-. Akibatnya gue gak terlalu konsen dengerin. Tapi apa yang gue tangkep dari ceritanya itu cukup inspiratif. Sayangnya gak memotivasi. Bukan, bukan karena gue lagi sakit perut nahan hajat-_-. Tapi karena gue udah bosen denger cerita kesuksesan orang-orang. Gue bosen cuma mengetahui hasil manis yang udah diperoleh seseorang tanpa tau perjuangannya.
Ini dia yang mau gue bahas.
Jadi gini. Kalian sering gak diceritain tentang tokoh-tokoh kaya, terkenal, dan hebat di dunia? For example, Bill Gates. Siapa yang gak kenal dia? Gue nggak -_-. Kalo gak salah dia pembuat microsoft office atau dia pembuat apple atau apalah gue gak tau. Yang jelas katanya dia tuh kaya raya. Penghasilannya ratusan ribu rupiah per detik (dikutip dari ingatan gue yang entah nyata atau tidak). Hebat ya? Tentu. Dengan penghasilan setinggi itu dia bisa hidup enak. Sukses.
Tapi tau gak bagaimana dia bisa jadi sukses seperti itu? Tau gak apa yang udah dia lewati dan perjuangkan untuk bisa jadi seperti sekarang ini? Itu sebuah jalan yang berat. Katanya dia gak lulus kuliah. Entah karena DO atau apa gitu. Gue gak tau. Pokoknya kabarnya tuh dia gak kuliah. Tapi dia bisa sukses. Kenapa? Karena dia berjuang. Memperjuangkan apa yang menjadi tujuannya hingga bisa jadi seperti sekarang.
Contoh lainnya.. hmm... banyak sih. Gue gak tau bagaimana perjalanan tokoh-tokoh terkenal dunia. Gue cerita tentang yang gue tau aja ya.
Contohnya teman bokap gue. Dia atasannya bokap di perusahaan. Seorang bos atau General Manager. Itu jabatan yang lumayan tinggi.
Coba deh, kalau kalian mendengar atau membaca kata-kata "Bos" atau "Pimpinan perusahaan" apa yang ada di pikiran kalian? Harta? Tahta? Uang berlimpah? atau Rumah megah nan mewah? Kalau itu yang terlintas di pikiran kalian ya itu wajar. Secara, namanya juga Boss. Karena itu pasti gajinya pasti besar, kaya raya, punya rumah lebih dari 1, mobil dan harta lainnya. Enak ya? Pasti.
Tapi, blogs, bokap pernah cerita tentang atasannya itu. Dulu dia itu orang susah. Pernah jualan gorengan buat biaya sekolah, pernah kerja sampingan atau semacamnya. Dia bukan dari keluarga kaya. Dia gak punya harta warisan dari orangtuanya. Tapi dia berjuang. Dia berusaha untuk bisa bangkit dari kesulitannya dan jadi seperti sekarang. Hingga akhirnya dia bisa jadi pempinan suatu perusahaan, punya kehidupan yang baik dan berkecukupan. Sukses masa depannya.
Ada banyak orang di dunia ini yang udah sukses. Mereka berhasil meraih cita-citanya. Mereka hidup enak dengan apa yang dimilikinya. Itu yang kita tau. Itu yang kita kagumi. Dan itu yang kita inginkan.
Jadi sukses seperti mereka.
Tapi pernah gak kita bertanya apa yang udah mereka perjuangkan untuk bisa jadi seperti itu? Apa yang mereka korbankan untuk bisa mencapai kesuksesan? Apa yang udah mereka lewati untuk sampai di tujuannya sekarang ini? Itu suatu jalan yang sulit. Itu suatu perjuangan, dan itu sebuah pengorbanan.
See?
Dibandingkan cerita kesuksesan orang-orang, tentang bagaimana kehidupan mereka setelah sukses, gue secara pribadi lebih seneng denger cerita tentang perjuangan mereka di masa-masa sulitnya. Daripada denger cerita manisnya hidup mereka saat ini gue lebih pengen tau jerih payah mereka ketika susah. Gue ingin tau gimana mereka berontak dari keadaan mereka yang terbilang buruk dan suram agar jadi lebih baik.
Kenapa? Karena gue pernah mengalami hal kayak gitu. Kalian mungkin bosen dengernya, tapi itu yang gue alami di kelas 7. Itu masa suram gue.
Mungkin saat ini sebagian orang menilai gue sebagai seorang yang baik, pintar, dan sukses (aamiiin). Tapi mereka mungkin gak tau apa yang udah gue lalui untuk bisa jadi seperti itu. Mereka gak tau gimana gue belajar untuk bisa punya kemampuan seperti sekarang ini. Mereka cuma tau gue seorang yang pintar tanpa tau prosesnnya. Mereka tau gue sebagai orang yang berhasil tanpa tau berapa kali gue gagal.
Blogs,
Kita cuma mengagumi indahnya pelangi tanpa mau menghadapi badai.
Kita mau memenangkan perang tanpa mau bertarung.
Itu ibarat bagi kita yang mau berhasil tapi gak berani menghadapi kegagalan. Mau nekat tapi takut ngambil resiko.
Kalau itu yang terjadi, kita gak akan tau apa itu perjuangan.
Kita mau kesuksesan secara instan tanpa perlu berjuang.
Padahal manisnya sebuah kesuksesan itu adalah akibat dari perjuangan. Nikmatnya keberhasilan itu bener-bener terasa kalau kita sudah berkorban. Serius. Itu beneran loh.
Tanpa pengorbanan, tanpa perjuangan kesuksesan itu rasanya hampa. Gak ada gregetnya. Terlalu mudah didapetin. Gak berarti lagi.
Karena itu gue pengen bisa berjuang. Demi tujuan gue, demi cita-cita gue. Gue pengen bisa ngerasain manisnya keberhasilan setelah pahitnya perjuangan. Rasanya pasti seger-seger gimanaaa gitu. Perjuangan ini bisa kita mulai dari langkah-langkah kecil. Apapun itu.
Blogs, gue pengen jadi penulis. Dan blog ini adalah langkah awal gue untuk berkarya. Media gue buat mengutarakan pola pikir gue dan hal-hal lain yang ada di sekitar gue. Gak bisa menghasilkan uang memang, tapi itu bagian dari perjuangan. Suatu saat gue pengen bisa nerbitin buku yang, insya Allah, laris dan jadi bestseller.
Gue tau untuk bisa begitu gue akan mengalami banyak masalah. Mulai dari nyari ide, mentalblock, mengalami penolakan dari berbagai penerbit dan gak diterima di pasaran. Tapi itu bagian dari perjuangan. Dan selama gue gak berhenti berjuang, gue yakin suatu saat gue akan sukses meraih cita-cita gue. Saat itu gue akan merasakan manisnya hasil jerih payah gue. Gue akan dengan bangga menceritakan perjuangan gue ke orang-orang. Lalu kisah gue akan jadi inspirasi dan bisa memotivasi calon-calon pejuang lainnya seperti gue saat ini. Keren kan? Hahaha pasti kerenlah.
Oke, blogs.
Yaa itu yang gue dapet dari perwalian tadi siang. Sebenernya bukan cuma dari perwalian, dari dulu gue udah dikasih tau tentang perjuangan ini. Sayangnya gue baru tersadarkan tadi -_-. Yaudahlah ya gapapa.
Udah ya, blogs.
Gue pamit dulu. Semoga bermanfaat.
Selamat malam :)
Selasa, 21 Januari 2014
Simbiosis Iri Hati
Assalamu'alaikum
Hai, blogs!
Biarkan gue memulai posting kali ini dengan menyebutkan kabar gue di wilayah 2 ini baik-baik aja. Sekarang ini lagi libur semester. Well, gak juga sih. Sebenarnya masih minggu-minggu remedial tapi karena matkul gue gak ada yang remed, otomatis gue libur. Yeay :D
oiya, walaupun libur, gue gak berniat balik ke wilayah 1. Kenapa? soalnya... ya ada sesuatu yg harus dikerjakan di sini. Gue tanpa sengaja masuk dalam suatu kepanitiaan organisasi gitu. Dan acara dari organisasi itu ada pas minggu-minggu liburan. Sebenarnya sih selow aja kalo mau pulang. Tapi gue disuruh belajar tanggung jawab. Gue gak boleh kabur dari tugas gue sebagai panitia. Siapa yang nyuruh? Siapa lagi kalau bukan Urf -___-. Tapi gapapa. Kalian yg di wilayah 1 gak usah khawatir. Gue insya Allah akan pulang pertengahan Februari, saat matahari tepat berada di ekuator (padahal itu 21 maret -_-). Pokoknya gitu dah. Sampai saat itu tiba, tumpuklah rasa rindu kalian padaku dan lepaskan pada saat kita bertemu :) -____-
oke oke. Pembukaannya kepanjangan ya? Maap.
Kali ini gue mau bahas sesuatu dari sudut pandang gue. Emm... sebenernya sih ini umum. Tapi gapapa deh.
Kita mulai ya...
Kalian punya gak seorang teman yang menurut kalian itu hidupnya perfect banget? Dia punya segala sesuatu yang kalian inginkan. Dia punya sikap yang baik, punya banyak teman, pintar, tabungan ada, tampang rupawan dan lain-lain.
Kalian memandang sosoknya sebagai pribadi yang WOW banget. Mengidolakannya. Kagum sama dirinya hingga kadang muncul sikap iri. Kalian ingin menjadi dirinya. Menjalani kehidupan dia.
Sebagai contoh, kita memiliki seorang teman yang bisa dibilang kaya. Tajir. Segala barangnya mewah, mahal, import. Handphonenya canggih. Kalau bateraynya habis, langsung beli yang baru. Dasar gaptek, dia gak kenal chargeran -_-. Yaa pokoknya hidupnya serba berkecukupan bahkan berlebihan.
Pengen gak sih kita punya hidup kayak dia? Gue sih pengen. Jangan diliat dari sisi hedonismenya. Tapi dari handphonenya yg gonta-ganti melulu -_-. Nggak deng. Walaupun itu harta orang tua, tapi kan tetep aja jatohnya ke kita juga.
Contoh lain. Kita punya teman yang hidupnya itu bebas banget. Bisa jalan-jalan kemana-mana, pulang malem, gak dikekang orangtuanya, bebas memilih apa pun jalan hidupnya.
Sementara kita masih dikekang orang tua. Jajan dibatasin, gak boleh pulang malem, lewat dari jam 10 malem langsung dikunciin, selalu ditelponin, gak boleh pacaran dan lain-lain. Hidup terkekang gitu menyebalkan ya? Kita ingin jadi seperti temen kita yang bebas itu. Iri dengan keleluasaan hidupnya. Pernah gak ngerasa kayak gitu?
Atau contoh lain lagi. Kita punya teman yang pinternya kelewat wajar. Dia selalu belajar tekun. hidupnya penuh dengan buku. Kerjaannya belajar, belajar, dan belajar. Akibatnya dia jadi juara kelas, menang banyak lomba, dapet beasiswa, dan berbagai penghargaan lainnya. Enak? Banget. Masa depannya cerah, terjamin, pintar, dikenal sebagai sosok genius, teladan dan semacamnya. Di lain pihak, kita ini gak pinter-pinter banget. Nilai pas-pasan, sama kayak muka-_-. Gak punya beasiswa, masa depan abu-abu dan segala macam kesuraman lainnya.
Iri gak sih kalau kita ngeliat orang-orang kayak mereka? Sebagian pasti iri. Tenang, gue juga iri kok. Itu wajar. Manusia emang punya sifat iri.
Tapi pernah gak kalian berpikir kalau orang yang hidupnya itu kita idam-idamkan, yang selalu ngebuat kita iri itu sebenernya justru iri sama kita?
Teman kita yang hidupnya serba berlebihan itu sebenernya ingin berhemat, ingin belajar membangun penghasilan dari bawah. Bukan dengan penghasilan orang tua.
Pernah gak kalian mikir di saat kita kagum sama kemewahannya dia, dia justru kagum sama kesederhanaan kita? teman kita yang hidupnya penuh barang mewah itu ternyata kagum dengan kita yang hidupnya tercukupi dengan barang murah.
pernah gak kalian mikir orang yang hidupnya bebas dari kekangan orangtua justru sebenarnya ingin dekat dengan orangtuanya? Ingin diperhatikan orangtuanya. Dia justru iri ngeliat kita yang selalu dikhawatirkan orangtua kita. Dia ingin nerima telepon dari orangtuanya juga. Siapa yang tau dibalik kebebasannya dari orangtua yang kita idam-idamkan itu sebenarnya dia justru iri dengan perhatian orangtua yang kita dapatkan.
Lalu teman kita yang pinter banget itu sebenernya dia juga ingin bermain. Ingin santai. Dia iri dengan hidup kita yang baginya menyenangkan dan lebih berwarna. Beda dengan hidupnya yang semonoton buku-buku yang dia baca. Di saat kita iri melihat keberhasilan dia, dia justru iri melihat kebebasan kita.
See? Setiap dari kita memiliki rasa iri pada seseorang. Siapa pun itu. Pasti kita punya rasa iri. Tapi sadar gak kalian kalau di luar sana banyak orang yang iri dengan kehidupan kita? Di luar sana justru banyak orang yang ingin jadi seperti kita.
Contoh paling mudahnya, anak jalanan yang hidupnya bebas, banyak bermain itu ingin mengenyam pendidikan sekolah. Sementara kita yang sekolah, ingin rasanya hidup bebas seperti anak jalanan itu. Kenapa? Karena kita gak tau masalah apa yang kita hadapi masing-masing.
Anak jalanan mana tau masalah kita di sekolah yang dikasih banyak tugas, ulangan, ujian dan lain-lain. Sedangkan kita mana tau masalah anak jalanan yang harus ngamen buat makan, panas-panasan, menghirup debu jalanan dan sebagainya. Kita iri pada bagian nikmatnya hidup orang lain tanpa mau mengenal apa yang udah orang lain itu lakukan. Kita cuma memandang sisi enaknya aja tanpa melihat usahanya. Wajar? Wajar kok. Namanya juga manusia.
Gue pun begitu.
Mungkin di luar sana ada orang yang kagum sama gue. Entah itu karena menurut dia gue itu pinter, rajin atau apalah. Wait, gue gak bermaksud sombong. Dia ngerasa gue akan sukses di masa depan. Dia iri dengan kemampuan gue. Dia minder dengan kemampuannya yang terbilang pas-pasan. Dia punya cita-cita dan mimpi yang tinggi tapi ngerasa kemampuannya gak cukup buat wujudin itu.
Dia bilang, "kalau gue sepintar elu mungkin gue bisa ngewujudin cita-cita gue dengan mudah, dit." Ada orang yang bilang kayak gitu dulu.
Tapi tau gak? Gue justru iri sama dia. Gue punya kemampuan tinggi, tapi gue gak punya mimpi. Cita-cita gue gak tinggi-tinggi banget. Malah sebenarnya gue gak tau cita-cita gue mau jadi apa-_-. Gue iri ngeliat dia yg punya kemampuan di bawah gue tapi punya mimpi yang lebih tinggi.
Ada juga temen gue yang kagum/iri dengan gue soalnya gue jarang belajar tapi nilai gue bagus. Dia menganggap gue pinter. Sementara dia yang belajarnya rajin, tekun itu nilainya masih standar. Dia iri ngeliat gue yang dengan jarang belajar tapi hasilnya memuaskan. Tapi pernahkah dia berpikir di sisi lain gue iri ngeliat usahanya? Gue pengen bisa berusaha kayak dia, belajar giat kayak dia. Gue pengen jadi orang yg rajin dan tekun begitu.
Blogs, gue dapet perumpamaan keren tentang masalah yang gue bahas kali ini.
"Bebek berjalan bergerombol di darat, Elang terbang sendirian di langit."
Mungkin bebek-bebek itu iri ngeliat Elang yang terbang bebas di langit. Tapi siapa yang tau kalau si Elang itu sebenarnya ingin bisa bergerombol dengan kawan-kawannya kayak si bebek.
Lewat post kali ini gue pengen menunjukan sesuatu yang sangat penting yang harus kita lakukan. Ya, bersyukur. Banyak di antara kita yang mungkin masih sering melupakan itu. Jujur aja, gue juga kok.
Bersyukurlah. saat kita iri dengan kehidupan orang lain, di sisi lain masih ada orang yang iri dengan kehidupan kita. Saat kita mengeluh dan menganggap masalah orang lain lebih mudah, ada orang yang mengeluh dan menganggap masalah kita itu mudah. Selalu begitu.
Ada yang tau kenapa? Karena Tuhan itu maha Adil. Gak ada kehidupan manusia yang sempurna. Kita semua memiliki sifat iri kepada orang lain. Itu mungkin sebenarnya untuk motivasi diri agar jadi lebih baik. Ya, kalau kita bisa mencegah rasa iri berubah jadi dengki. Gimana cara mencegahnya? Bersyukur.
Bersyukur atas apa yang kita miliki dan bersyukur atas apa yang kita tidak miliki.
Mudah-mudahan postingan kali ini lebih bermanfaat ya.
Sebelum gue tutup, lets say Alhamdulillah :)
oke. sekian dulu, blogs
Assalamu'alaikum