Sabtu, 17 September 2016

Lonely Winter: Pesan untuk Bulan

Hai Cleva.
Salam untukmu dari duniaku.

Bagaimana kabarmu?
Kau tak pernah lagi singgah dalam mimpiku. Kamu kemana? Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Ada banyak pertanyaan yang belum kamu jawab.

Hai Cleva
Aku mendengarmu berbicara tentang mimpi. Walau bukan padaku. Kamu tidak ingin membicarakannya padaku. Sempat saat itu mata kita saling menatap. Beberapa detik. Sejenak dirimu tersenyum. Cantik sekali. Senyuman yang membaur bersama air mata di pipimu. Cukup untuk membuatku memahami perasaanmu. Kesedihan yang ditorehkan oleh perpisahan.
Maaf aku tidak membalas senyummu. Bagaimana aku tersenyum saat tau akan merindukanmu lagi? Bagaimana aku tersenyum saat tau ini adalah perpisahan?

Hai Cleva, katakan padaku..
Mana yang lebih menyakitkan patah hati atau kesepian? Jika itu dirimu, kurasa kau akan menjawab kesepian. Orang-orang mungkin akan menjawab patah hati. Tapi kamu menghantamkan keduanya padaku. Sakit? Tidak apa. Aku sudah terbiasa. Kau tau kan Manusia bisa beradaptasi. Bahkan pada sesuatu yang mereka sebut "kesepian". Walau aku rasa tidak seharusnya begitu. Sebagai mahluk sosial manusia harus berontak dari rasa sepi. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah beberapa tahun berlalu.

Rasa sepi ini menjelma menjadi pikiran lain dalam diriku. Menjadi teman terbaik yang aku miliki dengan semua sifat yang aku inginkan padanya. Kami tertawa, belajar,  bercanda, berdiskusi, marah dan melakukan banyak hal lainnya. Walau hanya dalam pikiranku. Aku berpura-pura dia adalah kamu. Ini membuatku candu.
Karenanya aku pergi seorang diri. Mencoba menemukanmu. Aku ingin kamu membunuhnya. Membunuh rasa sepi itu. Merubah proyeksi pikiran itu menjadi nyata dalam dirimu. Tapi mungkinkah ini akan terjadi? Kamu pasti berpikir itu konyol.

Hai, cleva.
Perjalanan ini hampir membuatku lelah. Bisakah kita bertukar peran? Bisakah dirimu menemukanku? Aku akan menunggumu. Hingga saat itu tiba aku akan merindukanmu lebih lama lagi


Selasa, 13 September 2016

Dunia Kata Mereka

Assalamu'alaykum, blooooogs :)

Gimana kabar kalian setelah gue tinggal sekitar... 8 jam dari tadi siang? Yang kurang baik udah jadi baik belum? Semoga udah ya.

Basa-basinya gak usah kepanjangan karena post ini mungkin agak panjang. Dan lagi, gue akan menambahkan label "point of view". Walau bukan Misi Rahasia ke-100. Baca aja ya..

Ini tentang "Dunia yang sebenarnya". Inspirasinya sederhana aja. Pernah denger ada yang bilang " kamu masih kuliah,  belum tau dunia yang sebenarnya pas kerja."? Atau pernyataan yang senada dengan itu? Atau mungkin kamu sendiri yg menyatakan itu ke adik kelasmu? It's okay.

Buat gue sendiri, pernyataan itu adalah pernyataan berulang dengan tingkat yg berbeda. Maksudnya, pernyataan itu udah disampaikan anak SMP ke SD. At least ke gue.

"Kamu masih kecil, masih SD. Belum tau dunia yang sebenarnya di SMP" kata anak SMP.
"Kamu masih SMP. Belum tau susahnya kehidupan SMA" kata anak SMA.
"Kamu masih SMA, masih pakai seragam putih abu-abu. Belum ngerasain beratnya dunia perkuliahan" kata Mahasiswa.

Gue udah melewati yang itu. Sekarang yg gue hadapi adalah:

"Kamu baru kuliah. Nanti kamu bakal ngerasain dunia yang sebenarnya pas kerja"
"Dunia tambang/minyak/geologi itu keras". Kata mereka yg udah kerja.

Well, gue memang belum tau atau merasakan seperti apa dunia kerja. Tapi dari yang gue amati, rasakan, dan renungkan dari "dunia" yang udah gue lalui adalah "dunia yang sebenarnya" adalah sebuah sistem yang hancur. Dari dunia SD, SMP, SMA dan seterusnya, sesuatu yg mereka sebut "dunia yang sebenarnya" itu semakin hancur. Kenapa? Ada banyak jawabannya. Paling mainstream yang gak akan gue bahas lagi adalah harta, tahta, wanita. Tapi ini gak berlaku di SMP. Pas jaman gue sih. Gak tau kalau sekarang. Kayaknya udah.

Gini, blogs. Waktu jaman gue SD kelas 1 - 3, belum ada nyontek. Bisa dibilang kejujurannya masih murni. Kelas 4 - 6 mulai ada kecurangan. Nyontek, bolos, dan semacamnya. Kejujuran berkurang.

Di dunia SMP, kita mulai menghadapi masalah percintaan. Mulai mengenal patah hati pas putus pacaran. Mulai mengenal rokok, nongkrong, cabut pelajaran, dan semacamnya.

Di dunia SMA, masalah cinta-cintaan makin rumit. Selingkuh, nikung, muka dua, galau, bunuh diri. Dengan beban kewajiban yang kian bertambah, seperti tugas, ujian nasional, ujian akhir, tes universitas dan lain-lain, banyak celah terbuka untuk merusak nilai moral. Kecurangan dalam UN, narkoba, Miras, dan sejenisnya. Tekanan kehidupan SMA ini mereka sampaikan ke anak SMP, "kalian masih SMP, belum ngerasain kehidupan sebenarnya di SMA".

Di kuliah pun begitu. Mulai ada bolos kuliah dengan titip absen, manipulasi data tugas kuliah. Well, gue juga kadang manipulasi data sih-_-. Disebutnya " Geomagic". Tapi gue gak titip absen dan gak mau dititipin. Gak mau nyontek juga. Gue masih mencoba mempertahankan kejujuran dan originalitas gue. Terus masalah percintaan juga tetap ada. Tapi gue gak tau. Kebanyakan ngerjain tugas. Keburukan dunia perkuliahan bisa dibaca di downsanian. Lebih detail di sana.

Dan dunia kerja yang saat ini mereka tanamkan dalam pikiran mahasiswa sebagai "dunia yang sebenarnya" adalah dunia yang keras dengan banyaknya persaingan. tempat berkumpulnya para penjilat, orang bermuka dua, munafik, musuh dalam selimut, musang berbulu domba, lengkuas berbumbu rendang, dan semacamnya. Adanya ancaman dari orang yg gak senang dengan kita, ada pemalakan, pemerasan, jebakan dan sejenisnya ngebuktikan sistemnya rusak. Dan kamu tau tips untuk menghadapi itu, blogs? "Jangan jadi orang yg polos, terlalu jujur. Berbohong gapapa. Jangan terlalu dekat dengan orang lain. Mereka bisa nusuk dari belakang." itu kata mereka.

Gue sedikit kaget dengan tips dari mereka yang udah kerja. Walau bisa gue rasakan tipsnya masuk akal dan pasti akan terpakai. Tapi blogs... Kalau gue renungkan ya... Semakin ke arah sana nurani semakin bisu. Kita mulai memakai topeng kehidupan. Dipaksa bohong oleh sistem persaingan. Kita didoktrin bahwa kejujuran gak akan memenangkan persaingan di "dunia yang sebenarnya". Sedikit demi sedikit nilai moral gak lagi ada artinya. Yang penting menang, yang penting senang. Kaya, harta berlimpah. Cara memperolehnya? Siapa peduli?

Orang yg berusaha mempertahankan kejujuran dijadikan tameng. Dimanfaatkan. Contoh gampangnya di partai pas pemilu. Setelahnya, yang jujur akan dikucilkan. Kalau melawan akan dijebak, diancam dan disingkirkan.

Inikah yang mereka sebut "dunia yang sebenarnya"? Sistem yang rusak begini? Dengan Manipulasi keadaan? Manipulasi fakta? Konyol.

Gue paham dengan istilah "survive", dan "struggle" dalam menjalani kehidupan dimana kita harus membaur dengan keadaan. Tapi untuk membaur dalam sistem dunia yg hancur, gue rasa gue lebih suka jadi anomali. Kejujuran harus dijaga. Tetap berjuang melawan arus keadaan.

Baiklah, blogs. Itu yg ingin gue sampaikan. Maaf ya hanya memandang dunia dari sisi negatifnya. Ini Karena mereka mengatakan "dunia yang sebenarnya" dengan rasa bangga akibat banyaknya keburukan yang sudah mereka alami.  Dalam downsanian pernah gue ungkapkan untuk apa kita bangga dengan keburukan yang kita punya? Kecuali kita bisa merubahnya jadi kebaikan. Gue gak suka dengan doktrin mereka yang seolah bilang, semakin dewasa kita akan semakin harus bersandiwara. Semakin akan merusak hati nurani. Gue gak mau kalian begitu.

Jangan masuk ke sistem yang rusak.
Jangan jadi generasi penerus.
Apa yang mau diteruskan dari sesuatu yang udah hancur?
Jadilah generasi perubah yang merusak sistem yang rusak. Merubahnya jadi lebih baik lagi. Berubahlah..

Sebelum "dunia yang sebenarnya" menjadi "kehidupan yang sebenarnya"

Assalamu'alaykum

Senin, 12 September 2016

Preview Disc 2 Chapter 7

HUOOOOY BLOOOOGS!!

Assalamu'alaykum

Tunggu, gue gak kangen sama kamu-kamu semua kok. Kalian juga kan? Udah ketebak. Huh!

So, udah berapa lama gue tinggalkan blogs ya? I mean sejak postingan yg bersifat perspektif. Bukan puisi, sajak, atau kata-kata. Sepertinya udah lama.

Apa kabar kalian semua, para pembaca blog yang pendiam? Yang ninggalin 13 komentar di antara ratusan postingan gue. Karena gak ada yang jawab, gue anggap kalian baik-baik aja. Kalau ada yang sedang kurang baik, pura-pura baik aja. Nanti juga baik sendiri. Insya Allah.

Anyway, saat ini, gue lagi di kereta menuju 2nd Region, Yogyakarta. Gue harus menjalani kehidupan semester 7.

"Udah tua dong, dit?"
Sebenarnya gue sama sekali gak ngerasa tua. Kata maba yg gue tanya, wajah gue masih kayak semester 4. Tapi tetep aja di panggil "Pak" sama kasir indomar*t -_-.
Baiklah, let's put that aside.

Apa yang ingin gue sampaikan saat ini?
Hmmm. Gak banyak sih. Sebenarnya cuma pengen ngisi kekosongan blogs aja.   Soalnya sekarang gue mulai nulis di buku merah kecil. Sedikit mirip dengan catatan buku biru. Tapi ini lebih banyak tentang Cleva. Dan saat ini gue juga sedang menjalani misi Rahasia ke-100. Mau tau tentang apa? Gue juga belum tau. Kapan misinya selesai juga tidak diketahui. Yah intinya dijalani aja. Entah kemana misi ini akan membawa gue.

Dan lagi, sekarang gue semester 7. Ini semester paling selow. Gue kuliah cuma senin dan Jum'at doang. Sisanya? Libur. Gue berencana mengisi kekosongan liburan ini dengan... Misi tadi. Ada hal yg ingin gue sampaikan perihal misi itu. Tapi gak sekarang. Tunggu aja saat label "point of view" di blogs ini bertambah.
Terus gue juga belum cerita soal KL 2. Dungeon karangsambung, kebumen. Itu juga ada beberapa hal yg ingin gue sampaikan.  Yah tetap gak sekarang juga sih. Karena post kali ini cuma iseng doang.

Baiklah, gue rasa itu aja untuk saat ini, blogs. Semoga di post berikutnya kita bisa jadi lebih baik lagi.

Assalamu'alaykum

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented