Jumat, 08 April 2016

Catatan buku biru: Laba-Laba Mimpi dan hujan

Untukmu laba-laba mimpi.
Sehelai jaringmu terbang ke arahku.
Membawa pesan yang tak sanggup disampaikan hujan.
Kudengar kau beranjak dari simpang jalan yang kau tapaki.
Kau melangkah beberapa jengkal lebih jauh dariku.

Maaf, aku tidak rindu.
Aku takkan menfirim sekotak rasa kehilangan padamu. Aku hanya akan mengirimkan do'a dan berharap kau baik-baik saja

Hai laba-laba mimpi
10 helai benangmu melintas melewatiku.
Membawa pesan yang tak bisa lagi aku baca.
Menyajikan berbagai cerita yang perlahan terhapus hujan, terbelit menjadi rumit.

Maaf, aku enggan mengurai.
Karena salah satunya adalah bahagiamu. Sisanya hanya suara rintik hujan.

Aku suka hujan.
Mereka turun bergerombol.
Membawa harapan pada tanah gersang. menyamarkan air mata hati yang terluka.
Menjadi kenangan singkat aku dan kamu.

Maaf, hanya aku. Bukan kamu.
Aku rasa kamu lupa.
Tapi malam itu aku mengingatkanmu..
Tentang hujan..
tentang kebetulan yang ada di antara kita..
Dan tentang sehelai perasaanku yang berusaha menjangkaumu..

Jumat, 01 April 2016

Media: Bahaya di Sela-sela Opini

Assalamu'alaykum, blogs :)

Lets start with a little chit-chat!
Bagaimana kabarmu? Kabarku sehat dan alhamdulillah masih single ._. Semoga kalian juga dalam keadaan sehat dan single juga. Kecuali bagi yang sudah menikah..

Anyway, kali ini gue ingin mengutarakan beberapa hal tentang suatu ancaman tersembunyi bagi generasi zaman sekarang. Sebenarnya bukan ancaman sih, tapi ini cukup bahaya. Ini tentang Media. Sesuatu yang dapat mengobrak-abrik asumsi seseorang.

Jadi gini, blogs, dewasa ini media online itu udah mulai diminati sebagai penyedia informasi bagi publik. Ini karena media online dianggap lebih praktis dan gampang diakses lewat smartphone yang digunakan hampir 80% orang indonesia. Ini ngebuat media cetak jadi kurang diminati. Tapi ini asumsi gue aja sih. Soalnya dari dulu gue juga gak sering baca koran.

Baik media cetak maupun online itu tujuannya sama: memberi informasi bagi publik. Bagus sih. Tapi ada fungsi lain yang masih abu-abu: Membentuk opini publik. Kenapa Abu-abu? Karena ini bisa membuat seseorang berpikiran positif atau negatif. Dalam pembentukan opini publik, konten berita bisa aja diselipkan fitnah atau semacamnya. Apalagi ketika era perpolitikan dimulai.

Eh tep-pan! Tau tepan gak? Ini semacam time-out atau pause waktu main game -_-. Generasi jaman sekarang mungkin hanya segelintir yg tau. Tepan! Gue ngerasa bahasa gue terlalu baku. Well, sebenarnya gue pengen bikin tulisan baku tapi... Rasanya gak cocok sama blogs. Iya gak sih? Sepertinya gue akan menggunakan bahasa santai aja kali ya.

Start!

Jadi ketika era perpolitikan dimulai, para politikus itu berlomba-lomba kampanye lewat media cetak dan online. Permasalahannya ada di media online. Ada partai atau calon yg membayar stasiun tv untuk menyiarkan berita baik tentang mereka aja. Stasiun tv lain juga sama sebagai oposisinya. Bahkan pernah dalam hasil pemungutan suara. Di Tv A si calon A menang, tapi di Tv B si calon B yang menang. Question: Jadi sebenarnya siapa yg menang?! -____- entah itu salah informasi atau gimana. Semoga aja gak disengaja.

Tapi itu udah beberapa tahun lalu. Sekarang lebih parah. Dengan berkembannya software untuk mengolah gambar, penyebaran fitnah lebih gampang dilakukan. Soalnya no pict = hoax. Tinggal edit foto, buat headline yg sensasional, publish. Isi beritanya? Belum tentu bener, yang penting banyak yg ngelike. Inilah media zaman sekarang. Dari sudut pandang gue.

Contohnya dulu gue pernah liat headline tentang adanya Manusia Bawah Tanah  yang muncul di Amerika. Ada gambarnya juga sejenis manusia berkepala tikus tanah gitu. Gue baca komentarnya. Gak sedikit yg gak percaya. Soalnya ada gambarnya sih. Tapi ada komentar seseorang yg bilang gambarnya itu dari film sains fiktif tahun 80an. See? Berita bohong.
Ada lagi headline tentang Biksu yang membantai umat muslim di vietnam terkena azab. Lengkap dengan gambar seorang biksu dengan penyakit kulit. Lagi-lagi komentarnya banyak yg menghina dan mencaci tentunya mereka percaya dengan beritanya. Tapi setelah diselidiki ternyata fotonya itu foto lama. Dan si biksu di foto itu emang udah sakit dari dulu dan dia gak ada hubungannya dengan pembantaian umat islam itu. Bobrok lagi kan medianya?

Kebobrokan Media gak berhenti sampai di edit foto aja. Lebih parah lagi. Yang ini gue gak tau bener atau nggak ya, tapi gue melihat ada potensi fitnah untuk menjatuhkan nama baik seseorang. Pernah liat headline semacam ini:
Calon Y, "Kalau si X sampai menang, saya akan loncat dari Monas".

Semacan pernyataan yg mirip nazar gitu. Kenapa hal ini bahaya? Pertama, karena beritanya pasti sensasional. Kedua, banyak masyarakat yang baca. Ketiga, masyarakat akan menagih omongan si calon Y. Keempat, si Calon Y gak akan mau membuktikan perkataannya yg bilang dia akan terjun dari monas kalau kalah. Ini hal baru di era perpolitikan zaman sekarang. Orang-orang bilang ini jadi warna baru bagi politik. Tapi buat gue ini cuma pola baru dengan warna yang sama: hitam. Artinya buruk.

Dengan berkuasanya media dalam membentuk opini publik, mereka bisa aja membuat headline yg menarik dengan berita bohong. Sekali lagi, tinggal cari foto orang yg bersangkutan, dan bikin berita sensasi dan biarkan berita ini meracuni pikiran masyarakat. Ini mudah.

Another badthings tentang Media.
Yang sekarang lagi marak banget sih isu-isu agama. Teroris dan semacamnya. Kamu pasti tau, orang islam akan dijadikan subject berita sebagai teroris atau pelaku kriminal. yang nonmuslim biasanya jadi korban. Lalu dunia ramai bersimpai ke mereka. Selalu begitu. Tapi ketika orang islam yg sebenarnya jadi korban, dunia akan bungkam. Karena ini skala dunia, maka tv lokal termasuk berperan di dalamnya.

Udah paham kan kebobrokan media saat ini? Tanpa adanya crosscheck suatu berita, maka kita akan dibodohi. Agar kamu tau, cara pembentukan opini publik lewat Media itu efektif banget loh. Mereka gak hanya memberi fakta, mereka rusak fakta dengan opini. Lalu masyarakat adalah korbannya. Merasa nggak?

Gue juga suka nulis, dan di organisasi juga di divisi media. Tapi gue jarang bikin berita atau opini publik gitu. Jadi ya.. Paling di blogs aja sih. Tapi inilah yang gue pikirkan dan rasakan dari media di luar sana. Mereka berbahaya. Walau gak semua media menebar berita bohong sih. Ada juga yg dapat dipercaya. Tapi tetap, lakukan crosscheck kebenaran beritanya. Caranya? Bandingkan aja berita Media A dan Media B. Kalau sama, beritanya bisa dipercaya. Semakin banyak perbandingan semakin bisa diyakini.

Baiklah blogs, itu aja sih untuk kali ini. Ada pepatah keren yang mungkin bisa kamu jadikan inspirasi:

"Jika kamu ingin merubah dunia, jadilah pemimpin. Jika kamu tidak bisa memimpin, maka jadilah penulis" - anonim.

Gue tutup post kali ini dengan pertanyaan,

Jadi apa aku berhasil mempengaruhi opinimu?

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented