Senin, 31 Desember 2012

18th Birthday

Selamat malam, Blogs

Gue perlu ngucapin Happy New Year gak nih? Ah itu terlalu biasa.
Lebih baik kami ucapkan,

Assalamu'alaikum, Blogs.

Blogs, berhubung gue gak ada acara malam ini kecuali internetan dan main Pokemon, sekarang gue ngepost aja dulu.

gue mau ngeshare tentang tgl 29 desember kemarin. What is it? Yap, my 18th birthday!

''WOOOOW!!!'' *sorak sorai pembaca*

''FIWWIIITTTT!!'' *siulan penggemar*

''YEAAAAAAY!!!'' *teriakan histeris penonton*

''Aduuuuh..!!'' *anak kecil ketiban skuter -_-*.

Jadi ini berawal dari sweet seventen tahun 2011. itu agaknya menyedihkan. Gak sweet. Kenapa? Awalnya biasa aja. Sampe berminggu-minggu, berbulan-bulan gue menghadiri acara sweet seventen temen-temen gue. Ya lumayan meriah, seru, dan rame. Sedangkan gue? Ya begitu. Sepi. Teman-teman pada pergi. Well, gue gak menyalahkan hari lahir gue yg pasti ada di momen liburan akhir tahun. Tp ini ultah ke 17. Sebagai seorang remaja kalian tau kan rasanya di hari yg biasanya spesial ini malah sepi? Dan waktu itu malah harus ikut keluarga ke Jogja. Seneng? Nggak. Gue lebih suka sendiri. Untungnya gue bukan remaja biasa. Jadi bisa lebih santai. Tapi tetap, rasanya agak cemburu ngeliat acara temen-temen yg lain. Sejak itu gue sedikit trauma dan mengira ultah gue yg ke 18 bakal menyedihkan.

H-1. 28 Desember 2012.

Hari ini gue pergi ke Tirta Sanita sama seorang teman. Tumben banget ada yg nemenin. Cuma berdua. Di sana kami jalan-jalan ke gunung kapur sama makan doang.
Cuma sebentar kami di sana. Cuma sampai sekitar jam 10 pagi. Lalu kami pulang.

Siang harinya ada sms yg isinya ngajakin ke Gunung Bunder. Rencananya tgl 30 Desember acaranya. Gue gak bisa karna harus ikut keluarga. Mendadak sedih lagi -_-. Bayang-bayang ultah tahun lalu kembali teringat. Ah sudahlah.

Malam harinya, gue internetan. Ya biasa aja. Twitteran, bercanda dan semacamnya. Paling tidak itu hiburan untuk ngelupain kesedihan. Karna seperti biasa, gue selalu berencana pergi sendirian waktu ultah. Berharap ketemu temen di tempat tujuan gue. Tapi ya gitu. Susah.

Mendekati tengah malam..
Mulai sepi. sebagian teman-teman gue pasti udah tidur. Gue masih nunggu tengah malam. Ngapain? ya kalian taulah -_-. Ini kan udah biasa buat orang yg ultah. Sambil dengerin playlist di Hp.

29 Desember 2012
Pukul 00, seperti biasa Urf duluan yg ngucapin. Mahluk ini emang spesial. Kehormatan pengucap pertama buat dia aja.

Playlist gue sampai di lagu Depapepe - Wedding Bell. Lagunya ada di playlist blogs kok. Cari aja.

Berikutnya gue buka twitter. Mention pertama yg masuk bertuliskan ''Happy Birthday, Adit:)''. Deg! Gak tau kenapa agak nyesek. Bukan karna kata-katanya yg simpel, tp pengirimnya. Pengirimnya kenapa, Dit? Pengirimnya......... bateng -_-.
Kaget soalnya pengirimnya menghilang hampir 2 bulan.

Gue langsung cek Facebook. daritadi gue nunggu bacaan ''1 inbox'' tapi gak ada. Akhirnya gue duluan yg ngirim. Dengan pesan singkat, ''kemana ajaaaa?''.
Dan kalian tau, apa balasannya, Blogs?
Dia bales, ''LO YANG KEMANA AJAAAAAAA.'' ini orang kenapa sih? Pake dicapslock segala kan jadi serem -_-. Tapi gapapa, gue seneng.

Rasanya tuh terharu gitu. Bukan, bukan karna dicapslock, tapi karna kangen banget. Beneran kangen. Jarang-jarang loh gue mau ngaku lagi kangen. Ya kami berlanjut dengan berbalas pesan di Facebook.


Mention dan sms juga mulai masuk. Isinya ya ucapan happy birthday. Setelah puas balesin ucapan itu, gue tidur.

Jam 5 gue bangun. Sholat subuh terus ngecek hp abis itu tidur lagi. Jam setengah 8 dibangunin papa. Diucapin happy birthday lagi sama dikasih uang.

Tapi Blogs, sebenernya gue gak inginkan uang sebagai hadiah ultah. rasanya udah gak tertarik tentang uang.
Waktu SD gue mengharapkan hadiah berupa mainan. Waktu SMP uang. Tapi saat SMA? Gue mau temen-temen gue. Gak butuh uang.
Uangnya sih gue terima tapi itu gak ngebuat seneng. Gak exciting sama sekali.

Terus gue berencana pergi ke bsdplaza. Tadinya sih mau nonton dan nraktir temen-temen yg mau nyari gue. Alhamdulillah ada yg ikut. cuma 3 orang sih. Tapi paling tidak gue gak cuma sama Urf. Gue berencana kabur-kaburan biar susah ketemu mereka. tapi apalah daya di Mall yg kecil ini jadi lebih gampang.

Kami juga gak nonton. Cuma makan siang doang sambil ngobrol. Tentu saja gue yg bayar makanannya. Ini cuma sampai jam 4 sore. Terimakasih telah menghadiri acara kecil ini.

Malam hari sekitar jam 8.
Gue sibuk main hp. Gue udah rada gak peduli kalau pun besok gue ditinggal teman sekelas ke gunung Bunder. Hari ini menyenangkan. Gak kayak tahun lalu.

Waktu lagi asik main hp, ada yg manggil gue. Jarang loh ada yg manggil gue. Apalagi malem-malem. Dan waktu gue keluar rumah, kalian tau apa yg gue liat?

3 mahluk tinggi besar, matanya merah menyala, pake sarung, bawa pentungan -_-.

Nggak, bercanda kok. Pas gue keluar rumah.........
ternyata ada yang ngasih kue :'). 3 teman Smp mendatangi rumah gue.
Cie banget. Ada si.... Sayap? Angel? Pegasus? Ini orang mau dikasih nama samaran apa ya? -_-. Gak ikhlas ngasih nama samaran yang bagus-bagus ah.

Yang jelas, ini kue ulang tahun pertama setelah 18 tahun!!!
well, gak pertama juga sih. Gue udah dikasih kue waktu umur 1 sama 3 tahun. Tp ini yang pertama yang dikasih teman ke gue. Jadi ya tetep yang pertama.

Terus si... pegasus? Angel? Sayap? Ah repot banget sih, yu -_-. Pokoknya dia nyanyi lagu happy birthday. Tau kan lagunya?

''happy birthday to you 2x
Happy birthday 2x
Happy birthday to you..''

Lagu happy birthday dinyanyikan dengan nada yg indah.

Tapi ini lagu yg dinyanyiin buat gue berbunyi,
''Happy birthday adit
Happy happy happy happy happy birthday adit'' dengan nada yang... Entah nada lagu dari kebangsaan mana -_-. Tapi ini lucu. Lagunya unik dan original.

Terus make a wish. Gue lupa wish gue apaan waktu niup. Kalau gak salah ''semoga lilinnya mati'' -_-.
Dan wish gue terkabul saat itu juga. pas gue tiup, lilinnya mati.
Kami cuma ngobrol-ngobrol doang di depan rumah. Gak banyak yg diobrolin tp gapapa. Gue tetep dapet kue pertama dan alhamdulillah gak ada acara pembagian potongan pertama. Jadi semua kuenya buat gue.

setelah mereka pulang, gue kembali meneruskan aktivitas yaitu main hp. Nggak juga sih, lebih tepatnya gue ngebalesin ucapan-ucapan birthday itu hingga gue tidur.

Okay, that's it!

My 18th birthday. Jauh lebih menyenangkan daripada 17th. Tapi di 17th gue dapet kado. Walaupun telat 3 bulan sih. Dan gue juga ngasih kado walaupun telat 8 bulan -_-. Alhamdulillah.

Terimakasih untuk semua do'a dan ucapan kalian :). Semoga kalian juga sukses dan menjadi lebih baik seiring berkurangnya umur.
Dengan ini gue sudah 18 tahun hidup di dunia, entah masih sisa berapa lama lagi. Semoga gue bisa mencapai cita-cita gue di sisa waktu yang ada.

Selamat malam dan terimakasih banyak :)

Jumat, 28 Desember 2012

Purnama, Sendiri..


Biarlah tirai senja merah tersibak demi hadirnya panggung malam.
Karena aku tak peduli
Pada bintang sendu yang takluk oleh angkuhnya purnama.

Biarkan saja jeritan malam merobek cinta dari hati kita yang merintih.
Jangan takut karena rindumu akan segera tersampaikan.

Acuhkan saja gelak tawa dua insan yang selalu menyiksamu dalam dengki.
Karena aku tau kau tak pernah sanggup mengusik sejuta mimpi.

Kini semua kisah pilu yang terukir pada bintang sanggup menggetarkan setiap pemilik hati. Tapi kenapa tidak dengan jaring rapuh sang laba-laba? Kini hanya dera yang dibuatnya.

Hingga duri-duri mawar merah yang berselimut embun mencoba melindungi janji cinta putih kita.
Lalu kenapa kau biarkan terserak semua kelopaknya?

Aku tau kau menangisi keindahanmu saat kudengar gemuruh duka yang berharap kau bukanlah dewa.
Karena kau lelah mendengar 1001 kisah sandiwara cinta manusia.

Lalu untuk apa kau bohong?
Untuk apa kau bertahan?
Kau terus mengisi kekosongan dengan bisikan diam.
Terbalut luka mengisi peran sajak-sajak malam.

akan ku biarkan
untuk sesaat fajar singgah membasuh perihmu.
Karena aku tau dalam sejenak semua akan terulang mengoyak lukamu.

kau akan tetap begitu, tetap tertebas oleh waktu.
Kau terus begini, hingga panggung malam terhenti.

Wahai purnama, sendiri...

Aku, Warna dan Dunia

''Perlahan''
Pilar-pilar istana emas mulai runtuh. Ribuan bunga es yang bermekaran perlahan layu dan tercabik-cabik

''Ku lihat''
Jejak-jejak angin akan menapak pada hujan. Putih akan berlari, kemudian menghilang.

''Masih saja''
Orang itu berdiri menatap langit. Membiarkan butiran-butiran air menusuk tubuhnya. Dan menunggu petir menghujam bumi.

''Andai''
kita menilai orang lain buruk, apa kita pantas menghina mereka?

''Saat''
Tirai hujan abu-abu dunia tersingkap.
Dan semua berubah menjadi kaca perak.

''Tercipta''
Dari abu, api dinyalakan.
cahaya dari bayangan akan muncul.
Dan yang tak bermahkota akan menjadi raja.


''Dengarlah''
Aku berbohong, kau berbohong. Kau tidak perlu menyuruhku bercermin. Karena cermin pun berbohong.

''Sekarang''
Aku tergeletak di sini menunggumu.
Hingga seluruh dedaunan yang gugur ini menutupi mayatku.

''Tak perduli''
Meski hanya di dalam mimpi, aku dapat mendengar suaramu.
Meski hanya di dalam mimpi, aku akan mencarimu.
Meski aku harus mati di tengah padang es ini.

''Sudahlah''
semua cipratan darah ini hanyalah noda.
semua luka ini hanyalah masa lalu.
Semua ditelan waktu. Ntah sampai kapan..

''Kenyataan''
Keinginan egois untuk berdamailah yang menciptakan perang. Dan kebencian akan terlahir untuk melindungi cinta.

''Karena kita''
Langit memerah perih.
Merintih sakit karena ulah kita.
Siapa yang menghantam dia?

''Tua''
Mereka bilang kita hanya bisa saling bicara di akhir nanti. Tidak, nyatanya kita hanya menunggu mati.

''Akhirnya''
Kita telah melangkah jauh, tapi tidak pernah sejauh sang waktu. Kita melangkah cepat, Tapi tak pernah secepat sang waktu. Kita coba menghabiskan waktu tanpa sadar kita dihabisi oleh sang waktu.

''Jatuh''
Biru tertutup putih. Putih tersapu hitam. Hitam akan terjatuh, mengalir, dan terkubur.

''Dahulu''
Anak-anak riang berlarian. Bersenang-senang dengan apa yang kita sebut bencana. Dalam benak ku sibuk bertanya. Apa dulu aku seperti mereka?

''Tetap''
Meski ia tak bergerak, aku tetap menatapnya.
Meski ia terhenti, aku tetap menatapnya.
Kini ia tak lagi berputar. Dan aku tetap menatapnya.

''Seperti''
Besi-besi ini mengurung hati.
Rantai-rantai ini mengikat hati.
Seluruh pedang yang kau genggam ini, terhunus kepada hati.

''Kenapa''
Masih saja ku tulis namamu pada embun yang terhapus hujan. Pada pasir yang tersapu ombak. Pada rindu yang terbunuh waktu.

Jumat, 21 Desember 2012

Sebuah Misi Sederhana untuk Umat Manusia 4

Keesokan harinya, pukul 8.55 Dera tiba di tempat yang dijanjikan tukang cukur langganannya. Laki-laki paruh baya itu sudah menunggu Dera sejak tadi.

''jadi acaranya, kang?'' tanya Dera.
''iya jadi, kak. Yaudah yuk, langsung berangkat,''
''oke,''
Mereka pun pergi ke Cinere, tempat acara donor darah itu diadakan.

Sesampainya di sana, orang-orang telah berkumpul. Dera memperhatikan mereka. Sebagian besar dari mereka adalah orang tua usia 40 tahun ke atas. Sisanya adalah orang-orang usia 20 tahun lebih. Tidak ada satu pun remaja seusia Dera di sini. Dera menjadi yang paling muda di tempat pendonoran ini.
Dera berjalan bersama si tukang cukur menuju tempat pendaftaran.

''Kang, ini anggota organisasi yang Akang bilang kemarin?'' tanya Dera sambil melihat sekelilingnya.
''iya, kak,''
''Nggak ada yang seusia saya, ya?''
''yang seusia kakak memang cuma sedikit. Tuh ada, kak,'' Sang tukang cukur menunjuk seorang pemuda seumuran Dera yang baru datang.
''mau saya kenalin?'' tawarnya.
''ng.. Nanti aja deh,''
Dera tiba di tempat pendaftaran.

''Selamat siang,'' ucap seorang perempuan bagian pendaftaran.
''Selamat siang juga,'' balas Dera.
''Mau daftar donor darah, ya?''
''i..iya, mbak,''
''Nama kamu siapa?'' perempuan itu siap mencatat.
''Dera,''
''Umur kamu? sudah pernah donor sebelum ini?''
''Umur saya 18 tahun. Belum pernah, Mbak,''
''Golongan darah kamu apa?''
''emm.. Kayaknya sih B,''
''oke. Cek kondisi kamu dulu ya,''

Dera mengikuti sejumlah tes kesehatan. Mulai dari berat badan, kadar hemagoblin, tekanan darah, dan lain sebagainya.
Setelah lulus semua uji kesehatan, Dera dibawa ke ruangan donor.
3 orang petugas sudah ada di ruangan itu.

''Silahkan berbaring, mas,'' ucap seorang petugas. Yang lain menyiapkan peralatan medis.

''baru pertama kali ya?'' Petugas itu melihat berkas tes kesehatan Dera.
''iya. Sakit nggak?''
''Nggak kok. Rasanya kayak disuntik biasa. Serasa digigit semut doang,''
''oh begitu..''
''oke, udah siap?'' Salah seorang petugas membawa sebuah suntikan besar. Lebih besar dari suntikan pasien di rumah sakit.

''kok itu suntikannya gede banget? Jarumnya juga gede?'' tanya Dera.
''iya kan buat ngambil darahnya,''
''yah pasti sakit nih,'' Dera mulai khawatir.
''nggak kok. Kayak digigit semut. Rileks aja,'' Si petugas mencoba menenangkan Dera.
''yang diambil berapa banyak? Nanti darah saya abis, gimana? Kalau darah saya jadi kurang, nanti ada yang nyumbang darah buat saya nggak?''
''yang diambil cuma 250-300 ml doang kok. Udah siap ya, mas?''
''emm.. Iya deh, pelan-pelan ya,''

Petugas itu mulai menusuk tangan Dera dengan suntikan besarnya.

''Aaw!!! Sakit! Katanya kayak digigit semut doang, ini kan lebih sakit,'' Dera mengeluh.
''iya emang kayak digigit semut doang. Tapi semutnya sebesar gorila. Hahaha.'' canda si petugas donor.
Dengan Jarum yang masih menancap, Dera melihat darahnya mengalir kedalam tabung suntik besar itu.

''Dok, itu kebanyakan! Nanti darah saya abis!''
''nggak kok, sedikit lagi.... Nah sudah,'' si petugas mencabut jarum dari tangan Dera. Terlihat darah mengalir dari bekas luka suntik di tangan Dera. Dengan segera petugas menutupnya dengan kapas yang telah direndam Alcohol.

''Nah, sudah, mas,''
''terus itu darah saya mau dibawa kemana?''
''berikutnya darah ini disimpan di dalam tabung inkubator. Terus jika diperlukan, darah ini baru akan disumbangkan ke orang yang membutuhkan,''
''ooh begitu,''
''setelah ini, mas mendapat kupon untuk makan dari petugas di luar,''
''hmm yasudah, ini sudah selesai?'' tanya Dera.
''iya, sudah selesai,''
''yaudah, terimakasih, dok,''
''iya sama-sama,''

Dera meninggalkan ruangan donor itu dan segera mengambil makanan yang telah disediakan bagi pendonor.

Ruang makan ini terlihat agak ramai. Dera tidak bisa menemukan si tukang cukur yang mengajaknya. Dera melihat seorang pemuda seusianya tadi sedang makan sendiri di pojok ruangan.

Dera menghampirinya,
''boleh saya gabung?''
''oh iya silahkan,'' ucap pemuda itu dengan ramah.
''saya Dera,'' Dera memperkenalkan dirinya.
''saya ****,''
''baru pertama kali donor?'' tanya Dera.
''nggak, ini udah yang ke 7 kali,''
''hah? Beneran?''
''iya, bener,''
''kamu kelas berapa?''
''emm... Saya nggak sekolah, mas,''
''hah?!'' Dera terkejut mendengar ucapan pemuda ini.
''terus biasanya kamu ngapain?'' tanya Dera lagi.
''saya biasa ngamen sama jualan koran, mas,''
''kenapa nggak sekolah?''
''ya biasalah, mas, masalah duit,''
''udah berapa lama nggak sekolah?''
''sekitar 3 tahun. saya berhenti waktu SMP, mas,''
''terus kalau donor darah udah dari kapan?''
''kalau donor baru 2 tahun lalu. Biasanya setahun saya ikut donor 3 kali,''
''3 kali? Sakit kan pas ditusuknya?''
''saya sudah biasa, mas. Donor darah itu sehat. Bisa mengurangi resiko penyakit jantung. kita juga bisa cek kesehatan gratis. Pemerintah juga menyediakan penghargaan buat pendonor, mas,''
''penghargaan apa?''
''Satya Lencana Kebaktian sosial,''
'hmm begitu..''
''terus donor darah juga untuk membantu sesama, mas. Katanya 1 kantung darah kita itu bisa menyelamatkan 3 nyawa orang yang membutuhkan,''
''tapi kan kita nggak mengenal orang yang mendapat sumbangan itu,''
''yah, mas. saling tolong menolong itu kan nggak harus ke orang yang kita kenal aja. Zaman sekarang itu yang benar-benar mau saling tolong menolong itu cuma sedikit, mas. Lah yang mau menolong dengan berkorban harta aja nggak banyak, apa lagi yang mau berkorban nyawa?'' jelas Pemuda itu.
''hmm.. Benar juga,''
''makanya itu, mas. Saya kan nggak bisa menyumbang harta, jadi saya menyumbang darah saya untuk yang membutuhkan,''
''walau pun tetap nggak ada yang ngebantu kamu nantinya?'' tanya Dera.
''iya, mas. Ngebantu sesama itu harus ikhlas,'' jawab ****.
''Bukan untuk penghargaan dari pemerintah tadi. Itu cuma bonus. Yang penting itu rasa peduli kepada sesama. Membantu sesama itu bisa jadi ibadah. Sedekah, mas,'' lanjutnya.
''hmmm.. Sedekah, ya,'' Dera hanya mengangguk mendengar penjelasan penjual koran itu. Dalam hati, Dera merasa malu. Sikap pemuda di sebelahnya membuat Dera mengingat apa saja yang telah ia perbuat selama ini. Ia kagum terhadap kesediaan pemuda itu dalam membantu sesama dengan ikhlas.

''Kalau misalnya cuma sedekah uang terus, untuk keperluan sendiri gimana?'' Dera kembali bertanya.
''Sedekah itu ya semampunya kita, mas. Kalau untuk keperluan saya sendiri, saya syukuri aja apa yang ada,''
''bukannya kalau sering sedekah, uang kita jadi berkurang?'' Dera coba menguji pemuda itu.
''Demi Tuhan, nggak, mas. Sedekah itu justru menambah harta nantinya. Juga menambah rasa saling menyayangi. Dalam keadaan apa pun kita bisa bersedekah. Dalam bentuk apa pun. Dalam keadaan lapang bersedekahlah, dan dalam keadaan sulit bersedekahlah pula, itu kata orang tua saya,''

Dera tertegun mendengarnya. Rasa kagum memenuhi hati Dera. Belum pernah ia menemui seseorang yang terus bersedekah dalam keadaan sulit. Apa lagi sedekah itu berkorban nyawa.

''... Terima kasih, ya,'' Mata Dera berkaca-kaca. Seolah ia telah disadarkan dan diajarkan tentang kepedulian sesama.

''iya, sama-sama, mas,''

Tak lama kemudian, si tukang cukur datang untuk mengajak Dera pulang.
Setelah pamit dengan pemuda tadi, Dera beranjak pergi bersama si tukang cukur.

''gimana, kak?'' tanyanya.
''... Kang, saya mau jadi pendonor tetap,''
''kalau ada acara donor darah lagi, nanti mau saya ajak lagi, kak?''
''iya, acara bakti sosial yang lain juga nggak apa-apa, kang. Saya mau ngebantu sesama, saya mau peduli sama orang-orang,'' jawab Dera.
''iya nanti kalau ada saya kabari,''

Dera pulang ke rumah bersama si tukang cukur. Dalam hati Dera merasa bersyukur telah mengikuti acara donor darah tersebut. Ia mendapat sebuah pelajaran yang sangat berharga tentang kemanusiaan. Tentang kepedulian, juga tentang pengorbanan.
Ia menyampaikan pengalamannya itu kepada teman-temannya.
Dera bertekad menyadarkan orang-orang untuk peduli, untuk saling menyayangi melalui pengalaman itu.
Sebuah pengalaman berharga untuk sesama.
Sebuah misi sederhana untuk umat manusia...

Sebuah Misi Sederhana untuk Umat Manusia 3

Begitu sampai di rumah, Dera segera menemui orang tuanya di ruangan tengah.

''mah, pah, besok aku mau ada acara,'' ucap Dera.
''Acara apa, Der?''
''Acara bakti sosial gitu, ma,''
''Dimana?''
''Di daerah Cinere. Acaranya jam 10,''
''Acara dari sekolah? Bakti sosialnya ngapain?'' tanya ayahnya.
''acaranya kerjasama dengan PMI, pa. Acara donor darah,''
''hah?! Kamu mau donor darah?'' ibu Dera tampak terkejut.
''iya, ma,''
''nggak! Itu kan disuntik. Kalau nanti kamu kenapa-kenapa gimana? Siapa yang mau tanggung jawab?'' lanjut ibunya.
''ya aku sendiri, ma,''
''kamu bisa tanggung jawab apa?''
''sama siapa kamu kesana, Dera?'' ayah Dera menimpali.
''emm sama tukang cukur langganan, pa,''
''tuhkan! Apa lagi perginya sama tukang cukur! Mereka gak bisa dipercaya,''
''Ma, hargai mereka!'' nada bicara Dera meninggi. Dia mulai kesal menghadapi ibunya.
''memangnya mereka siapa? Cuma tukang cukur, kan?''
''emangnya kenapa kalau cuma tukang cukur? Mama juga cuma ibu rumah tangga doang, kan?'' balas Dera.
''Dera! Kamu gak boleh ngelawan mama kamu,'' seru ayahnya.
''aku bukan ngelawan mama, pa. Aku ngelawan orang yang nggak bisa ngehargain orang lain,'' balas Dera dengan mantap.
''kamu ini keras kepala, Dera!'' bentak sang ibu dengan mata melotot.
''daripada mama, keras hati,'' Dera tidak mau kalah.
''untuk apa kamu ikut acara begitu?''
''untuk belajar kemanusiaan, pa,''
''sama siapa kamu belajar kemanusiaan?''
''sama mereka yang masih mau peduli sesama,'' jawab Dera. Ayah Dera terdiam mendengar jawaban anaknya.
''alah! Gak usah sok peduli! Kamu masih kecil, Dera!'' sang ibu masih nyeloteh.
''Ma, kalau mama tetap begini, aku bisa lebih peduli ke mereka dan gak peduli sama sekali ke mama,'' kata Dera tegas.
''Dera!''
''kamu boleh ikut, Dera,'' ucap ayahnya.
''hah?''
''Pa, kenapa dibolehin?!''
''semakin dilarang, Dera malah semakin ngelawan. Toh dia punya alasan yang kuat,'' jelas ayahnya.
''tapi, pa..''
''ini juga bisa jadi pembentukan karakter yang bagus untuk ke depannya,''
''Terserah papalah!'' ibu Dera mengalah.
''beneran boleh, pa?'' tanya Dera, masih ragu.
''iya, boleh. Tapi kamu juga harus belajar tanggung jawab, Dera. Jalanin aja apa yang kamu anggap benar,''
''wih asik. Makasih, pa,'' Dera kembali ke kamarnya, meninggalkan kedua orang tuanya.

Sebuah Misi Sederhana untuk Umat Manusia 2

Keesokan harinya.
Waktu telah menjelang sore. Matahari tak lagi terasa panas menyengat seperti di waktu siang.

Selepas Ashar, Dera mengendarai motornya menuju tempat cukur rambut langganannya. Sebuah tempat yang kecil. Hanya dijaga 1 orang tukang cukur paruh baya. Berbeda dengan salon kecantikan zaman sekarang.

Dera memarkir motornya tepat di depan salon langganannya itu. Sepi. Tidak ada pelanggan yang sedang dilayani saat Dera datang. Langsung saja Dera mendapat pelayanan.

''ditipisin lagi, kak?'' tanya tukang cukur paruh baya itu.
''iya, kayak biasa ya, kang,'' pinta Dera.
Sang tukang cukur memulai tugasnya. Potongan demi potongan dia kerjakan dengan guntingnya.

''kang, suka liat acara-acara ceramah di tv?'' Dera membuka pembicaraan.
''acara ceramah?''
''iya, sekarang banyak ya ustadz-ustadz gitu,''
''hati-hati, kak, sekarang mah malah banyak yang gadungan,''
''ustad gadungan?'' tanya Dera.
''iya, mereka teh nyari honor doang,'' ucap pencukur itu dengan logat sundanya.
''coba aja bayangin, kak, dakwah aja harus dibayar. Bayarannya juga mahal banget. Kalau bayarannya gak sesuai, mereka gak mau,'' lanjutnya.
''iya ya. Padahal kan itu gak boleh. Tapi, kang, gak semuanya begitu kan,''
''iya. Ustad gadungan itu bisa diliat ciri-cirinya,''
''ciri-cirinya apa?'' tanya Dera antusias.
''ciri-cirinya itu biasanya ilmunya sedikit, ngepublis kehidupannya, ngepublis kegiatan amalnya, hidup bermewah-mewahan, lebih mentingin duit, takut miskin, ajarannya itu biasanya memakai hadits yang gak shohih,'' jelas tukang cukur itu.
''wah bahaya tuh! Bisa menyesatkan,''
''iya begitulah. Makanya sekarang mah kudu hati-hati. Zaman udah kacau,''
''kacau gimana, kang?''
''kemiskinan dimana-mana, kak. Kesenjangan sosial keliatan jelas banget. banyak orang yang bermegah-megahan, tapi lebih banyak yang kelaparan. Udah gitu, sekarang banyak organisasi yang bertindak semaunya. Negara kita ini jadi kepecah belah, kak. Generasi zaman sekarang tuh lupa sama jati diri bangsa. Lupa sama persatuan,''
''iya ya..'' Dera hanya mengangguk.
''ada ormas bebas, namanya Gerakan Pelajar Nusantara, kak. Itu mereka suka ngadain bakti sosial suka rela,''
''Akang ikut itu?'' tanya Dera.
''iya, saya ikut itu, kak,''
''kegiatannya ngapain? Anggotanya siapa aja?''
''anggotanya mah bebas. Siapa aja yang mau gabung suka rela. Kegiatannya bakti sosial, kerja bakti, donor darah, ya macam-macam,'' jawab tukang itu.
''saya udah 2 tahun ikut itu. Kami bertindak berdasarkan kesadaran tentang jati diri bangsa, kak,'' lanjutnya.
''hmm.. Dimana itu organisasinya?'' Dera mulai tertarik.
''wah bebas, kak. tergantung bakti sosialnya. Kalau mau, kebetulan besok ada acara donor darah,''
''donor darah? Di daerah mana?''
''di daerah Cinere. Acaranya jam 10 sampai jam 3 sore,''
''saya nggak tau tempatnya,''
''bareng saya aja besok, kak. Saya ikut juga kok. Kak, segini udah cukup?'' katanya sambil membersihkan rambut Dera di kain.
''iya, cukup,'' jawab Dera sambil menyisir potongan rambut barunya.
''Donor darah besok, boleh deh, kang. Saya ikut,''
''mau ikut? Kalau mau besok ketemu disini aja jam 9. Nih nomor hp saya,'' Tukang cukur itu memberikan nomornya.
''oke, makasih, kang. Nanti saya kabarin lagi deh. Saya tanya orangtua saya dulu,''
''yasudah, gapapa,''
''makasih, kang,'' Dera pergi meninggalkan salon sederhana itu.

Sebuah Misi Sederhana untuk Umat Manusia 1

''jadi berapa semuanya, mbak?'' tanya Dera kepada seorang kasir. Penjaga kasir itu tampak sibuk dengan hitung-hitungan di komputernya.
''2 komik jadi Rp.36.500, kak,''
''oh ini,'' Dera menyerahkan 1 lembar uang 100.000.
''ada uang pas aja, kak?''
''emm.. Sebentar, saya ambil di motor dulu,'' Dera segera bergegas keluar untuk mengambil dompetnya.

Diambilnya beberapa lembar puluh ribuan.
''kak, boleh minta sedikit uangnya?'' seseorang mengejutkan Dera.
Seketika Dera menoleh. Seorang anak kecil usia sekitar 6 tahun berdiri di belakang Dera. Pakaiannya kumuh sambil menggendong sekarung sampah. Ia menyodorkan tangannya.
''apa yang dia lakukan malam-malam begini? Anak sekecil ini memulung hingga jam seegini?'' pikir Dera.
Dera kembali melihat dompetnya, tak ada uang receh di dalamnya.

''emm tunggu sebentar, dek,'' dengan segera Dera kembali ke penjaga kasir.
''mbak, ada tukeran uang nggak?'' tanyanya.
''nggak ada, kak,''
''hmm.. Yaudah deh. Ini uangnya,'' Dera membayar 2 komik itu.
''makasih ya, mbak,'' Dera pergi keluar dengan serenceng uang kembalian.
''loh? Mana anak kecil tadi?'' Dera melihat sekelilingnya. Bocah pemulung itu sudah tidak ada.
seketika perasaan menyesal menyusup di hatinya.
''kenapa tadi aku tidak langsung memberikan sebagian uangku? Kenapa aku malah berfikir harus mengasih uang sisa? anak sekecil itu kerja hingga malam demi uang, sedangkan aku menghamburkan uang...'' pikirnya.
''ah sudahlah.. Semoga anak itu dimudahkan jalan hidupnya,'' Dera hanya bisa berdo'a untuk bocah pemulung itu. Kembali Dera memacu motornya malam itu, menuju rumah.

Dera tiba di rumahnya.
''assalamu'alaikum,'' ucapnya sambil memasuki rumah.
''wa'alaikum salam,''
Keluarga Dera sedang berkumpul menyaksikan tayangan televisi malam ini.
acara selebriti yang menampilkan seorang Ustadz ternama. Tentang kehidupannya, kesehariannya, kegiatan amalnya, dan keadaan rumahnya yang terbilang megah. Tak lama kemudian, ada tayangan sekilas berita.
''daerah ibu kota masih dilanda kemiskinan. Pemerintah menghimbau agar para pemulung dan anak jalanan segera dipindahkan agar lebih tertib,'' begitulah isi berita. Kontras sekali dengan acara selebritis tadi.

melihat ini, Dera teringat kembali dengan bocah pemulung tadi. Dera merasa sedih karena ragu dalam menolong bocah kecil itu. Ragu dalam menyumbangkan sebagian hartanya kepada seseorang yang lebih membutuhkan. Dera terlarut dalam rasa bersalah.

Minggu, 16 Desember 2012

Deadly Hero

Selamat malam, blogs...

Assalamu'alaikum.

hari ini nggak banyak yang mau gue share. Pengen nge-post tapi gak tau mau nge-post apa. Jadi santai aja ya.


Pernah ngebayangin gak kalau kita punya kekuatan super?

Kekuatan seperti apa yang kalian mau?

Kenapa kalian pilih itu?

Apa yang akan kalian lakukan dengan kekuatan itu?

Seru ya kalau beneran punya. Kemampuan super yang gue mau adalah..... Emm... Ada banyak kemampuan yang gue mau -_-.

Pengendali air? Mau.

Pengendali Api? Mau.

Pengendali Tanah, angin? Mau.

Lari cepat? Mau.

Terbang? Emm.. Ini pasaran.
pukulan super? Nggak.

menghilang? Lumayan sih buat iseng.

membaca pikiran? Ah terlalu normal.

memutarbalikan waktu? terlalu curang.

berpindah tempat dalam sekejap? Gue udah sering gunain ini di mimpi gue.

Berubah wujud? Bolehlah. gue berubah jadi kecil. Kayak semut -_-.

Hipnotis? Tidak mau.

Ilusi? Ini lumayan keren.

Menggunakan banyak senjata? Weapon master nih. Keren loh.

Meramal masa depan? Nanti banyak yang musyrik -_-.

Ilmu kebal? nggak deh.

Immortal? Hidup akan sangat membosankan dan tidak ada harganya. Kau hanya akan merasa hampa jika hidup abadi.

Summoner? Gue pengen banget bisa summon monster. Pengen manggil salamander, white dragon, bahamuth.

Pintar fisika,kimia,bio,mtk? Kemampuan macam apa ini....... -___-.

menghindari remedial? Ngaco banget -_-.

Pengendali imajinasi? Ini yang paling cocok buat gue tapi terlalu curang.

kemampuan tercurang itu menurut gue, pengendali waktu sama imajinasi.

Waktu bisa menghindar dan menghalau serangan. Imajinasi, skillnya banyak banget.

Tetep gue pilih imajinasi.
Mengendalikan imajinasi menjadi kenyataan. Kenapa gue pilih ini? Ya karena skillnya banyak. batasannya cuma imajinasi diri sendiri. Mumpung imajinasi gue banyak, jadi ya ini cocok.

mari simulasikan bila gue memiliki kemampuan ini...


dalam kehidupan nyata, ada banyak hal-hal ngeselin. Ada banyak orang-orang menyebalkan.

Gue sering ngebayangin lagi pulang sendirian terus ketemu preman. Gak elit banget. Terus gue dipalakin. Diancam pakai pistol air -_-.

Gue teriak, ''kalian pikir gue takut?!''
Preman berkata, ''IYA!!!'' dan dia menembak pistol air itu ke tanah. Tanahnya meleleh. Ternyata airnya air keras -___-. Tamatlah riwayat gue.

Terus kalau gue lagi jalan sendirian dan ketemu anak-anak pecinta tawuran. Gue diancam dengan pecahan botol bir, ''pilih harta atau kuburan!?''
Dan gue cuma, ''............. Hah?''. Kemudian gue ditusuk. Tamat deh.

contoh lain. Gue jalan sendirian lagi. Tiba-tiba ada monster raksasa galak. Dia ngancam gue, ''mau ngasih makan atau dimakan!?''.
gue yang saat itu gemetar akhirnya malah dimakan. Tamat.

Kok ini gue mati melulu ya? -_-.

lain halnya kalau gue punya pengendalian imajinasi.

ada preman ngancem mau ngebunuh gue pakai pistol berisi air keras. begitu ditembak, gue ngebayangin air kerasnya menghilang sebelum menyentuh gue. Air kerasnya berpindah ke dalam tubuh si preman. Akhirnya? Tubuh preman itu hancur dari dalam, bolong, organ dalamnya lenyap. Dan mati mengenaskan.

saat gue diancam anak-anak pecinta tawuran. Dengan sekejap gue menghilang dan muncul di belakang si anak yang ngancam. Cukup satu kali pukulan di leher, dia meninggal. Anak-anak lainnya kabur.

Melawan monster. Waktu mau dimakan, gue berubah jadi cabe rawit super pedas. monsternya kepedesan. Akhirnya gue dilepeh dan kembali ke bentuk semula. Monsternya? Mati kepedesan -_-.

Nah kesimpulannya? Gue selamat :)

Kadang gue suka imajinasiin kalau mengahadapi orang-orang yg berisik dan gak bisa diatur, gue ngebuat peraturan yang kalau dilanggar berakibat fatal.
Example: yang berisik dan bercanda saat diskusi kelompok, tenggorokannya hancur.

Belum lagi kalau ada teman yang diisengin berlebihan menurut gue. Rasanya orang yg ngisengin itu tubuhnya mau gue ancurin.

Bahaya? Iya. Tapi gue nggak psycho kok -_-. Gue emang gampang kesel hanya saja masih bisa ditahan. Yah untungnya gue hanya manusia biasa. Kalau gue punya kemampuan super ini.... Emmm mungkin banyak yang mati.


Nah, itu imajinasi gue. Kalian gimana dengan kemampuan pilihan kalian? Mau buat apa? Jangan dipake untuk menaklukan dunia. Karena tujuan semacam itu udah pasaran.
Jadi lakukan saja hal yang membuatmu merasa keren.

oke itu aja dulu.
Don't take it seriously.

Selamat malam, blogs...


P.S: kebayang nggak yang memilih kemampuan super bisa fisika, kimia, bio, mtk? Gue nggak sama sekali -___-.

who am i?

Foto saya
i am capriciously semi-multitalented